tag:blogger.com,1999:blog-63944765657169607062024-02-20T08:22:25.481-08:003 MenitHanya Butuh Waktu 3 Menit Untuk Merenungkan Kebaikan Bapa Surgawi...Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.comBlogger319125tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-65050215635781271652015-07-29T22:11:00.001-07:002015-07-29T22:12:00.429-07:00Kekuatan Abu-Abu<p dir=ltr><b>Baca Sekarang: Yosua 14:6-12| </b></p>
<p dir=ltr><b>Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 51–53 ; Roma 2</b></p>
<p dir=ltr><i>Seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang. -Yosua 14:11</i></p>
<p dir=ltr>Seniman asal Belanda, Yoni Lefevre, menciptakan suatu proyek yang dinamakan “Kekuatan Abu-Abu” untuk menunjukkan vitalitas dari para kaum lanjut usia di Belanda. Ia meminta anak-anak sekolah setempat untuk menggambar sketsa dari kakek dan nenek mereka. Lefevre ingin menunjukkan “kejujuran dan kemurnian pandangan” dari kaum lanjut usia, dan ia percaya bahwa anak-anak dapat membantu untuk menunjukkannya. </p>
<p dir=ltr>Gambar anak-anak itu memberikan sudut pandang yang berbeda dan nyata tentang generasi yang lebih tua—dengan kakek dan nenek yang digambarkan sedang bermain tenis, berkebun, melukis, dan banyak lagi!</p>
<p dir=ltr>Kaleb adalah pria asal Israel kuno yang tetap kuat sampai masa tuanya. Di masa mudanya, ia menyusup ke Tanah Perjanjian sebelum bangsa Israel menaklukkannya. Kaleb percaya bahwa Allah akan menolong bangsanya mengalahkan bangsa Kanaan, tetapi mata-mata yang lain tidak sependapat (Yos. 14:8). </p>
<p dir=ltr>Karena iman Kaleb, secara ajaib Allah menopang hidupnya selama 45 tahun sehingga ia berhasil mengembara di padang gurun dan memasuki Tanah Perjanjian. </p>
<p dir=ltr>Ketika akhirnya tiba waktunya untuk memasuki Kanaan, Kaleb yang sudah berusia 85 tahun mengatakan, “Seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang” (ay.11). </p>
<p dir=ltr>Dengan pertolongan Allah, Kaleb berhasil mengambil bagiannya atas tanah itu (Bil. 14:24).</p>
<p dir=ltr>Allah tidak melupakan kita ketika kita semakin tua. Meskipun badan kita terus bertambah tua dan kesehatan kita menurun, Allah Roh Kudus senantiasa memperbarui batin kita dari hari ke hari (2Kor. 4:16). Roh Kudus memberi kita kesanggupan untuk bisa menjalani hidup yang penuh arti dalam setiap tahap dan usia kehidupan kita.</p>
<p dir=ltr><i>Bapa Surgawi, aku tahu bahwa kekuatan tubuhku dan kesehatanku bisa menurun. Namun aku berdoa, kiranya Engkau akan terus memperbarui iman dan kerohanianku agar aku dapat melayani-Mu dengan setia selama aku hidup.</i></p>
<p dir=ltr><b>Dengan dorongan dari kekuatan Allah dan tangan-Nya yang menopang Anda, Anda dapat menghadapi apa pun di depan Anda.</b></p>
<p dir=ltr><i>Ditulis Oleh: Jennifer Benson Schuldt (</i><i><a href="http://santapanrohani.org/">Santapan Harian</a></i><i>)</i></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-63343647212156633952015-07-29T22:02:00.001-07:002015-07-29T22:04:00.160-07:00KEPERCAYAAN YANG HILANG<p dir=ltr><i>Ditulis oleh: Eddy Nugroho</i> (<a href="http://www.renunganharian.net/">Renungan Harian</a>) </p>
<p dir=ltr><b>Baca: Kejadian 42:29-38</b></p>
<p dir=ltr><i>Dan Yakub, ayah mereka, berkata kepadanya: "Kamu membuat aku kehilangan anak-anakku: Yusuf tidak ada lagi, dan Simeon tidak ada lagi, sekarang Benyamin pun hendak kamu bawa juga. Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!" (Kejadian 42:36)</i></p>
<p dir=ltr><b>Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-4</b></p>
<p dir=ltr>Pengalaman buruk masa lalu, apakah pernah menipu atau ditipu, sering kali menyebabkan kita tidak gampang percaya kepada orang lain. Kita diliputi rasa curiga, apakah orang itu jujur atau tidak. Bayang-bayang masa lalu itu juga dapat mengalangi kita melihat karya agung Allah bagi dunia ini. </p>
<p dir=ltr>Pengalaman hidup Yakub mengingatkan kita bahwa di balik segala kesulitan dan kegagalan, ada Allah yang merancang keselamatan yang agung.</p>
<p dir=ltr>Kebohongan Yakub pada masa lalu menjadi duri dalam daging bagi dirinya. Yakub sulit percaya, bahkan kepada anaknya sendiri. Pengalaman menipu banyak orang membuat dirinya dicekam ketakutan kalau-kalau ia sedang dibohongi. Apalagi ketika ia melihat uang, yang seharusnya dipakai untuk membeli gandum, ternyata masih ada. Mungkin Yakub mencurigai anak-anaknya itu telah menjual Simeon di Mesir. Yakub tidak dapat diyakinkan, bahkan ketika Ruben berniat membawa Benyamin untuk membebaskan Simeon. Betapa hebat penderitaan batin dan rasa takut kehilangan anak dalam diri Yakub sehingga ia tidak dapat melihat bahwa di balik semua itu, ada Allah yang sedang merancang keselamatan bagi keturunannya.</p>
<p dir=ltr>Adakah kita tertindih oleh beban kesedihan dan penyesalan seperti Yakub? Ataukah kita seperti saudara-saudara Yusuf yang harus menerima konsekuensi kesalahan masa lalu? Ingatlah bahwa Allah telah merancang karya keselamatan yang indah melalui kasih karunia-Nya bagi kita dalam Kristus. Percayalah kepada-Nya dan terimalah keselamatan kita.—ENO</p>
<p dir=ltr><b>RANCANGAN ALLAH INDAH PADA WAKTUNYA, NANTIKANLAH!</b></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-35527404783539039382015-07-29T05:40:00.001-07:002015-07-29T05:41:27.556-07:00Sampah Siapa? <p dir=ltr><b>Baca Sekarang:Matius 15:7-21| </b></p>
<p dir=ltr><b>Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 49–50 ; Roma 1</b></p>
<p dir=ltr><i>Karena dari hati timbul segala pikiran jahat . . . . Itulah yang menajiskan orang. -Matius 15:19-20</i></p>
<p dir=ltr>Apa mereka tak bisa membuang sampah mereka sendiri ke tempat sampah sedekat ini?” gerutu saya kepada Jay sembari memunguti botol-botol kosong di tepi pantai dan melemparnya ke tempat sampah yang jauhnya kurang dari 6 m. “Apakah meninggalkan pantai dalam keadaan kotor dan berantakan untuk orang lain membuat mereka merasa lebih baik? Aku berharap mereka itu turis. Aku tak bisa membayangkan kalau ada penduduk di sini yang memperlakukan pantai kita seenaknya saja.</p>
<p dir=ltr>”Tepat keesokan harinya secara tak sengaja saya menemukan sebuah doa yang saya tulis bertahun-tahun sebelumnya tentang sikap menghakimi orang lain. Tulisan saya sendiri telah mengingatkan akan kesalahan saya yang berbangga karena membersihkan sampah orang lain. Padahal kenyataannya, saya sendiri memiliki begitu banyak sampah yang saya abaikan begitu saja, terutama dalam hal rohani.</p>
<p dir=ltr>Saya bisa dengan cepat mengaku-ngaku bahwa saya tidak dapat membereskan hidup saya karena orang lain yang selalu membuatnya berantakan. Saya juga bisa dengan cepat menyimpulkan bahwa “sampah” yang menimbulkan bau tak sedap di sekeliling saya adalah milik orang lain dan bukan milik saya sendiri. Namun itu semua tidak benar. Tak ada sesuatu pun di luar diri saya yang dapat menjatuhkan atau mencemari saya—hanya yang ada di dalam diri sayalah yang dapat melakukannya (Mat. 15:19-20). </p>
<p dir=ltr>Sampah yang sesungguhnya adalah sikap saya yang menutup hidung ketika mencium sedikit bau dosa orang lain dan mengabaikan bau busuk dari dosa saya sendiri.</p>
<p dir=ltr><i>Ampuni aku, Tuhan, karena tidak mau membuang “sampahku” sendiri.Bukalah mataku untuk melihat bagaimana kesombongan merusak ciptaan-Mu yang alami dan rohani. Kiranya aku tak mengambil bagian di dalamnya.</i></p>
<p dir=ltr><b>Umumnya kita rabun dekat terhadap dosa— kita dapat melihat dosa orang lain tetapi melewatkan dosa kita sendiri.</b></p>
<p dir=ltr><i>Ditulis Oleh: Julie Ackerman Link (</i><i><a href="http://santapanrohani.org/">Santapan Harian</a></i><i>) </i></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-36330002872203712232015-07-29T05:32:00.001-07:002015-07-29T05:42:00.208-07:00Memegang Pensil<p dir=ltr><b>Baca Sekarang: Hakim-Hakim 2:11-22| </b></p>
<p dir=ltr><b>Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 46–48 ; Kisah Para Rasul 28</b></p>
<p dir=ltr><i>Dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu. -Hakim-Hakim 2:19</i></p>
<p dir=ltr>Dahulu di kelas satu, ketika saya belajar menulis huruf, ibu guru mengharuskan saya memegang pensil dengan cara tertentu. Manakala ia mengawasi saya,saya berusaha memegang pensil sesuai dengan cara yang diajarkannya. Namun saat ia berpaling ke arah lain, saya pun bersikeras kembali memegang pensil dengan cara yang saya anggap lebih nyaman.</p>
<p dir=ltr>Waktu itu saya pikir sayalah yang benar jadi saya masih tetap memegang pensil sesuai cara saya sendiri. Namun puluhan tahun kemudian, saya menyadari bahwa guru saya yang bijak itu tahu bahwakebiasaan saya yang tidak benar dalam memegang pensil akan membuat saya terbiasa menulis dengan cara yang buruk dan akibatnya tangan saya menjadi lebih cepat lelah.</p>
<p dir=ltr>Anak-anak jarang mengerti apa yang baik untuk mereka. Mereka hampir melakukan segala sesuatu menurut apa yang mereka inginkan pada saat itu juga. Mungkin itulah mengapa umat Israel disebut “anak-anak Israel”, karena dari generasi ke generasi, mereka bersikeras menyembah ilah bangsa-bangsa di sekeliling mereka daripada menyembah Allah yang esa dan sejati.Perbuatan mereka membangkitkan murka Tuhan karena Dia tahu apayang terbaik, dan Dia menjauhkan berkat-Nya dari mereka (Hak. 2:20-22).</p>
<p dir=ltr>Pendeta Rick Warren berkata, “Ketaatan dan sikapkeras kepala adalahdua sisi dari koin yang sama. Ketaatan akan membawa sukacita, tetapi sikap keras kepala membuat kita sengsara.”Jika jiwa yang memberontak telahmembuat kita menolak untuk menaati Allah, sudah saatnya hati kita berubah. Kembalilah kepada Tuhan; Dia itu murah hati dan berbelas kasihan.</p>
<p dir=ltr><i>Bapa Surgawi, Engkau penuh kasih dan murah hati, dan bersedia mengampuni saat kami datang kembali kepada-Mu. Kiranya kami mengejar-Mu dengan sepenuh hati dan tak bersikap keras kepala dengan mengingini sesuatu menurut cara kami.</i></p>
<p dir=ltr><b>Awalnya kita membentuk kebiasaan; kemudian kebiasaan itu membentuk kita.</b></p>
<p dir=ltr><i>Ditulis Oleh: Cindy Hess Kasper (</i><i><a href="http://santapanrohani.org/">Santapan Harian</a></i><i>)</i></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-49818970461345055542015-07-29T05:23:00.001-07:002015-07-29T05:24:39.353-07:00CEMBURU BUTA<p dir=ltr><i>Ditulis oleh: Lim Ivenina Natasya</i> <i>(</i><i><a href="http://www.renunganharian.net/">Renungan Harian</a></i><i>) </i></p>
<p dir=ltr><b>Baca:1 Korintus 13:1-13</b></p>
<p dir=ltr><i>Kasih tidak berkesudahan. (1 Korintus 13:8)</i></p>
<p dir=ltr><b>Bacaan Alkitab Setahun:Pengkhotbah 9-12</b></p>
<p dir=ltr>Di Surabaya, seorang suami diduga membunuh istrinya. Setelah tertangkap polisi, ia mengaku membunuh istri karena cemburu. Menurutnya, istrinya berhubungan dengan pria lain. Ia dan istrinya sudah sering bertengkar. Dalam pertengkaran terakhir, si istri berusaha menghindar dari suaminya sambil menggandeng anak mereka. Si suami terus mengejar sampai, di sebuah gang sempit, istrinya terjatuh. Laki-laki itu memukul kepala istrinya dengan empat pot bunga yang terbuat dari semen sehingga istrinya tewas.</p>
<p dir=ltr>Kecemburuan memang salah satu penyebab keributan dalam rumah tangga. Orang sering keliru menganggap cemburu sebagai tanda cinta seseorang kepada pasangannya. Pada kenyataannya, yang terjadi malah sebaliknya, cemburu membuat orang jadi tidak sabar, marah, menyimpan kesalahanorang, dan berujung dengan perbuatan yang menyakiti dan membahayakan orang lain. Dalam 1 Korintus 13, Paulus menjelaskan tentang sifat kasih, yang jelas-jelasbertentangan dengan kecemburuan. Sebaliknya, kasih justru sabar, bermurah hati, tidak egois mengutamakan kepentingan diri sendiri. Orang yang mengasihi juga tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (ay. 4-5).</p>
<p dir=ltr>Sebagai keluarga orang percaya, kita diundang untuk merawat dan memelihara keutuhan rumah tangga di dalam kasih. Jangan terbakar oleh cemburu terhadap pasangan, melainkan bersedialah saling mengakui kesalahan, saling percaya, dan sabar menanggung segala sesuatu (ay. 7). Biarlah kasihmelingkupi dan menopang kehidupan rumah tangga kita.—IN</p>
<p dir=ltr><b>KASIH MEMADAMKAN API KECEMBURUAN DAN MEMBANGUN SENDI-SENDI KEHIDUPAN RUMAH TANGGA</b></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-25834433588570700092015-07-29T05:20:00.001-07:002015-07-29T05:25:28.304-07:00TEGURAN YANG MEMALUKAN<p dir=ltr><i>Ditulis oleh: Susanto (</i><i><a href="http://www.renunganharian.net/">Renungan Harian</a></i><i>) </i></p>
<p dir=ltr><b>Baca: Yunus 1:1-17</b></p>
<p dir=ltr><i>Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata:"Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa." (Yunus 1:6)</i></p>
<p dir=ltr><b>Bacaan Alkitab Setahun:Pengkhotbah 5-8</b></p>
<p dir=ltr>Nabi bertugas menegur orang yang berdosa. Ia mengingatkan mereka agar memercayai Allah, meninggalkan ilah kafir, dan berbalik menyembah Allah dan menaati-Nya.Namun, nas hari ini menunjukkan kejanggalan luar biasa. Ketika badai laut bergelora menerjang kapal yang ditumpangi Yunus ke Tarsis, awak dan nahkoda kapal yang ketakutan itu berteriak-teriak, memohon pertolongan kepada ilah mereka. Sementara itu Yunus tak peduli; ia nyenyak tertidur di ruang kapal bagian bawah. Bukan Yunus, sang nabi Allah, yang menegur mereka, agar berseru memohon pertolongan kepada Tuhan Allah yang benar, yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan (ay. 9). Sebaliknya, justru mereka yang diberi cap sebagai kafir itulah yang menegur sang nabi. "Bagaimana mungkin engkau tertidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu!" kata nahkoda kapal. </p>
<p dir=ltr>Memalukan, bukan? Inilah kondisi nyata kualitas kesetiaan orang yang menyebut dirinya umat Allah.Kisah nabi Yunus dapat menjadi cerminan kehidupan kita juga, umat tebusan Kristus. Kisah perjalanan Gereja Tuhan yang diutus sebagai saksi Kristus di dunia ini. Kita menyembah Allah yang benar. Kita tahu akan panggilan pelayanan kita. Tetapi, sering kita terlena menyibukkan diri untuk meraih kenyamanan hidup di dunia ini. Kita juga tahu bahwa dunia dengan segala isinya sedang menuju kebinasaan. Namun, kita tak peduli.</p>
<p dir=ltr>Inilah waktu untuk bangun. Untuk mewartakan bahwa Allah peduli pada mereka yang akan binasa. —SST </p>
<p dir=ltr><b>BANGUNLAH! SERUKAN BAHWA DUNIA INI SEDANG BINASA,TETAPI KRISTUS TELAH MENEBUSNYA</b></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-29591808883024320362015-07-27T05:42:00.001-07:002015-07-27T07:01:20.991-07:00Pemeriksaan Rutin<p dir=ltr><b>Baca Sekarang:Mazmur 139:17-24</b></p>
<p dir=ltr>Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 43–45 ; Kisah Para Rasul 27:27–44</p>
<p dir=ltr><i>Selidikilah aku, ya Allah, . . .lihatlah, apakah jalanku serong. - Mazmur 139:23-24</i></p>
<p dir=ltr>Tibalah saatnya bagi saya untuk pergi ke dokter guna menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan.</p>
<p dir=ltr>Meskipun saya merasa baik-baik saja dan tidak mengalami gangguan kesehatan apa pun, saya tahu bahwa pemeriksaan rutin itu penting karena pemeriksaan tersebut dapat menyingkapkan masalah-masalah tersembunyi, yang jika dibiarkan akan dapat berkembang menjadi penyakit serius. Saya tahu bahwa dengan memberikan izin kepada dokter untuk menemukan dan mengobati masalah kesehatanyang tak kelihatan itu, saya akan memiliki kesehatan yang baik untuk jangka panjang.</p>
<p dir=ltr>Jelas bahwa pemazmur merasakan hal yang serupa secara rohani. Ketika pemazmur memohon agar Allah menyingkapkan dosanya yang tersembunyi, ia berdoa, “Selidikilah aku, ya Allah, . . . lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal” (Mzm. 139:23-24). Dengan berdiam diri guna memberikan kesempatan kepada Allah untuk menyelidikinya secara menyeluruh dan tanpa syarat, pemazmur pun menundukkan dirinya pada jalan-jalan Allah yang benar, yang akan membuatnya tetap sehat secara rohani.</p>
<p dir=ltr>Jadi, walaupun Anda merasa baik-baik saja, inilah saat yang tepat untuk menjalani pemeriksaan rutin! </p>
<p dir=ltr>Hanya Allah yang mengenali kondisi hati kita yang sebenarnya, dan hanya Dia yang dapat mengampuni,menyembuhkan, dan membimbing kita pada kehidupanyang bersih dan masa depan yang berbuah lebat.</p>
<p dir=ltr><i>Tuhan, Engkau mengenalku lebih baik daripada aku mengenal diriku sendiri. Selidikilah bagian hatiku yang terdalam, lihatlah apa saja yang tidak berkenan kepada-Mu. Bersihkanlah aku dari jalanku yang menyimpang dan tuntunlah aku dijalan-Mu yang baik dan benar.</i></p>
<p dir=ltr><b>Pekerjaan Allah di dalam diri kita belum berakhir ketika kita menerima keselamatan — justru itu baru saja dimulai.</b></p>
<p dir=ltr><i>Ditulis olehJoe Stowell (Santapan Rohani - </i><i><a href="http://santapanrohani.org/">http://santapanrohani.org/</a></i><i>) </i></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-28379800928618008282015-07-27T05:31:00.001-07:002015-07-27T07:02:59.158-07:00MENOLAK LUPA<p dir=ltr><i>Ditulis oleh: Yohana Puji Dyah Utami (Renungan Harian -</i> <a href="http://www.renunganharian.net/">http://www.renunganharian.net/</a>)</p>
<p dir=ltr><b>Baca: Mazmur 106</b></p>
<p dir=ltr><i>Tetapi segera mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya, dan tidak menantikan nasihat-Nya. (Mazmur 106:13)</i></p>
<p dir=ltr><b>Bacaan Alkitab Setahun:Pengkhotbah 1-4</b></p>
<p dir=ltr>Kita sebagai bangsa sering lupa akan sejarah dan masa lalu kita. Akibatnya, kita jadi gamang dan gagap saat menghadapi situasi di depan yang sebenarnya mirip dengan situasi pada masa lalu. Kondisi ini menggambarkan suatu bangsa yang lupa dan kehilangan jati dirinya. Lalu, muncullah seruan penyemangat untuk melawan kecenderungan itu, misalnya “Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah” atau “Menolak Lupa”. Semoga tidak berhenti pada seruan, namun kita sungguh terdorong untuk mengenali sejarah dan jati diri bangsa.</p>
<p dir=ltr>Mazmur 106 menggambarkan betapa mudah bangsa Israel melupakan perbuatan dan kebaikan Tuhan. Tuhan baru saja menolong mereka dengan berbagai mukjizat yang mengguncangkan bumi, namun mereka segera melupakannya, lalu bersungut-sungut dan menyakiti hati-Nya. Oleh anugerah dan kasih setia-Nya yang besar, Tuhan senantiasa bersabar dan memegang teguh perjanjian-Nya terhadap umat-Nya itu. Sungguh menarik, kesetiaan Tuhan dikontraskan dengan kecenderungan umat untuk melupakan kebaikan-Nya.</p>
<p dir=ltr>Bagaimana dengan kita? Kita pun sering lupa akan hal-hal penting dalam hidup ini. Kita lupa akan kebaikan dan rencana Tuhan. Karena daya ingat yang terbatas itu, hendaknya kita bersandar pada anugerah dan kasih setia-Nya. Tuhan sanggup mengingatkan kembali pada hal-hal yang sepatutnya kita ingat. Meskipun kita sering lupa dan lalai, sungguh kita bersyukur kepada Tuhan, yang senantiasa setia menyertai kita, dan mengingatkan kita akan jati diri sebagai umat-Nya.—YOH</p>
<p dir=ltr><b>TUHAN MENGINGATKAN KITA AKAN JATI DIRI SEBAGAI UMAT-NYA,AGAR KITA HIDUP SESUAI DENGAN RENCANA DAN PANGGILAN-NYA</b></p>
Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-9586545357151579622011-11-07T03:41:00.000-08:002011-11-07T03:41:00.853-08:00SADAR DIRI<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Yohanes 8-10<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, " dan di antara mereka akulah yang paling berdosa (1 Timotius 1:15)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>1 Timotius 1:12-17<br /></div><br />Bila sangat terpukul ketika mengetahui bahwa dirinya ternyata adalah anak angkat dari orangtua yang mengasuhnya selama ini. Namun sejak itu, Mila lebih rajin membantu menjaga toko kedua orang-tuanya. Apalagi ketika Mila menikah dan memiliki anak. Ia makin menyadari betapa besarnya kasih orangtua angkatnya. Mereka telah membesarkannya dengan susah payah, dengan kasih yang sesungguhnya tidak layak ia terima. Demikianlah Mila makin lama makin mengasihi kedua orangtua angkatnya.<br /><br />Kitab 1 Timotius ditulis oleh Paulus pada akhir hidupnya. Sejak pertobatannya, Paulus telah melakukan begitu banyak pelayanan mendirikan jemaat di berbagai daerah. Paulus telah menempuh begitu banyak bahaya dan penderitaan karena Injil. Dari semua pengalaman itu, Paulus menyatakan bahwa kerinduan terbesarnya adalah makin mengenal Tuhan yang ia layani. Maka, di akhir hidupnya Paulus tidak menjadi sombong, tetapi malah makin menyadari anugerah Tuhan yang begitu besar kepadanya. Bahkan, Paulus mengatakan, bahwa dialah orang yang paling berdosa. Mengapa? Karena makin orang mengenal Kristus, ia makin mengenal siapa dirinya, makin mengerti besarnya anugerah yang ia terima, dan makin memberi diri untuk kemuliaan Tuhan.<br /><br />Ketika kita makin mendalami firman Tuhan, adakah kita makin mengenal siapa Allah yang kita sembah dan siapa kita sesungguhnya? Atau, jangan-jangan semua itu hanya menjadi pengetahuan yang mengisi otak, yang justru membuat kita tinggi hati? Bagaimanakah pengenalan akan Tuhan ini mempengaruhi sikap hati kita ketika melayani Tuhan? --VT<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">PENGENALAN AKAN TUHAN MEMAMPUKAN KITA BERCERMIN DIRI</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">DAN MENYADARI BESARNYA ANUGERAH TUHAN YANG DIBERI<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-81001460846992991982011-11-06T03:40:00.000-08:002011-11-06T03:40:00.624-08:00MEMBERI HINGGA "SAKIT"<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Yohanes 5-7<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> ... janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya (Lukas 21:4)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Lukas 21:1-4<br /></div><br />Ada bermacam suara hati bisa muncul tatkala kita memberi persembahan. "Sudah pantaskah apa yang saya persembahkan ini?" Atau, "Sudah benarkah motivasi saya dalam memberi?" Atau, "Apakah komentar Tuhan atas persembahan saya?" Atau, "Kiranya Tuhan mengampuni saya atas persembahan sejumlah ini."<br /><br />Ketika Yesus melihat orang-orang memberi persembahan, Dia berkata: "Janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang (kaya) itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya" (ayat 3-4). Ternyata yang dinilai banyak, bukanlah jumlahnya. Perhatikan bahwa dua uang tembaga (atau "peser" TB yang arti harafiahnya: "tipis") si janda adalah semua miliknya. Jadi, si janda memberi lebih banyak. Uang tembaga adalah mata uang terkecil; dan si janda (Yunani: khera, artinya: kosong) adalah orang tak berpunya. Walau sedikit, jumlah itu besar bagi si "kosong".<br /><br />Sudut pandang Yesus terhadap persembahan kita sudah pasti bukan soal besarnya jumlah, melainkan besarnya kasih yang memampukan kita untuk mau memberi sampai "merasa sakit". Saat kita berani memberi dengan rela sejumlah persembahan yang ketika diberikan terasa "sakit" sebab itu bagian dari penghidupan kita maka kita tak perlu ragu. Pemberian yang demikian sangat dihargai oleh Tuhan. Seperti Ibu Teresa pernah menulis: "Satu hal yang saya pinta dari Anda, jangan pernah takut untuk memberi. Namun, jangan memberi dari kelebihan Anda. Berikanlah saat hal itu sukar bagi Anda" --DKL<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">TUHAN, AJAR SAYA UNTUK TIDAK SEMBARANGAN MEMBERI</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">TETAPI MEMBERI DENGAN SUNGGUH DARI KASIH SEJATI DI HATI<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-20912011750480873682011-11-05T03:09:00.000-07:002011-11-05T03:09:00.217-07:00BERISTIRAHAT<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Yohanes 1-4<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> ... enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat (Keluaran 31:17)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Keluaran 31:12-17<br /></div><br />Ada banyak cara orang beristirahat. Ada yang menikmatinya dengan berolahraga atau berjalan-jalan bersama sahabat. Ada yang berekreasi dengan bermain video game atau menikmati makanan enak. Ada juga yang menikmatinya dengan tidur atau sekadar bermalas-malasan di rumah. Saya sendiri menikmati istirahat dengan pergi ke tempat wisata alam.<br /><br />Apa pun caranya, istirahat adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita. Namun, ada sebagian orang yang melihat istirahat sebagai sesuatu yang tidak produktif. Memang pada zaman ini, semua orang dituntut untuk bersaing dan berusaha menjadi yang paling unggul. Seorang pegawai terpaksa bekerja lembur setiap hari supaya tidak dicap sebagai pegawai yang kalah rajin dibandingkan yang lain. Seorang anak dipaksa memenuhi waktu kosongnya dengan berbagai macam kursus, supaya ia lebih unggul daripada anak-anak yang lain.<br /><br />Akan tetapi, mari kita mengingat bagaimana secara khusus Tuhan menciptakan hari Sabat. Apabila mengikuti pola-Nya ketika menciptakan dunia, sesungguhnya Tuhan sedang mengajar kita untuk bekerja selama enam hari, kemudian beristirahat di hari yang ketujuh. Melaluinya, Tuhan hendak menunjukkan bahwa istirahat bukanlah sesuatu yang tidak produktif. Sebaliknya, inilah kunci keseimbangan hidup istirahat justru sangat penting untuk menyegarkan kita secara fisik dan rohani.<br /><br />Maka, ketika kita lelah, jangan ragu untuk beristirahat. Secara teratur, selalu sediakan waktu untuk beristirahat. Setelah istirahat itu dijalani, kita akan dikuatkan dan disegarkan untuk kembali melanjutkan tugas dengan lebih baik --ALS<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BERISTIRAHATLAH SETELAH BERKARYA</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">AGAR KITA PUNYA KEKUATAN UNTUK MENGERJAKAN KARYA BERIKUTNYA<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-17804285999362960662011-11-04T03:06:00.000-07:002011-11-04T03:06:00.384-07:00KESEMPATAN KEDUA<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun :</span> Lukas 22-24<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Hitunglah jumlah segenap umat Israel, yang berumur dua puluh tahun ke atas menurut suku mereka, semua orang yang sanggup berperang di antara orang Israel (Bilangan 26:2)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Bilangan 26:1-4, 51-56<br /></div><br />Hung Ba Le baru berumur 5 tahun saat ia keluar dari Vietnam sebagai "manusia perahu". Ia tak tahu masa depan seperti apa yang akan ia temui di Amerika, di mana ia terdampar. Orangtuanya hanya berharap ia mendapat kehidupan yang lebih baik. Ternyata, Amerika membuka kesempatan besar bagi Hung Ba Le. Ketika 34 tahun kemudian ia kembali ke Vietnam, ia telah menjadi Komandan kapal perusak AS, USS Lassen. Ia adalah warga Amerika berdarah Vietnam pertama yang menjadi komandan kapal perang.<br /><br />Kepada bangsa Israel, Tuhan pernah juga memberi kesempatan kedua. Generasi yang pertama keluar dari Mesir dihukum Tuhan tak dapat masuk ke Tanah Perjanjian, karena pemberontakan mereka. Kini, generasi yang kedua mendapat kesempatan untuk masuk ke sana. Sensus yang dilakukan bertujuan menghitung jumlah pasukan Israel yang sanggup berperang untuk masuk ke Kanaan yang ternyata tidak jauh berbeda dengan jumlah generasi orangtua mereka. Dulu, generasi pertama itu ketakutan dan tidak berani menyerang Kanaan. Namun, kini Tuhan mengingatkan mereka bahwa bukan jumlah, melainkan penyertaan Tuhanlah yang memampukan mereka menaklukkan Tanah Perjanjian. Dan, mereka berhasil. Tuhan selalu serius menggenapi janji-Nya.<br /><br />Hingga kini, Dia tidak berubah. Setiap kita dulu adalah manusia berdosa, yang hidup dalam dosa. Namun, kita diberi kesempatan kedua: diampuni, dipulihkan secara rohani, dan diberi hidup baru. Maka, yang penting sekarang adalah respons kita untuk setia menjalani hidup sesuai firman-Nya setiap hari. Agar dari situ, kita meraih hidup yang berarti dan penuh kemenangan bersama Kristus --ENO<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">ADA KEHIDUPAN KEDUA SETELAH KEHIDUPAN DI DUNIA INI</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">MAKA RAIH KESEMPATAN KEDUA-HIDUP BARU DALAM KRISTUS<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-25343094760882176702011-11-03T03:04:00.000-07:002011-11-03T03:04:00.587-07:00SEBELAS SAHABAT KECIL<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun :</span> Lukas 19-21<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah (1 Samuel 23:16)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>1 Samuel 23:14-18<br /></div><br />Saya punya sebelas sahabat kecil dari Lembah Baliem, Wamena, di Pegunungan Tengah Papua. Awalnya, seorang guru di sana meminta saya dan beberapa teman menjadi sahabat pena murid-muridnya. Persahabatan lewat surat ini dimaksudkan untuk menolong anak-anak agar suka menulis dan melatih mereka mengekspresikan pikirannya. Mereka bercerita tentang alam Wamena yang indah, guru, teman-teman, keluarga, pelajaran yang tidak disukai, juga cita-cita mereka. Hal yang paling membahagiakan buat saya adalah di setiap surat selalu ada tiga kalimat wajib; yaitu "I love you, Kak", "Saya akan selalu mendoakan Kakak", dan "Tuhan memberkati Kakak".<br /><br />Persahabatan ini tidak hanya berarti bagi sebelas sahabat kecil saya, tetapi juga buat saya. Kasih mereka yang polos dan doa-doa mereka membuat saya mengucap syukur kepada Allah. Ini mengingatkan saya pada persahabatan Daud dan Yonatan. Yonatan mengasihi Daud seperti mengasihi dirinya sendiri. Saat Saul, ayahnya, berencana buruk kepada Daud, Yonatan tetap berbuat baik. Di Koresa, Daud dalam keadaan was-was karena nyawanya terancam. Akan tetapi Yonatan menemui Daud, menunjukkan kepada Daud bahwa Tuhan selalu menyertai, dan yang terpenting, menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah.<br /><br />Saya tak meminta sahabat-sahabat saya mendoakan saya, tetapi mereka melakukannya dengan tulus. Dan, saya merasakan kasih Allah yang luar biasa. Daud juga pasti mengucap syukur kepada Allah atas penguatan Yonatan, atas sahabat seperti dia. Anda pun dapat bersyukur atas kehadiran sahabat Anda, yang dalam susah maupun senang, menguatkan kepercayaan Anda kepada Allah --SL<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">SAHABAT SEJATI TIDAK MEMAKSA ANDA MEMERCAYAINYA</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">TETAPI IA MEMASTIKAN ANDA MEMERCAYAI ALLAH<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-47768032655665629772011-11-02T03:02:00.000-07:002011-11-02T03:02:00.199-07:00KUALITAS KESETIAAN<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Lukas 15-18<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> ... jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa ... (Keluaran 19:5)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Keluaran 19:1-6<br /></div><br />Ada sebuah ungkapan lama yang mengatakan bahwa janji adalah utang. Maksudnya, apabila seseorang sudah mengucapkan sebuah janji maka janji itu harus ditepati. Jika tidak, orang itu bisa dianggap "pengobral janji palsu".<br /><br />Hari ini kita juga belajar tentang janji. Yakni janji antara Tuhan dan umat-Nya. Janji ini digagas oleh Allah dan bersifat mengikat antara Allah dengan umat Israel. Dalam janji ini Allah berinisiatif menjadikan bangsa Israel "harta kesayangan di antara segala bangsa" (ayat 5) dan "kerajaan imam dan bangsa yang kudus" (ayat 6). Tawaran semacam ini tentu sangat istimewa sebab Tuhan sendirilah yang berjanji. Janji yang disampaikan Allah sudah pasti mengandung "jaminan mutu"; tak perlu diragukan lagi.<br /><br />Permasalahannya, apakah umat Israel mampu memenuhi syarat untuk hidup sebagai umat perjanjian? Syaratnya satu saja: "sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku" (ayat 5). Dengan kata lain, umat perjanjian ini mesti berikrar setia dengan segenap hati untuk hidup sebagai umat kepunyaan Allah, yang hanya bersandar pada sabda-Nya!<br /><br />Kita adalah umat Allah. Kepada kita, Allah telah memberikan diri-Nya dan juga perjanjian kasih-Nya. Sebagai tanggapannya, bagaimanakah kualitas kesetiaan kita? Bagaimanakah sikap kita jika persoalan dan kesulitan hidup datang? Apakah kita menjadi kecewa dan marah kepada Allah, lalu lari meninggalkan-Nya? Setialah, setialah ... walaupun kadang kala hal itu terasa berat untuk dilakukan. Ingatlah, Allah kita yang setia selalu siap mendukung kita "di atas sayap rajawali"-Nya (ayat 4) --DKL<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">ALLAH KITA ADALAH PRIBADI YANG SETIA</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">KIRANYA HIDUP KITA JUGA MENUNJUKKAN SETIA KEPADA-NYA<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-2846849461778534182011-11-01T03:00:00.001-07:002011-11-01T03:00:04.144-07:00MUKJIZAT MASIH TERJADI<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Lukas 12-14<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu (Lukas 11:20)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Lukas 11:14-23<br /></div><br />Puncak gunung Sgurr Choinnich Mor di Skotlandia menjulang begitu tinggi dan terjal bahkan nyaris vertikal. Pada tanggal 30 Januari 2011, Adam Potter (36 tahun) berhasil menaklukkannya. Namun, Potter terjatuh di dinding terjal sisi timur, dari ketinggian sekitar 300 meter. Tim penyelamat berhasil menemukan Potter di kaki gunung, dan mendapati Potter tidak cedera sedikit pun, kecuali goresan kecil di dada. Dengan keheranan, Letnan Baker pimpinan tim penyelamat mengatakan: "Ia beruntung masih hidup. Sangat sukar dipercaya bahwa orang yang jatuh dari ketinggian itu ke tempat berbatu-batu, masih bisa berdiri dan berbincang dengan kami!"<br /><br />Mukjizat masih terus terjadi hingga saat ini. Namun, dari dulu hingga sekarang, banyak orang yang sulit memercayai adanya mukjizat, dan selalu punya alasan untuk menyangkal. Lihatlah ketika Yesus mengadakan mukjizat: mengusir setan dan menyembuhkan si bisu (ayat 14). Orang Farisi yang tak mau mengakui keilahian Kristus, berdalih untuk tidak memercayai-Nya dan malah mengatakan bahwa Yesus melakukannya dengan kuasa penghulu setan. Bagaimana mungkin pimpinan setan mengusir setan yang menjadi anak buahnya? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Yesus melakukannya karena kuasa Roh Allah? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Kerajaan Allah hadir dalam diri Yesus?<br /><br />Dengan tegas Yesus berkata bahwa orang yang tak mempercayai Dia, berarti melawan Dia. Apakah Anda memercayai Dia? Dia masih terus mengadakan banyak mukjizat setiap hari. Bukankah hidup Anda sendiri adalah mukjizat Allah? Maukah Anda mengakuinya? --SST<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">TUHAN MASIH TERUS BERKARYA DENGAN BANYAK CARA HINGGA KINI</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">AGAR MANUSIA DIKUATKAN OLEH KEBESARAN-NYA DI HIDUP INI<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-45681626163693772622011-10-30T02:58:00.000-07:002011-10-30T02:59:36.764-07:00ULAR DAN KATAK<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Lukas 8-11<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Galatia 5:1-6:2<br /></div><br />Pada saat bencana banjir di Brisbane Queensland akhir tahun 2010 lalu, Armin Gerlach seorang teknisi kantor berita berhasil mengabadikan sebuah momen langka. Yakni rekaman foto tentang persahabatan seekor katak hijau yang mendapat tumpangan di punggung seekor ular coklat yang berenang melintasi genangan air akibat banjir. Bukankah seekor ular biasanya melahap katak yang lemah sebagai mangsanya? Namun, ketika bencana menimpa, dua hewan itu mampu mengesampingkan segala perbedaan di antara keduanya hingga si kuat memberi diri menyelamatkan si lemah.<br /><br />Sebagai makhluk yang lebih mulia, seharusnya manusia bisa bersikap lebih dari itu. Namun kenyataannya, banyak orang hidup dengan memuaskan nafsu dagingnya sampai saling menggigit, menelan, dan membinasakan (ayat 15). Oleh sebab itu, Paulus mengingatkan bahwa kita telah dimerdekakan dari perbudakan dosa oleh penebusan Kristus (5:1). Maka, jangan sampai kita berbalik lagi ke dalam kehidupan lama (ayat 16-21). Setiap orang beriman harus menghidupi hakikat hidup barunya, yaitu hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh (ayat 25) agar menghasilkan buah Roh (ayat 22-23). Bagaimana hidup oleh Roh itu diwujudkan dalam relasi antar orang beriman, agar hidup ini menghasilkan buah Roh yang memberkati sesama dan memuliakan Tuhan?<br /><br />Ingat dan terapkan firman ini sebagai petunjuk praktis hidup sehari-hari: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Sebagai orang yang sudah dibebaskan Kristus dari dosa, kiranya hidup kita jauh dari sikap egois, penuh dengki, saling menggigit dan menelan --SST<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">TUHAN MENYELAMATKAN KITA DENGAN KASIH YANG TIDAK EGOIS</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">MAKA BETAPA TAK TAHU MALUNYA KITA APABILA HIDUP EGOIS<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-58070952430052732372011-10-30T02:57:00.000-07:002011-10-30T02:58:33.644-07:00ABAIKAN SAJA!<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun :</span> Lukas 5-7<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat ... imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar (Yohanes 11:55,57)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan :</span> Yohanes 11:45-57<br /></div><br />Ada kalanya kita menghadapi masalah yang benar-benar serius, tetapi ada kalanya juga kita menghadapi masalah-masalah kecil. Andai kita mengabaikan semua masalah kecil, bukankah itu tidak akan memengaruhi hidup kita? Mengapa kita harus mengizinkan hal-hal itu menyita perhatian kita, menyedot seluruh energi dan menguras emosi? Mengapa gara-gara berbeda cara memencet pasta gigi, suami istri harus ribut hingga suasana rumah menjadi tak nyaman? Mengapa hanya karena kelewatan salah satu acara TV yang kita sukai, kita harus marah-marah? Seorang yang bijak pernah berkata, "Jangan ambil pusing masalah, jika tidak, masalah itu benar-benar akan membuat Anda pusing."<br /><br />Kita memerlukan energi untuk melakukan hal-hal yang lebih penting. Jika kita terfokus pada masalah-masalah kecil, banyak perkara besar yang jauh lebih penting akan terabaikan. Bukannya meremehkan masalah-masalah kecil itu, tetapi kita perlu sedikit lebih rileks menghadapi hidup.<br /><br />Kita perlu belajar dari Tuhan Yesus. Berkali-kali Dia dikecam dan dikritik gara-gara masalah "sepele". Orang Farisi dan Ahli Taurat selalu mencari-cari soal untuk menjatuhkan Yesus. Bahkan hingga menjelang akhir pelayanannya ancaman pembunuhan terhadap Yesus. Apakah ini membuat Yesus terfokus pada kecaman orang Farisi? Tidak! Yesus tetap berfokus kepada salib, sebab itu lebih penting daripada menanggapi serangan orang Farisi. Yesus sangat pintar menata prioritas perhatian. Dengan bersikap demikian, maka hal penting tak menjadi korban hal "sepele". Maka, energi-Nya juga tidak terkuras. Mari meniru Yesus --PK<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BERI PERHATIAN CUKUP PADA SETIAP MASALAH SESUAI PORSINYA</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">MAKA KITA BISA BERUSAHA MAKSIMAL UNTUK MENCAPAI TUJUAN<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-28329067164883891252011-10-30T02:56:00.000-07:002011-10-30T02:57:32.523-07:00DUA PENYAMUN SATU YESUS<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun :</span> Lukas 1-4<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (Lukas 23:42)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Lukas 23:33-43<br /></div><br />Dua orang, pada satu tempat, satu waktu, dihadapkan pada hal yang sama, ternyata bisa membuat dua keputusan berbeda. Ini terjadi pada dua penyamun yang disalibkan bersama Yesus. Masing-masing di samping kiri dan kanan-Nya. Mereka menerima hukuman itu karena kejahatan yang sudah mereka lakukan.<br /><br />Sebelum sampai ke salib, kedua penyamun ini mungkin sudah malang melintang di dunia kejahatan. Namun, aha, siapa lelaki di tengah ini? Apa kejahatan yang Dia perbuat? Mengapa Dia diam ketika disesah sedemikian rupa? Benarkah Dia menyebut diri-Nya Raja?<br /><br />Penyamun pertama menghujat Yesus. Mungkin ia berpikir, jika orang yang berbuat baik dan berbuat jahat sama saja nasibnya, untuk apa menyusahkan diri dengan sedikit kebaikan dan empati? Penyamun kedua, walau awalnya menghujat, tertegun dengan sosok Yesus. Ada kepasrahan dan sikap koreksi diri darinya. Ada keyakinan bahwa kebenaran itu tetap ada walaupun tersangkut di tiang salib: Yesus tak bersalah. Saya bersalah.<br /><br />Kepada Yesus, penyamun kedua menyampaikan permintaanya: "Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Ia hanya meminta Yesus mengingatnya. Itu lebih dari cukup baginya. Namun, Yesus memberi jauh melebihi yang ia minta. Tidak sekadar mengingat, tetapi hari itu juga ia bersama dengan Yesus di Firdaus.<br /><br />Dua orang, satu waktu, satu tempat, satu kejadian, memandang satu Yesus. Apa yang mereka lihat dalam diri Yesus bisa berbeda satu sama lain, tetapi orang yang memilih yang terbaik, sudah bersama-sama dengan Yesus di Firdaus hari itu juga. Bagaimana dengan kita? --SL<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BISA ADA BANYAK PANDANGAN ORANG TERHADAP YESUS</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">NAMUN YANG PENTING: BAGAIMANA KITA MEMANDANG YESUS?<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-83395440458231494732011-10-30T02:55:00.000-07:002011-10-30T02:56:01.701-07:00KELIMPAHAN ANUGERAH<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Markus 14-16<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan :</span> Matius 5:38-48<br /></div><br />Pada 4 Agustus 1987, Carlina White yang baru berusia 19 hari diculik seorang wanita yang menyamar sebagai perawat di Harlem Hospital, New York. Saat masih kecil, ia kerap dipukul. Maka, saat remaja, White curiga apakah benar Pettway ialah ibu kandungnya. Terutama saat "sang ibu" menolak memberikan akta kelahirannya, saat ia hendak mengurus SIM. Kini, misteri itu terkuak dan si penculik sedang menjalani pemeriksaan FBI.<br /><br />Ketika Joy White ibu kandung Carlina dipertemukan dengan anaknya pada 2010, ia berkata: "Saya ingin Pettway menderita seperti yang saya alami selama 23 tahun ini." Namun, sungguhkah Joy White bisa puas dan bahagia ketika si penculik dihukum seberat-beratnya? Ia memang telah menderita selama 23 tahun, tetapi bukankah seharusnya seluruh penderitaan itu sirna dan diganti dengan kebahagiaan serta syukur melimpah karena Tuhan mengembalikan anaknya? Begitulah kebanyakan manusia mengukur keadilan, yakni dengan hukum "mata ganti mata, gigi ganti gigi" (ayat 38). Bahkan dendam bisa menutupi kebaikan dan kasih Allah yang masih berlaku baginya.<br /><br />Namun, seseorang yang telah mengalami anugerah Tuhan akan dimampukan untuk melihat bagaimana tangan Allah berkarya baginya. Dengan begitu, ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan juga, tetapi mengasihi musuh dan berdoa baginya (ayat 39, 44). Ini tidak gampang. Kekuatan manusiawi saja tak sanggup melakukannya. Itu sebabnya kita perlu kekuatan surgawi, yakni jamahan kasih Allah, supaya kita dapat menunjukkan sikap sebagai anak-anak Bapa (ayat 45): tidak mendendam dan tidak membalas segala hal tidak baik hanya untuk memuaskan hati --SST<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">DENDAM ITU TAK BERGUNA DAN TAK MENYELESAIKAN MASALAH</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">HANYA KASIH YANG MELEGAKAN DAN MEMUASKAN JIWA YANG RESAH<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-3130965813084757022011-10-30T02:53:00.000-07:002011-10-30T02:54:48.357-07:00PINTU<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Markus 11-13<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Akulah pintu; siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput (Yohanes 10:9)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan :</span> Yohanes 10:1-10<br /></div><br />Salah satu sebutan Yesus yang saya dapati sangat menarik adalah "pintu". Yesus sendiri yang membuat sebutan itu, seperti diuraikan bacaan hari ini. Seperti pintu kandang bagi domba-domba, demikianlah Yesus menjadi sumber keselamatan dan kehidupan bagi umat-Nya. Perumpamaan yang sangat indah.<br /><br />Kita mengetahui bahwa domba-domba aman setelah mereka masuk kandang melalui pintu. Kita juga mengetahui, domba-domba bisa makan setelah mereka keluar kandang melalui pintu. Sebagai "Pintu", Yesus menjadi jalan masuk kita, domba-domba-Nya, menuju keselamatan. Melalui Dia kita aman. Melalui Dia pula, kita "makan" dan hidup.<br /><br />Akan tetapi, hal lain yang saya dapati menarik adalah fakta bahwa banyak orang tertegun atau ragu tatkala berada di depan "Pintu" itu. Bukannya mencoba lewat untuk mengalami keselamatan dan kehidupan, mereka malah mempersoalkan banyak hal tentang "Pintu" tersebut. Ada yang tidak suka tampilan-Nya: tidakkah Dia terlalu sederhana anak tukang kayu untuk menjadi Penyelamat manusia? Ada yang membandingkannya dengan "pintu-pintu" lain: Bukankah Dia cuma satu dari sekian banyak tokoh agama? Ada juga yang menuntut penjelasan: bagaimana "Pintu" yang satu ini bisa menuntun kepada keselamatan dan kehidupan kekal?<br /><br />Sebagai umat sang "Pintu", kita wajib menanggapi semua pertanyaan itu sebaik-baiknya. Namun, janganlah kita terpancing untuk terpaku dalam usaha memberi penjelasan logis. Kadang-kadang cara manjur untuk meyakinkan orang yang ragu di depan "Pintu" itu adalah cara Filipus: "Mari dan lihatlah" (Yohanes 1:46-49) --SAT<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">UMAT KRISTUS HARUS MENJADI SAKSI TEPERCAYA</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">TENTANG KEHIDUPAN DI BALIK PINTU KESELAMATAN<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-1714781913014722102011-10-30T02:52:00.000-07:002011-10-30T02:53:32.532-07:00MAKIN BERKOBAR<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun :</span> Markus 8-10<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> Mengenai hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Filipi 1:6)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan :</span> Filipi 1:3-11<br /></div><br />Dalam Perjalanan Seorang Musafir, John Bunyan menceritakan perjalanan Si Kristen ke Celestial City, kota surgawi yang kekal. Saat singgah di rumah Juru Penerang, ia melihat api yang menyala-nyala di muka tembok. Di depannya ada orang yang berdiri sambil berkali-kali menyirami api itu dengan air, tetapi api itu malah semakin berkobar. Juru Penerang menjelaskan, api itu anugerah yang bekerja di hati orang percaya; orang yang menyiramkan air berusaha memadamkannya adalah si jahat. Lalu, mengapa api itu semakin berkobar? Juru Penerang memperlihatkan apa yang terjadi di balik tembok itu: Seseorang berdiri memegang bejana minyak dan terus-menerus, secara rahasia, menuangkannya ke dalam api itu. "Kristuslah, " kata Juru Penerang, "yang terus-menerus, dengan minyak anugerah-Nya, memelihara pekerjaan yang telah dimulai-Nya di hati seseorang."<br /><br />Bunyan berpijak pada penjelasan Rasul Paulus tentang pertumbuhan dan pendewasaan orang percaya. Pekerjaan Allah di dalam diri kita berlangsung seumur hidup dan berakhir saat kita bertemu muka dengan Kristus Yesus. Pekerjaan-Nya bagi kita berlangsung pada saat Kristus disalibkan. Pekerjaan-Nya di dalam diri kita dimulai ketika kita percaya kepada-Nya. Dia mengaruniakan Roh-Nya, yang menyertai kita selama-lamanya (Yohanes 14:16), untuk meneruskan dan menyempurnakan pekerjaan tersebut.<br /><br />Apabila kadang muncul keraguan, dapatkah kita mengakhiri pertandingan iman ini dengan baik; kiranya nas hari ini meneguhkan keyakinan kita. Kemenangan kita bukan ditentukan oleh usaha kita, melainkan terjamin oleh anugerah-Nya --ARS<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">APABILA MINYAK ANUGERAHNYA TERUS DICURAHKAN DALAM HATI KITA</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">SIAPAKAH YANG SANGGUP MEMADAMKAN NYALA APINYA?<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-53268230188760536492011-10-30T02:51:00.000-07:002011-10-30T02:52:29.756-07:00KEPRIBADIAN<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun :</span> Markus 4-7<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats : </span>Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman ... hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:7)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan :</span> Kolose 2:6-15<br /></div><br />Melankolik, kolerik, sanguin, dan plegmatik. Teori penggolongan manusia menjadi empat tipe kepribadian ini lahir dari kepercayaan orang Yunani kuno bahwa tubuh manusia tersusun oleh empat macam cairan, yang dalam bahasa Yunani disebut melanchole (cairan empedu hitam), chole (cairan empedu kuning), phlegm (lendir), dan sanguis (bahasa Latin: darah). Menurut mereka, setiap orang memiliki kecenderungan kepribadian tertentu sejak lahir karena perbedaan komposisi cairan-cairan ini.<br /><br />Kepercayaan ini sendiri sudah dibantah oleh para ilmuwan modern. Namun, sistem penggolongannya masih populer, terutama di kalangan awam. Sekadar sebagai bahan diskusi, tak menjadi masalah. Sayangnya, klasifikasi ini kerap dijadikan alasan orang untuk tidak mau memperbaiki diri. "Saya lahir dengan kepribadian begini, jadi memang saya lemah di hal-hal ini, " begitu kilah sebagian orang. Seakan-akan kepribadian dan karakternya tidak mungkin lagi berubah. Padahal, setiap manusia terus berubah sepanjang hidupnya. Masalahnya, ke arah manakah ia berubah?<br /><br />Alkitab mengajarkan bahwa kita sebagai umat Allah harus berubah semakin sempurna. Sebab, setelah Kristus menebus kita, kita dipanggil untuk "dibangun di atas Dia" (ayat 7). Untuk semakin berpusat dan semakin sempurna di dalam Dia. Jadi, selama kita belum memiliki "kepribadian seperti Dia", kita harus terus memperbaiki diri. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita tekun mengejar kesempurnaan. Membangun karakter mulia, meninggalkan kecenderungan-kecenderungan yang kurang mulia, menjadi dewasa rohani dan menjadi saluran berkat bagi orang lain --ALS<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">KITA DIPANGGIL UNTUK TERUS MEMBANGUN DIRI</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">AGAR OLEH KASIH TUHAN KITA MENJADI SEPERTI KRISTUS<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-43770198937019309612011-10-30T02:50:00.000-07:002011-10-30T02:51:13.374-07:00MEMANDANG SALAH<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Markus 1-3<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa ... (Mazmur 119:37)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Mazmur 119:33-37<br /></div><br />Suatu kali Bung Hatta menginginkan sebuah sepatu bermerek yang berkualitas bagus, tetapi cukup mahal. Ia menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung. Namun, tabungannya selalu berkurang untuk memenuhi keperluan keluarga atau orang-orang yang meminta bantuan. Akhirnya, hingga meninggal Bung Hatta tidak pernah membeli sepatu itu. Baginya, menjadi berarti bagi keluarga dan kerabat lebih membuatnya bahagia daripada memiliki sepatu mahal.<br /><br />Secara lebih dalam, pemazmur memberitahukan sumber kebahagiaan yang sesungguhnya. Dalam terjemahan Today’s English Version, Mazmur 119:35 berbunyi: "Buatlah aku taat pada perintah-perintah-Mu, karena di situlah aku menemukan kebahagiaan." Itu sebabnya di ayat berikutnya pemazmur meminta: "Berilah saya kerinduan yang besar untuk menaati hukum-hukum-Mu, lebih besar dari keinginan saya untuk menjadi kaya" (ayat 36). Inilah yang menghindarkannya dari mengejar "hal yang hampa" (ayat 37, TB).<br /><br />Sebagai sarana hidup, uang adalah benda netral. Sayang, banyak orang kemudian memandang salah. Ia mengira sumber kebahagiaannya ialah uang, agar ia dapat memiliki ini itu. Maka, ada uang, bahagia. Tak ada uang, susah, bingung, dan khawatir. Padahal semestinya tidak demikian. Kebahagiaan terjadi jika kita mengikuti kehendak Kristus dan menaati firman-Nya. Dengan begitu, secara berturutan kita akan menikmati damai, sukacita, dan hidup yang berarti. Dan, tentu saja Dia yang besar dan mengasihi kita akan mencukupkan apa yang kita perlu di hidup ini (Filipi 4:19). Kejarlah sumber bahagia yang sejati, bukan yang hampa --AW<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">KEMBALIKAN UANG KE POSISI SEMULA</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">YAKNI SEBAGAI HAMBA, BUKAN TUAN KITA<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-31844400703050222552011-10-30T02:49:00.001-07:002011-10-30T02:49:59.077-07:00MENCONTOH KEPEMIMPINAN ALLAH<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun :</span> Matius 25-28<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (Yehezkiel 34:2)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>Yehezkiel 34:1-10<br /></div><br />David Mukuba Gitari ialah uskup agung Gereja Anglikan Kenya periode 1996-2005. Ia berani menyampaikan suara kenabian bagi pemerintahnya, meski itu membuat nyawanya terancam. Ia percaya para pemimpin Kenya harus mencontoh kepemimpinan Allah, gembala yang baik. Suatu kali, usai berkhotbah di depan banyak politisi, Gitari berpesan, "Pergilah ke parlemen dan jadilah gembala yang baik."<br /><br />Perkataan Gitari tentu didasarkan atas Alkitab. Alkitab kerap mengibaratkan Allah maupun pemerintah sebagai gembala (misalnya Mazmur 23 dan Yehezkiel 34-yang kita baca hari ini). Artinya, gambaran ideal pemerintah dalam Alkitab adalah seperti gembala yang baik; mengurus dan melindungi rakyat. Benar, pemerintah harus meniru cara-cara Allah menggembalakan umat-Nya.<br /><br />Sayangnya, banyak pemerintah di dunia tidak berbuat demikian. Pada zaman Yehezkiel saja Allah harus murka kepada para pemimpin Israel yang malah "menggembalakan dirinya sendiri". Mereka mengambil untung sebesar-besarnya dari rakyat, mengabaikan kesejahteraan rakyat (ayat 3-6). Maka, Allah tampil sebagai lawan mereka, sebab semua rakyat sesungguhnya adalah rakyat Allah (ayat 10).<br /><br />Jika kita pejabat pemerintah, tinggi atau rendah, ingatlah bahwa kita diberi kehormatan untuk mencontoh kepemimpinan Allah. Jangan sia-siakan kehormatan ini. Jalankan kepemimpinan Anda secara bertanggung jawab. Jika kita rakyat biasa, ingatlah untuk mendoakan para pejabat. Sekiranya ada peluang, tak salah juga berseru kepada mereka, "Pergilah ke tempat kerja dan jadilah gembala yang baik" --SAT<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">PEMERINTAH YANG BIJAK</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">HARUSLAH MENCONTOH CARA TUHAN MEMERINTAH</span><br /><br /></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6394476565716960706.post-85445061048780343872011-10-30T02:47:00.000-07:002011-10-30T02:48:48.932-07:00SEPADAN DENGAN PERTOBATAN<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;"><span style="font-weight: bold;">Bacaan Setahun : </span>Matius 22-24<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Nats :</span> Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci (1 Yohanes 3:3)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Bacaan : </span>1 Yohanes 3:1-10<br /></div><br />Komunisme tidak memercayai eksistensi surga dan kekekalan. Walau demikian, pemerintahan komunis di Rusia menjanjikan kemunculan generasi baru manusia yang berwatak luhur. Dengan mengabaikan kekekalan sebagai daya dorong, mungkinkah mereka mencapainya? Keruntuhan komunisme sekian dekade kemudian menyingkapkan borok-boroknya. Alih-alih bangkitnya "Manusia Sosialis Baru", rata-rata warga Soviet lebih suka menghabiskan uang untuk mabuk-mabukan daripada membantu anak-anak yang membutuhkan.<br /><br />Josef Tson, pendeta Rumania, menggarisbawahi hal ini: "Mereka tidak punya motivasi untuk berbuat baik. Mereka melihat bahwa dalam dunia yang sepenuhnya material, hanya ia yang bergegas-gegas dan menyambar bagi dirinya sendiri, yang bisa memiliki sesuatu. Buat apa mereka menyangkal diri dan jujur? Apa motivasi yang bisa ditawarkan pada mereka untuk menjalani hidup yang berguna bagi orang lain?"<br /><br />Kegawalan komunisme menyodorkan pelajaran tentang pentingnya perspektif kekekalan dalam menjalani pertobatan. Metanoia, bahasa Yunani untuk pertobatan, mengacu pada pembaruan pikiran yang berujung pada perubahan tindakan menuju kebajikan. Tanpa kesadaran akan kekekalan, pertobatan menjadi seperti perjalanan tanpa motivasi dan tanpa tujuan. Orang bisa gampang patah arang di tengah jalan. Sudut pandang mengenai kekekalan menggugah pertobatan kita. Kalau kita memercayai kekekalan, apakah hidup kita menunjukkan pertobatan dan perubahan yang sepadan? Sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat terus-menerus berbuat dosa (ayat 9) --ARS<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">APA YANG KITA LAKUKAN DI DUNIA INI BERGEMA DI KEKEKALAN<br /><br /></span></div></div>Ciqwhenz Angel'shttp://www.blogger.com/profile/07074289062263433204noreply@blogger.com0