Tampilkan postingan dengan label September 2011. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label September 2011. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 September 2011

SUARA HATI

Bacaan Setahun : Amos 1-4

Nats : Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12)

Bacaan : Amsal 14:10-16

Arl Weisman mewawancarai 1.036 orang yang telah bercerai untuk meneliti penyebabnya. Ternyata 80% menyatakan bahwa sebelum menikah, sudah muncul keraguan dalam hati mereka untuk bisa bertahan hidup bersama pasangannya. Ada yang terasa mengganjal di hati. Namun, perasaan itu ditutupi rasa optimis bahwa sesudah menikah semuanya akan berubah. Atau, sudah telanjur memastikan tanggal pernikahan. Weisman, dalam bukunya, Serious Doubts (Keraguan Serius) berkata: "Jika Anda sangat ragu menikahi seseorang, jangan nekat! Dengarkan suara hati agar jangan salah jalan."

Hati adalah pusat kehidupan batin. Tempat diolahnya perasaan dan pikiran terdalam. Dari hati muncul penilaian jujur pada diri sendiri. Suara hati membisikkannya kepada kita, terutama jika ada yang tak beres. Kita bisa saja mengabaikannya dan lebih menuruti apa kata orang. Namun, hati akan merana (ayat 10, 13). Orang bijak tak akan bertindak berdasarkan apa kata orang (ayat 15). Ia akan berhati-hati melangkah; peka mendengar suara hati. Ia tak akan ceroboh mengambil jalan yang disangka lurus. Ia tidak akan menjalaninya sebelum yakin bahwa jalan itu benar-benar lurus.

Salah jalan memang bukan akhir. Tuhan bisa membuat keputusan-keputusan keliru yang kita buat menjadi sesuatu yang berakhir baik. Anda, dengan pertolongan Tuhan, bisa kembali menempuh jalan yang benar. Namun, prosesnya menghabiskan waktu dan tenaga. Menguras pikiran dan perasaan. Anda akan mengalami kesusahan yang tak perlu terjadi. Jadi, sebelum mengambil keputusan penting, datanglah kepada Tuhan. Mintalah kepekaan untuk mendengar pimpinan-Nya, bahkan lewat suara hati Anda --JTI

SUARA HATI ADALAH SOBAT YANG PALING BERANI BICARA

IA BERANI BERKATA "TIDAk" SAAT SEMUANYA BERKATA "YA"

WUJUD IMAN

Bacaan Setahun : Yoel 1-3

Nats : Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya ... Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran (Kejadian 12:4)

Bacaan : Kejadian 12:4-9

Sebuah pepatah mengatakan, "life begins at forty" (hidup dimulai pada usia 40). Salah satu artinya ialah: sebelum umur 40, seseorang masih boleh bereksperimen; berganti-ganti karier dan profesi. Namun setelah umur 40, ia harus sudah mantap di satu tempat, menekuni kariernya. Sebab, jika di usia itu ia masih berpindah tempat tinggal dan berganti profesi, ia akan cenderung tak meraih apa-apa.

Namun, lihatlah keberanian Abram menjawab panggilan Tuhan. Yakni ketika Tuhan memintanya meninggalkan tanah kelahiran, sanak keluarga, dan hidup yang sudah mapan di Haran. Waktu itu Abram berusia 75 tahun. Sudah usia senja. Tapi inilah responsnya: "pergilah Abram seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya". Walau ia belum tahu negeri mana yang dijanjikan Tuhan! Bagaimana ia dapat bersikap demikian? Pertama, Abram sadar benar siapa Tuan atas hidupnya. Kedua, Abram sadar hidupnya milik Tuhan dan ia menghidupi kesadaran ini secara nyata. Ketiga, bila hidupnya milik Tuhan, Abram percaya bahwa masa depan dan hidup matinya ada di tangan Tuhan. Itu sebabnya Abram diberi gelar bapak orang beriman (Galatia 3:7). Iman bukan dogma indah dengan dukungan argumen filsafat yang sulit. Iman itu sederhana dan nyata, yaitu ketaatan melakukan kehendak dan panggilan Bapa.

Dalam hidup kita pribadi; benarkah Yesus menjadi Tuan atas hidup kita? Adakah kita menaati dan meyakini bahwa Dia sanggup menuntun dan memelihara? Beranilah melangkah untuk menjawab panggilan-Nya. Ambillah bagian dalam pelayanan-Nya. Arahkan hidup kepada tanah perjanjian di surga, dan jangan melekat pada harta duniawi. Mari beriman! --SST

BERIMAN ADALAH MENANGGALKAN KEYAKINAN PADA KEMAMPUAN SENDIRI

DAN MENYANDARKANNYA KEPADA TUHAN YANG KASIH-NYA TERBUKTI

BUYUNG AIR RIBKA

Bacaan Setahun : Hosea 12-14

Nats : Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga (Pengkhotbah 9:10)

Bacaan : Kejadian 24:10-21

Gadis cantik itu memberi minum seorang asing dari buyung airnya. Tidak berhenti di situ, ia juga memberi minum unta orang itu. Tampaknya tidak terlalu istimewa, ya? Tetapi, marilah kita berhitung. Untuk memuaskan seekor unta yang haus diperlukan air hampir empat buyung. Nah, unta orang itu bukan hanya seekor tetapi sepuluh! Jadi, berapa kali gadis itu harus bolak-balik menimba air? Ah, Anda tentu mulai melihat sesuatu yang istimewa di sini.

Anda tentu tahu, gadis cantik itu bernama Ribka. Tampaknya ia menerapkan hikmat yang dituliskan Pengkhotbah sekian abad kemudian. Apakah ia melakukannya karena membayangkan hendak dipersunting seorang pangeran tampan idaman? Apakah ia melakukannya hanya untuk pamer, hendak memikat hati orang asing itu, siapa tahu ia dapat memperoleh keuntungan dari kebaikannya? Jelas tidak. Ia sama sekali belum mengenal hamba Abraham itu. Justru kemungkinan besar Ribka sudah terbiasa melakukannya, memberi minum orang-orang asing lain. Ia melakukannya karena memang ia pekerja keras dan murah hati. Dan, pada petang yang tak terduga itu, sikap tersebut membuatnya terhisab dalam kisah penebusan agung yang tengah ditenun Tuhan.

Apa pun tugas yang ada di tangan kita, marilah kita menerapkan hikmat Salomo serta meneladani sikap Ribka. Mungkin hasilnya tidak sedramatis yang dialami oleh Ribka. Akan tetapi, sepanjang kita melakukannya dalam penyertaan Tuhan dan bagi kemuliaan-Nya, kita dapat mengambil bagian dalam kreativitas Sang Pencipta dan turut memelihara serta memperindah ciptaan-Nya --ARS

TIDAK TERLALU PENTING TUGAS ATAU PEKERJAAN APA YANG KITA LAKUKAN

YANG TERUTAMA ADALAH SIKAP HATI KITA DALAM MELAKUKANNYA

WES MOORE

Bacaan Setahun : Hosea 8-11

Nats : Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya (Ulangan 30:19-20)

Bacaan : Ulangan 30:15-20

Pada Desember 2000, surat kabar Baltimore Sun memuat berita tentang Wes Moore, siswa teladan penerima beasiswa Rhodes. Uniknya, dalam koran yang sama, termuat pula berita lain tentang anak-anak muda yang menjadi buronan karena membunuh polisi. Dan, salah satu pemuda pembunuh itu juga bernama Wes Moore sama namanya, tetapi beda orangnya. Kini Wes Moore yang pertama terus berprestasi di masyarakat dan menjadi pemimpin bisnis yang berhasil. Tragisnya, Wes Moore yang kedua kini menjalani hukuman seumur hidup karena kejahatannya. Nama dua orang ini persis sama; mereka berasal dari kota yang sama, lingkungan yang sama kerasnya, dan sama-sama kehilangan ayah sejak kecil.

Dua kehidupan yang sangat mirip ketika muda, tetapi bisa sangat berbeda di masa depan. Ini karena keluarga Wes Moore yang pertama berusaha memilihkan "jalan kehidupan" baginya. Kakek-neneknya merelakan rumah mereka dijual agar Moore dapat disekolahkan di sekolah militer yang mengasah karakter dan kepribadiannya.

Tragedi dalam kehidupan bisa terjadi ketika orang mengabaikan hikmat dari Tuhan tentang bagaimana menjalani hidup. Ketika orang "berpaling dan tidak mau mendengar" Tuhan, bahkan "mau disesatkan" untuk mengikut jalan yang di luar kehendak Tuhan (ayat 17). Sebab di hidup ini ada dua pilihan besar yang harus diputuskan: kehidupan dan keberuntungan atau kematian dan kecelakaan (ayat 15). Orang yang memilih untuk mengasihi Tuhan dan hidup menurut jalan-Nya, sudah jelas masa depannya: "supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu" (ayat 19). Mari memilih jalan kehidupan! --AW

HIDUP MANUSIA BUKAN BERGANTUNG PADA NASIB

TETAPI PADA PILIHANNYA UNTUK BERPAUT KEPADA TUHAN ATAU TIDAK

BENTENG IMAN

Bacaan Setahun : Hosea 5-7

Nats : Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (Mazmur 139:7)

Bacaan : Kejadian 39:8-10

Sebuah kartun melukiskan dengan menarik adegan Yusuf sedang digoda oleh istri Potifar. Mereka hanya berdialog berdua di sebuah kamar. Di kamar itu tegak berdiri patung dewa sesembahan keluarga Potifar. Sambil melempar busananya ke arah patung itu sehingga menutupi "kepala" si dewa, istri Potifar berkata kepada Yusuf, "Marilah tidur dengan aku. Tak ada seorang pun di sini yang melihat kita, bahkan dewa pun tidak." Namun Yusuf menjawab, "Janganlah Nyonya berbuat begitu! Walau dewamu tidak melihat, tetapi Allahku hidup dan tetap melihat."

Pencobaan terberat bisa terjadi ketika seseorang sedang berada dalam situasi sepi, tersembunyi, tak ada orang yang melihat. Nafsu jahat akan merayu minta dipenuhi. Niat berbuat baik pun diserbu suara yang berkata, "Percuma, tak usah jadi pahlawan. Tak ada yang melihat dan mengganjarmu". Di saat seperti itu, yang tersisa hanya benteng iman.

Syukurlah, Yusuf memiliki benteng itu. Yakni kesadaran dan penghayatan bahwa Tuhan hidup, selalu hadir dan melihat segala sesuatu. Meski tak ada orang di situ selain Nyonya Potifar sendiri Yusuf tetap berkata, "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ayat 9b).

"Mata Tuhan melihat, apa yang kita perbuat, buat yang baik, buat yang jahat", begitu sebagian lirik nyanyian anak-anak di Sekolah Minggu. Sederhana, tetapi sampai kapan pun kebenarannya tidak berubah. Berlaku baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Jika kita tergoda untuk berbuat jahat atau terhalang untuk berbuat baik karena ada pikiran bahwa tak ada yang melihat mari segera kuatkan benteng iman kita --PAD

DI MANA PUN DAN KAPAN PUN, SATU HAL YANG HARUS SELALU KITA INGAT:

ATAS SEGALA SESUATU, TUHAN MELIHAT

BERKELUH KESAH

Bacaan Setahun : Hosea 1-4

Nats : Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku (Ayub 7:11)

Bacaan : Ayub 7:1-21

Setiap kali Pendeta Matt selesai berkhotbah, David selalu menambahkan hal yang dianggapnya kurang atau tidak tepat. Mula-mula Matt bisa menerima. Namun, setelah 2 tahun dikritik terus, ia pun marah. "Apa maksudmu selalu mengkritik khotbahku?" tanya Matt. David kaget. Ia berkata, "Maaf, Pak Matt, saya tak bermaksud apa-apa. Saya orang Yahudi. Kami biasa memperdebatkan Alkitab. Setiap kali saya berharap Bapak menyanggah kritikan saya, supaya terjadi dialog yang menarik. Dari situ kita bisa makin akrab!"

Sejak dulu, orang Yahudi biasa berdialog terbuka kepada Tuhan maupun sesama. Saat berdoa, mereka berani membahas segala topik, termasuk yang tidak menyenangkan: kekecewaan, keluh-kesah bahkan kemarahan. Ini tampak dari syair-syair Mazmur, Ratapan, juga dari doa Ayub. Ia mengeluh karena hari-hari hidupnya terasa hampa dan sia-sia (ayat 1-7). Ia ingin segera mati (ayat 8-10). Ia menuduh Tuhan memberinya mimpi buruk waktu tidur (ayat 12-15). Ia kecewa Tuhan membuatnya menderita, padahal ia hidup baik-baik (ayat 20-21). Tidak semua perkataan Ayub benar. Belakangan Tuhan menegur kata-katanya yang "tidak berpengetahuan" (Ayub 38:2). Namun, keluh kesahnya didengar! Dengan jujur mencurahkan isi hati, Ayub dapat menghadapi kekecewaan dengan cara sehat. Ia tidak membenci Tuhan atau melukai diri sendiri.

Apakah Anda kecewa terhadap Tuhan, gereja, atau sesama? Daripada bersungut-sungut di depan orang, lebih baik curahkan isi hati Anda kepada-Nya. Bapa di surga tahu kegundahan hati Anda. Dia akan menghibur sekaligus menegur cara pandang Anda yang keliru. Damai pun akan kembali hadir di hati --JTI

BERKELUH-KESAH TIDAKLAH SALAH

ASAL DISAMPAIKAN KEPADA ALLAH

PAHIT JADI MANIS

Bacaan Setahun : Daniel 10-12

Nats : Musa berseru-seru kepada Tuhan, dan Tuhan menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis (Keluaran 15:25)

Bacaan : Keluaran 15:22-27

Mana yang lebih Anda sukai: minum jamu beras kencur manis dulu baru minum jamu bratawali yang pahit; atau minum jamu bratawali yang pahit dulu baru minum jamu beras kencur manis sebagai penawar? Biasanya orang akan memilih meminum beras kencur yang manis setelah minum bratawali yang pahit.

Segera setelah peristiwa Laut Teberau yang mencengangkan dan menggembirakan, orang Israel mengalami kesulitan: tiga hari mereka berjalan di padang gurun tanpa air. Ketika sampai di sebuah tempat berair bernama Mara, mereka tetap tak dapat minum sebab air di situ pahit. Namun, di situ terjadi kembali pertolongan Tuhan yang mengubah air pahit di Mara menjadi air yang manis (ayat 25). Di tempat kepahitan (Mara), air berubah menjadi manis (bahasa Ibrani: Mathaq, yang berarti "manis", menggembirakan). Begitulah Tuhan mendidik umat Israel, bahwa Dia adalah Allah yang dapat membuat Mara menjadi Mathaq; yang dapat membuat apa yang tak bisa dinikmati menjadi sesuatu yang menggembirakan. Ini akan terjadi apabila umat Tuhan "sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allah, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telinga kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya ..." (ayat 26).

Dalam kisah hidup kita, kadang ada kejadian pahit yang terjadi dan membuat hati kita merana karenanya. Bila hal itu terjadi, apakah Anda ingin hati Anda yang pahit diubahkan menjadi manis? Allah kita mampu mengubahnya, asal kita sungguh-sungguh bersedia mendengarkan perintah Tuhan dan melakukan apa yang benar, dengan setia --DKL

APABILA KEPAHITAN HIDUP TAK TERHINDARI

BERSANDARLAH KEPADA ALLAH YANG SANGGUP MEMBUATNYA MANIS

KASIH YANG BERANI

Bacaan Setahun : Daniel 7-9

Nats : ... tidak boleh engkau mengambil Herodias!" Walaupun Herodes ingin membunuhnya ... (Matius 14:4-5)

Bacaan : Matius 14:3-12

Yohanes Pembaptis adalah nabi yang unik. Umur dan masa pelayanannya sangat pendek. Khotbahnya juga pendek, tetapi "menyambar" semua golongan tanpa kecuali membuat telinga panas, muka merah, hati gelisah. Orang dunia menganggapnya bodoh karena membuat kesalahan besar yang menyebabkan usia dan pelayanannya pendek. Mengapa? Ia berani menegur Herodes karena merebut Herodias, istri Filipus, saudaranya sendiri. Ah, siapakah ia sehingga berani menegur raja?

Namun benarkah Yohanes mencemarkan nama raja karena telah menegur langsung? Atau, ia mengasihi rajanya dan tak ingin sang raja hidup dalam dosa yang membinasakan? Memang dari sudut pandang duniawi, Yohanes melanggar tata krama. Namun dari sudut pandang kebenaran, keberanian Yohanes patut diacungi jempol, sebab ia mengasihi raja dan rakyatnya. Bukankah dosa raja berdampak buruk bagi bangsanya? Sayangnya, kejujuran dan kebenaran tak dihargai di dunia ini. Suara kenabian dan kejujuran biasanya dijauhkan dari raja. Yang ada di sekitar raja hanya para penjilat dan penggembira hati yang memabukkan. Kalaupun ada orang yang baik dan jujur di sekitar raja, biasanya ia cenderung memilih diam agar selamat.

Saudara, apabila Anda adalah "raja" baik di rumah, di tempat kerja, di gereja, di lembaga pelayanan, atau di masyarakat, waspadalah! Jagalah hati. Peliharalah persekutuan dengan Tuhan. Bukalah pintu hati bagi teguran, sekalipun itu membuat wajah merah dan hati gerah. Jangan tergesa mematikan suara itu. Siapa tahu itu adalah suara Tuhan yang berseru-seru di padang gersang kehidupan, agar jalan Anda yang bengkok diluruskan (Matius 3:3) --SST

SEORANG PENJILAT MEMBUNUH DENGAN PUJIAN

TETAPI SAHABAT SEJATI MENYELAMATKAN DENGAN TEGURAN

SUNGAI YORDAN

Bacaan Setahun : Daniel 4-6

Nats : ... tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah (1 Petrus 3:4)

Bacaan : 2 Raja-raja 5:9-14

Jaringan televisi E! menayangkan reality show berjudul Bridalplasty, di mana 12 wanita calon pengantin memperebutkan hadiah utama berupa multiple plastic surgery (layanan bedah plastik) untuk hari pernikahan mereka. Bridalplasty ialah pengembangan dari acara make over (mendandani seseorang begitu rupa hingga menjadi sangat berbeda dari sebelumnya) yang sejak lama sangat populer; baik di majalah mingguan remaja, tabloid wanita, hingga program televisi. Peminat program ini ternyata tak pernah surut.

Dalam bacaan hari ini, Tuhan pun melakukan "make over" kepada Naaman yang penampilan fisiknya rusak karena kusta. Melalui perantaraan Nabi Elisa, Tuhan meminta Naaman mandi di Sungai Yordan untuk kesembuhannya. Lalu kenapa Naaman mulanya enggan untuk menjalankannya? Yordan adalah lembah yang paling rendah di dunia. Bahkan kata "Yordan" sendiri bermakna "turun ke bawah". Sungainya kotor dan sangat tidak diperhitungkan. Berkebalikan dengan para peserta make over yang biasanya dibawa ke salon para selebriti dan butik paling mewah; Naaman malah diminta Tuhan untuk "turun ke bawah".

Ketika Naaman taat dengan bersedia "turun ke bawah", maka ia menjadi manusia yang lebih baik. Setelah berendam di sungai Yordan, Naaman sembuh dari kustanya, karakternya pun berubah. Terhadap setiap pribadi, Tuhan juga rindu mengadakan "make over" kehidupan, sehingga membuat iman dan karakternya sangat berbeda dari yang dulu. Adakah program make over di dunia yang dapat melakukannya? Hanya Tuhan kita yang dapat. Bersediakah Anda merendahkan diri dan taat agar diubahkan oleh-Nya? --OLV

TUHAN DAPAT MENGUBAH DIRI KITA SAMA SEKALI

LUAR DALAM MENJADI LEBIH BAIK!

GEGABAH

Bacaan Setahun : Daniel 1-3

Nats : Lalu kata Yonatan: "Ayahku mencelakakan negeri; coba lihat, bagaimana terangnya mataku, setelah aku merasai sedikit dari madu ini" (1 Samuel 14:29)

Bacaan : 1 Samuel 14:24-35

Pada tahun 1930-an, untuk mengatasi wabah kumbang perusak tanaman tebu di Australia, pemerintah setempat dengan gegabah mengimpor sejenis katak khas Amerika Latin tanpa memikirkan dampak lingkungannya. Keputusan ini ternyata bukan hanya gagal menyelesaikan masalah yang dihadapi, malah kemudian menjadi masalah besar bagi Australia hingga saat ini. Sebab, katak-katak ini berkembang biak tanpa bisa dikontrol dan mengganggu keseimbangan ekosistem di sana.

Keputusan yang gegabah cenderung menimbulkan masalah yang tidak perlu. Hal serupa juga pernah terjadi pada bangsa Israel dalam masa pemerintahan Raja Saul, seperti yang tercatat dalam perikop Alkitab kita hari ini. Saat itu bangsa Israel sedang berperang melawan orang Filistin. Dalam keadaan terdesak, Saul memaksa semua orang berpuasa (ayat 24). Ini tentu keputusan yang ganjil, sebab bagaimana bangsa itu bisa berperang dengan tangguh jika mereka lapar dan haus (ayat 29-30)? Selanjutnya, meski Tuhan memberi kemenangan, akibat rasa lapar yang diderita orang Israel karena titah Saul, mereka merayakan kemenangan dengan cara yang tidak pantas (ayat 32). Tindakan gegabah ini akhirnya menjadi salah satu catatan buruk dalam sejarah pemerintahan Raja Saul.

Setiap kali kita hendak berkata-kata, bertindak, apalagi mengambil keputusan, ambillah waktu untuk memikirkan dan mempertimbangkan dengan matang. Pikirkan tujuan dan akibat tindakan tersebut, dampaknya bagi diri kita sendiri, orang lain, masyarakat, khususnya bagi Tuhan. Dengan demikian, akan ada banyak masalah, kesulitan, dan tragedi yang bisa kita hindarkan --ALS

BERPIKIRLAH SEBELUM BERTINDAK

SEBAB GEGABAH HANYA MENDATANGKAN MUSIBAH

HANGATKAN HATINYA

Bacaan Setahun : Yehezkiel 46-48

Nats : "Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya (Kejadian 50:21)

Bacaan : Kejadian 50:15-21

Orang yang merasa bersalah, biasanya juga takut. Pernahkah Anda dikejar-kejar oleh dua perasaan yang saling terkait ini? Sebuah tindakan jahat di masa lalu bisa terus tersimpan di ingatan pelakunya, kecuali si pelaku sudah berhati batu. Jika hati Anda lembut, rasa bersalah itu akan terus menghantui dan membuat hidup tidak tenang. Itulah yang terjadi pada saudara-saudara Yusuf.

Mereka sangat menyadari kesalahan mereka di masa lalu. Maka, ketika Yakub meninggal, mereka kembali dihinggapi ketakutan, bahwa Yusuf akan membalas kejahatan mereka dan tidak lagi bersikap baik kepada mereka. Maka, setelah tujuh belas tahun hidup bersama di Mesir, mereka kembali memohon pengampunan Yusuf atas kesalahan mereka di masa lalu.

Bahkan mereka menyatakan bersedia menjadi budak Yusuf. Bagaimana sikap Yusuf? Yusuf menunjukkan bahwa sikapnya tetap sama; baik semasa Yakub masih hidup maupun setelah Yakub tiada. Yusuf memang tak lupa pada kejahatan mereka dulu. Namun, Yusuf telah menemukan makna peristiwa masa lalu itu; yakni agar ia dapat memelihara hidup suatu bangsa yang besar (ayat 20). Jadi, ia melegakan hati saudara-saudaranya dengan berkata: "Jangan takut". Sikap, kata, refleksi, dan tindakan Yusuf menenangkan dan menghibur hati mereka.

Bagi Anda yang dirundung ketakutan karena rasa bersalah, sungguh menenangkan hati jika Anda segera menuntaskannya. Bagi Anda yang berada di posisi seperti Yusuf, janganlah menunda untuk melegakan hati orang yang datang kepada Anda dengan rasa takut dan sesal. Segera hangatkan hatinya dengan pengampunan dan harapan baru --DKL

CINTA DAN PENGAMPUNAN YANG SEJATI

SANGGUP MENGHANGATKAN KEBEKUAN HATI

MENGUTAMAKAN KELUARGA

Bacaan Setahun : Yehezkiel 43-45

Nats : Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya (Efesus 5:33)

Bacaan : Efesus 5:22-33

Chris Spielman adalah pemain bola kenamaan di Liga Nasional Amerika. Publik selalu menantikan penampilannya. Suatu hari, menjelang dimulainya musim kompetisi, datang berita bahwa istrinya mengidap kanker. Spielman memutuskan untuk berhenti bermain demi bisa merawat istrinya. Banyak pihak kecewa. Namun, kepada wartawan ia berkata: "Aku berjanji pada Stephanie untuk menemaninya selama berobat. Berada di sisinya waktu kesakitan, dan merawat keempat anak kami." Ketika menjalani kemoterapi, rambut istrinya rontok. Lalu Spielman mencukur habis rambutnya sebagai tanda solidaritas. Setahun kemudian istrinya meninggal. Spielman bersyukur, bisa mendampingi istrinya sampai maut memisahkan mereka berdua.

Betapa indah kesaksian hidup pasangan yang bisa menjalankan perannya dengan baik. Dalam Efesus 5 dijelaskan apa peran suami maupun istri. Suami diminta merawat istri "seperti merawat tubuhnya sendiri". Ini tidak mudah. Butuh pengorbanan. Bagi Spielman, merawat istri berarti mengorbankan kariernya; mengorbankan peluang untuk memperoleh lebih banyak uang dan popularitas. Begitu pula, seorang istri perlu "tunduk kepada suaminya seperti kepada Tuhan". Menundukkan diri butuh pengorbanan harga diri. Tunduk bukan berarti rela ditindas, melainkan belajar menghargai kepemimpinan suami.

Kapan suami istri bisa berkorban? Saat masing-masing mementingkan pasangannya lebih dari diri sendiri. Lebih dari yang lain. Relasi antara orangtua dan anak pun demikian. Saling berkorban hanya mungkin terjadi jika keluarga diutamakan. Diprioritaskan. Sudahkah Anda mengutamakan keluarga? --JTI

JIKA BANYAK HAL LAIN DIJADIKAN YANG UTAMA

ANDA TAK AKAN RELA BERKORBAN BAGI KELUARGA

KANGEN, KAPAN PULANG?

Bacaan Setahun : Yehezkiel 40-42

Nats : ... tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna seperti aku sendiri dikenal (1 Korintus 13:12)

Bacaan : Roma 8:14-23

Setelah sekian waktu tinggal di Amerika, hampir empat tahun saya terhambat untuk pulang ke tanah air. Tak ayal, ketika akhirnya Tuhan beri saya kesempatan untuk pulang kampung, maka betapa padatnya hari-hari saya. Tiada hari tanpa rapat. Jam demi jam dilalui begitu cepat; bertemu donatur, relasi, anak buah, jemaat, sahabat, keluarga besar, dan teman-teman lama. Tak salah jika ibu saya berkomentar: "Wah, pulang cuma sebentar, tapi nggak bisa dipegang ’ekornya’."

Setelah satu bulan, dua hari menjelang kembali ke Atlanta, saya terkesiap membaca email anak saya: "Papa kapan pulang, Thea kangen." Tiba-tiba hati ini ingin cepat terbang kembali ke tengah keluarga yang saya tinggalkan nun jauh di sana. Betapa campur aduknya perasaan di hati: haru, bangga, kangen, karena rasa cinta saya yang besar kepada anak istri saya. Dua hari yang masih tersisa sebelum pulang jadi terasa begitu lambat, sebab rasa rindu itu seakan-akan tidak tertahankan.

Saudara, seperti itukah kerinduan kita menanti kedatangan Yesus yang kedua kali? Dia pasti datang kembali menjemput kita dari dunia, di mana Dia menempatkan kita untuk hidup sebagai saksi-Nya. Adakah kita rindu bertemu muka dengan muka, dan tidak tahan menantikan saat indah itu, sebab sekarang kita hanya mengenal Dia secara samar-samar? Atau, kita sedang terlena dengan kesibukan bekerja, menumpuk kekayaan di dunia, dan membangun kenikmatan sesaat yang pasti kita tinggalkan kelak? Mari berkarya sementara hidup di dunia, tetapi dengan mata hati tertuju ke surga, di mana Yesus kekasih hati kita berada. Dia juga sangat rindu bertemu dengan kita segera --SST

TERUSLAH MEMANDANG SURGA SEBAGAI RUMAH KITA

SEBAB TUJUAN AKHIR HIDUP KITA BUKANLAH DUNIA

ALLAH YANG AJAIB

Bacaan Setahun : Yehezkiel 36-39

Nats : Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi Tuhan serta mengikrarkan nazar (Yunus 1:16)

Bacaan : Yunus 1

Saya pernah melakukan sebuah kesalahan fatal: mengisikan solar ke mobil berbahan bakar premium. Akibat kesalahan tersebut, tangki bahan bakar mobil itu harus dikuras dan dicuci. Sejak pengalaman tak menyenangkan tadi, saya lebih berhati-hati ketika mengisi bahan bakar.

Manusia memang tidak luput dari kesalahan-entah itu sepele atau fatal. Dan, kesalahan-kesalahan yang kita lakukan dalam hidup kita bisa mengakibatkan kegagalan, bahkan kehancuran. Ajaibnya, di tangan Allah, keadaan bisa menjadi sangat berbeda. Sebab, apabila Allah berkehendak, Dia bahkan sanggup mengubah sebuah kesalahan menjadi berkat. Seperti yang terjadi dalam kehidupan Yunus. Yunus telah bersalah kepada Tuhan saat ia lari dari perintah Allah. Akibatnya, saat mengarungi samudera, ia dikejar oleh badai gelombang yang menakutkan. Akan tetapi, dalam langkah salah Yunus tersebut, Allah sanggup berbuat sesuatu.

Selain memberi teguran bagi Yunus, Allah pun membukakan mata awak kapal yang lain sehingga mereka percaya kepada Allah yang hidup dan benar.

Allah sanggup mengubah kesalahan menjadi berkat. Bahkan tak hanya untuk kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Namun demikian, ini bukan berarti kita boleh seenaknya berbuat kesalahan di hadapan Tuhan. Justru pada saat-saat demikian, kita mesti mengakui dan menyerahkan segala kesalahan kita kepada Allah. Lalu tidak mengulang kesalahan itu dan tidak berkubang dalam penyesalan berkepanjangan. Bertindaklah. Ambil langkah untuk berani hidup benar, sehingga bahkan orang lain dapat melihat Allah yang bekerja melalui kelemahan-kelemahan kita --RY

BAWA DAN AKUI KESALAHAN KITA KEPADA ALLAH

APABILA MAU, DIA SANGGUP MENGUBAH KESALAHAN MENJADI BERKAT

KEHABISAN BAHAN DOA

Bacaan Setahun : Yehezkiel 33-35

Nats : Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)

Bacaan : Filipi 4:6-9

Doa adalah napas hidup orang kristiani." Saya setuju dengan pernyataan ini, tetapi sekaligus merasa bersalah karenanya. Bernapas mengacu pada aktivitas yang terus-menerus; dan tanpanya kita mati. Lantas bagaimana kehidupan doa saya? Jangankan terus-menerus, tak jarang ada hari-hari yang saya lewatkan tanpa berdoa. Saya jenuh dan merasa "kehabisan bahan". Tampaknya, ada yang salah dengan kehidupan doa saya. Atau, mungkin ada yang salah dengan konsep doa saya.

Surat Paulus kepada jemaat di Filipi menawarkan jawaban. Dalam pasal 4, Paulus memaparkan "persediaan sumber daya" Kristus yang memadai bagi pelayanan kita. Kristus menyediakan damai sejahtera sebagai penangkis kecenderungan kita untuk khawatir (ayat 6-7). Ketika membacanya, kata "segala hal" berkata-kata dengan kuat kepada saya. Segala keinginan bahkan kekhawatiran tidak lain adalah bahan doa. Dalam keadaan apa pun, kita dapat menyatakannya kepada Tuhan, tanpa harus berlari ke kamar doa dulu. Bagaimana dengan keinginan yang egois? Ketika menyatakannya kepada Tuhan, kita merendahkan diri dan mempersilakan Dia memperbaiki dan mengarahkannya. Bagaimana dengan kekhawatiran?

Ketika kita menyerahkannya, Dia akan mengambilnya dan memberi kita damai sejahtera sebagai gantinya (ayat 7). Wah, kalau seperti ini, saya tak bakal kehabisan bahan doa: tiap hari saya punya segudang keinginan dan kekhawatiran!

Anda mungkin, mirip dengan saya, bergumul dalam kehidupan doa. Ungkapkan segala keinginan dan kekhawatiran Anda sebagai doa kepada Tuhan. Anda pun tak akan kehabisan bahan doa --ARS

BERDOA IALAH MENCURAHKAN ISI HATI KEPADA BAPA DAN SOBAT TERBAIK

MUNGKINKAH KITA KEHABISAN BAHAN DOA?

FATAMORGANA

Bacaan Setahun : Yehezkiel 29-32

Nats : Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering (Yesaya 41:18)

Bacaan : Yesaya 41:17-29

Melintasi gurun adalah perjalanan yang sukar. Apalagi jika dijalani berminggu-minggu. Panas membakar dan haus yang tak tertahankan kerap membuat banyak orang disesatkan fatamorgana (bayangan semu, seperti melihat mata air).

Saat Israel hidup dalam pembuangan, hidup mereka sungguh menyesakkan seperti melintasi gurun. Namun, mereka tak "disesatkan oleh fatamorgana" sebab tangan Allah yang kuat memimpin mereka (ayat 17-19), dan bangsa-bangsa lain mengakui hal itu (ayat 20). Kuasa Allah melucuti para penguasa dunia, berhala, dan ilah-ilah dunia yang kerap menjadi "fatamorgana" penyesat manusia (ayat 21). Mereka tak dapat mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan (ayat 22-23). Mereka tak berdaya menolong diri sendiri (ayat 24). Mereka tak berdaya mencegah kuasa Allah untuk meninggikan atau merendahkan seseorang (ayat 25-27). Mereka tak mampu menyelami rencana yang sedang Allah wujudkan melalui sejarah dunia ini.

Sebagai pengembara di dunia ini, setiap orang dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, mengikuti "fatamorgana" yang menyesatkan. Yakni, mengejar kenikmatan hidup dengan memuaskan nafsu: belanja, pesta, kemakmuran, harta benda, gengsi, dan sederet ambisi lain yang dipakai orang sebagai ukuran keberhasilan dan kebahagiaan. Kedua, menjaga hidup tetap berpaut kepada Allah, serta memperhatikan dan berusaha menerapkan kebenaran firman-Nya. Pilihan pertama memberi kenikmatan, tetapi hanya sementara dan menghancurkan. Pilihan kedua memang tak mudah, karena harus melewati lorong-lorong terjal. Namun sejarah membuktikan bahwa bersama Dia, selalu ada hidup yang berkemenangan --SST

BIARLAH MATA KITA TERUS TERTUJU KEPADA YESUS TUHAN

HINGGA TAK ADA FATAMORGANA DUNIA BISA MENGALIHKAN TUJUAN

EFEK BEN FRANKLIN

Bacaan Setahun : Yehezkiel 26-28

Nats : Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44)

Bacaan : Matius 5:38-48

Benjamin Franklin, salah satu bapak pendiri negara Amerika Serikat, pernah berkata bahwa seseorang yang pernah menolong kita jika dibandingkan dengan mereka yang pernah kita tolong akan lebih mungkin menolong kita lagi di kemudian hari. Dengan kata lain, kecenderungan kita untuk melakukan sesuatu kepada orang lain lebih dipengaruhi oleh apa yang pernah kita lakukan kepada orang tersebut, bukan apa yang pernah orang lain itu lakukan kepada kita. Dalam ilmu psikologi, fenomena ini kemudian disebut sebagai efek Ben Franklin.

Menarik apabila fenomena ini dikaitkan dengan perintah Yesus untuk berbuat baik kepada mereka yang memusuhi dan menganiaya kita salah satu perintah yang konon paling sulit diterapkan. Sebab penemuan psikologi tersebut mendukung bahwa perintah ini mungkin untuk diterapkan, bila kita memulainya. Walau mungkin enggan, tetapi apabila kita mau melakukannya, kita dapat berbuat baik kepada mereka yang telah menyakiti kita.

Tentu bukan sesuatu yang mudah. Akan tetapi, kita bisa memulainya dengan hal sederhana, yakni mendoakan dan mulai mengasihi mereka. Kemudian, memikirkan cara untuk menyatakan kasih kepada mereka dengan lebih konkret, sambil meminta keberanian kepada Tuhan untuk melakukannya. Kemudian, temukan bahwa sekali kita berhasil melakukannya, kita akan lebih mudah untuk melakukannya lagi dan lagi. Sampai akhirnya kita terbiasa dan kasih kepada orang tersebut pun bertumbuh. Kasih yang kemudian menggantikan rasa benci, bahkan menghasilkan perdamaian dan rekonsiliasi --ALS

MENGASIHI MEREKA YANG MEMUSUHI ATAU MENYAKITI

BUKANLAH SESUATU YANG TAK MUNGKIN

SENIMAN CAHAYA

Bacaan Setahun : Yehezkiel 22-25

Nats : Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia (Yohanes 1:9)

Bacaan : Yohanes 1:1-9

Glen Wessels, seorang pelukis tua, kehilangan asa. Istrinya telah tiada. Ia sendiri mengidap penyakit Parkinson sehingga susah beraktivitas, apalagi melukis. Di sebuah malam Natal, ketika Glen terpekur sedih di biliknya, muridnya datang membawa sebatang lilin bersinar yang diterimanya di kebaktian Natal. Karena sedih tak dapat memberi apa-apa-selain lilin itu-si murid memeluk Glen dengan linangan air mata seraya berucap "Selamat Natal". Selepas murid itu pergi, Glen seolah-olah mendapat kekuatan baru. Ia mendekati kanvas dan melukis lagi-sebuah lukisan cahaya berkilau dari balik dedaunan.

Lukisan itu dihadiahkannya kepada si murid, sambil berpesan agar ia terus melukis cahaya. Sebab menurutnya, itulah sumber keindahan hidup ini. Khususnya, cahaya kasih Tuhan yang memancar kepada diri kita dan menerangi jiwa sesama, seperti yang ia rasakan. Murid itu ada-lah Thomas Kinkade. Yakni pelukis Amerika ternama, seorang kristiani saleh yang bersaksi tentang Tuhan melalui karya-karyanya yang kental bernuansa cahaya, di tengah keindahan panorama alam yang tenang dan damai.

Laksana seniman, Yohanes pun memberi nuansa cahaya pada Injilnya. Ia menulis tentang Yesus Kristus, yang adalah "Terang dunia" (Yohanes 1:9; 8:12). Jiwa manusia, bisa menjadi gelap akibat duka dan derita. Tidak sedikit orang seperti Glen Wessels, yang kehilangan arah dan putus asa, serta membutuhkan percikan cahaya kasih Allah. Setiap kita yang mengenal Allah pasti memiliki Cahaya itu. Mari bagikan cahaya itu kepada mereka. Sebab, hanya Cahaya itu yang dapat memupus kegelapan di relung jiwa mereka --PAD

BAGIKANLAH CAHAYA KASIH TUHAN BAGI JIWA-JIWA

YANG DICEKAM OLEH GELAPNYA DUKA DAN DERITA

TIGA BEKAL

Bacaan Setahun : Yehezkiel 19-21

Nats : Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya (Mazmur 5:12)

Bacaan : Mazmur 5:1-13

Ada sebuah lagu Sekolah Minggu yang liriknya berisi demikian: Selamat pagi Tuhan, tak lupa terima kasih/Tuhan telah pelihara kami tiap hari/Matahari bersinar, burung-burung bernyanyi/Bertambah, tambah, tambah indahnya. Lagu ini selalu membuat saya dan anak-anak saya sangat bersemangat ketika menyambut datangnya hari baru.

Pemazmur mengawali doa paginya dengan mengatur persembahan bagi Tuhan (ayat 4) sebagai bentuk ucapan syukur atas perlindungan uang Tuhan berikan (ayat 12-13), yang membuat pemazmur bersukacita (ayat 12). Sang pemazmur memastikan bahwa ia telah menjalani hidup dengan benar. Ia bukan pembual, bukan pelaku kejahatan, bukan pembohong, bukan pula penumpah darah (ayat 6-7). Maka, Tuhan akan memberkati dan memagarinya dengan anugerah-Nya sebagaimana perisai melindungi seseorang dari senjata lawan (ayat 13). Dari bacaan hari ini kita menemukan tiga titik segitiga: doa ucapan syukur, hidup benar, dan perlindungan Tuhan. Ketiganya saliing menjalin. Ketiganya adalah bekal penting menghadapi tantangan yang ada hari demi hari.

Setiap hari punya kesulitannya sendiri-sendiri, tetapi itu tak harus membuat Anda takut menjalani hari demi hari, bukan? Pemazmur memberi petunjuk bagaimana menghadapi kesulitan dan kesukaran hidup, yakni dengan membawa tiga bekal penting tadi. Doa, hidup benar, dan kepercayaan akan perlindungan Tuhan. Gunakanlah tiga bekal tersebut untuk menghadapi pergumulan hari ini. Lihatlah, betapa hari ini akan menjadi hari yang penuh makna. Anda akan mendapati pemeliharaan Tuhan di sepanjang waktu --DKL

APABILA KITA SADAR TUHAN SENANTIASA MEMELIHARA

PASTI TAK ADA HARI TANPA SUKARIA

RITA IKUT BERDOA

Bacaan Setahun : Yehezkiel 15-18

Nats : Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan (Lukas 10:31)

Bacaan : Lukas 10:25-37

Teman-temannya heran, Rita datang ke pertemuan pemahaman Alkitab. Bagaimanapun, mereka gembira karena biasanya meski sudah dibujuk berkali-kali pun Rita enggan ikut. Kini, walaupun tampak tidak bersemangat, paling tidak ia muncul. Seusai pertemuan, Ani menanyainya, "Tumben kamu bisa datang?" Rita menjawab, "Iya-lah, malas di rumah. Selalu disuruh-suruh melulu. Mau jalan-jalan juga lagi bokek. Ya sudah, akhirnya aku datang ke sini saja."

Mungkin Rita tidak menyadarinya, tetapi ia mengikuti sikap imam dalam bacaan Alkitab kali ini. Suatu tindakan yang tidak terpuji. Kita memang hanya bisa menduga-duga alasan si imam enggan menolong orang yang baru dirampok tersebut. Akan tetapi, salah satu alasan yang dapat dipertimbangkan adalah alasan keagamaan. Imam itu enggan mendekati si korban, dan berisiko bersentuhan dengan luka-luka orang itu, karena hal itu akan menajiskannya. Dengan kata lain, ia memilih untuk mengutamakan kesucian ritual daripada menunjukkan kasih, ungkapan dari kesucian hati.

Rita juga menjadikan aktivitas keagamaan sebagai tempat melarikan diri dari tugas di rumah. Seperti imam tadi, ia mengira kesalehan lahiriah dapat menjadi topeng bagi kemalasan yang bercokol di dalam hatinya. Kita perlu mewaspadai sikap semacam ini. Bukan berarti aktivitas keagamaan tidak penting, tetapi janganlah kita mengejar bentuk lahiriah belaka. Bukankah sejatinya seluruh aktivitas kita adalah rangkaian ibadah kepada Tuhan? Karenanya, jika ada urusan yang lebih vital, bisa saja untuk sementara kita mengatur ulang prioritas --ARS

IBADAH TIDAK DIRANCANG UNTUK MEMBELENGGU MANUSIA

TETAPI UNTUK MEMBEBASKANNYA MENYATAKAN KASIH PADA ALLAH DAN SESAMA

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More