Rabu, 29 Juli 2015

Kekuatan Abu-Abu

Baca Sekarang: Yosua 14:6-12|

Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 51–53 ; Roma 2

Seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang. -Yosua 14:11

Seniman asal Belanda, Yoni Lefevre, menciptakan suatu proyek yang dinamakan “Kekuatan Abu-Abu” untuk menunjukkan vitalitas dari para kaum lanjut usia di Belanda. Ia meminta anak-anak sekolah setempat untuk menggambar sketsa dari kakek dan nenek mereka. Lefevre ingin menunjukkan “kejujuran dan kemurnian pandangan” dari kaum lanjut usia, dan ia percaya bahwa anak-anak dapat membantu untuk menunjukkannya.

Gambar anak-anak itu memberikan sudut pandang yang berbeda dan nyata tentang generasi yang lebih tua—dengan kakek dan nenek yang digambarkan sedang bermain tenis, berkebun, melukis, dan banyak lagi!

Kaleb adalah pria asal Israel kuno yang tetap kuat sampai masa tuanya. Di masa mudanya, ia menyusup ke Tanah Perjanjian sebelum bangsa Israel menaklukkannya. Kaleb percaya bahwa Allah akan menolong bangsanya mengalahkan bangsa Kanaan, tetapi mata-mata yang lain tidak sependapat (Yos. 14:8).

Karena iman Kaleb, secara ajaib Allah menopang hidupnya selama 45 tahun sehingga ia berhasil mengembara di padang gurun dan memasuki Tanah Perjanjian.

Ketika akhirnya tiba waktunya untuk memasuki Kanaan, Kaleb yang sudah berusia 85 tahun mengatakan, “Seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang” (ay.11).

Dengan pertolongan Allah, Kaleb berhasil mengambil bagiannya atas tanah itu (Bil. 14:24).

Allah tidak melupakan kita ketika kita semakin tua. Meskipun badan kita terus bertambah tua dan kesehatan kita menurun, Allah Roh Kudus senantiasa memperbarui batin kita dari hari ke hari (2Kor. 4:16). Roh Kudus memberi kita kesanggupan untuk bisa menjalani hidup yang penuh arti dalam setiap tahap dan usia kehidupan kita.

Bapa Surgawi, aku tahu bahwa kekuatan tubuhku dan kesehatanku bisa menurun. Namun aku berdoa, kiranya Engkau akan terus memperbarui iman dan kerohanianku agar aku dapat melayani-Mu dengan setia selama aku hidup.

Dengan dorongan dari kekuatan Allah dan tangan-Nya yang menopang Anda, Anda dapat menghadapi apa pun di depan Anda.

Ditulis Oleh: Jennifer Benson Schuldt (Santapan Harian)

KEPERCAYAAN YANG HILANG

Ditulis oleh: Eddy Nugroho (Renungan Harian)

Baca: Kejadian 42:29-38

Dan Yakub, ayah mereka, berkata kepadanya: "Kamu membuat aku kehilangan anak-anakku: Yusuf tidak ada lagi, dan Simeon tidak ada lagi, sekarang Benyamin pun hendak kamu bawa juga. Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!" (Kejadian 42:36)

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-4

Pengalaman buruk masa lalu, apakah pernah menipu atau ditipu, sering kali menyebabkan kita tidak gampang percaya kepada orang lain. Kita diliputi rasa curiga, apakah orang itu jujur atau tidak. Bayang-bayang masa lalu itu juga dapat mengalangi kita melihat karya agung Allah bagi dunia ini.

Pengalaman hidup Yakub mengingatkan kita bahwa di balik segala kesulitan dan kegagalan, ada Allah yang merancang keselamatan yang agung.

Kebohongan Yakub pada masa lalu menjadi duri dalam daging bagi dirinya. Yakub sulit percaya, bahkan kepada anaknya sendiri. Pengalaman menipu banyak orang membuat dirinya dicekam ketakutan kalau-kalau ia sedang dibohongi. Apalagi ketika ia melihat uang, yang seharusnya dipakai untuk membeli gandum, ternyata masih ada. Mungkin Yakub mencurigai anak-anaknya itu telah menjual Simeon di Mesir. Yakub tidak dapat diyakinkan, bahkan ketika Ruben berniat membawa Benyamin untuk membebaskan Simeon. Betapa hebat penderitaan batin dan rasa takut kehilangan anak dalam diri Yakub sehingga ia tidak dapat melihat bahwa di balik semua itu, ada Allah yang sedang merancang keselamatan bagi keturunannya.

Adakah kita tertindih oleh beban kesedihan dan penyesalan seperti Yakub? Ataukah kita seperti saudara-saudara Yusuf yang harus menerima konsekuensi kesalahan masa lalu? Ingatlah bahwa Allah telah merancang karya keselamatan yang indah melalui kasih karunia-Nya bagi kita dalam Kristus. Percayalah kepada-Nya dan terimalah keselamatan kita.—ENO

RANCANGAN ALLAH INDAH PADA WAKTUNYA, NANTIKANLAH!

Sampah Siapa?

Baca Sekarang:Matius 15:7-21|

Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 49–50 ; Roma 1

Karena dari hati timbul segala pikiran jahat . . . . Itulah yang menajiskan orang. -Matius 15:19-20

Apa mereka tak bisa membuang sampah mereka sendiri ke tempat sampah sedekat ini?” gerutu saya kepada Jay sembari memunguti botol-botol kosong di tepi pantai dan melemparnya ke tempat sampah yang jauhnya kurang dari 6 m. “Apakah meninggalkan pantai dalam keadaan kotor dan berantakan untuk orang lain membuat mereka merasa lebih baik? Aku berharap mereka itu turis. Aku tak bisa membayangkan kalau ada penduduk di sini yang memperlakukan pantai kita seenaknya saja.

”Tepat keesokan harinya secara tak sengaja saya menemukan sebuah doa yang saya tulis bertahun-tahun sebelumnya tentang sikap menghakimi orang lain. Tulisan saya sendiri telah mengingatkan akan kesalahan saya yang berbangga karena membersihkan sampah orang lain. Padahal kenyataannya, saya sendiri memiliki begitu banyak sampah yang saya abaikan begitu saja, terutama dalam hal rohani.

Saya bisa dengan cepat mengaku-ngaku bahwa saya tidak dapat membereskan hidup saya karena orang lain yang selalu membuatnya berantakan. Saya juga bisa dengan cepat menyimpulkan bahwa “sampah” yang menimbulkan bau tak sedap di sekeliling saya adalah milik orang lain dan bukan milik saya sendiri. Namun itu semua tidak benar. Tak ada sesuatu pun di luar diri saya yang dapat menjatuhkan atau mencemari saya—hanya yang ada di dalam diri sayalah yang dapat melakukannya (Mat. 15:19-20).

Sampah yang sesungguhnya adalah sikap saya yang menutup hidung ketika mencium sedikit bau dosa orang lain dan mengabaikan bau busuk dari dosa saya sendiri.

Ampuni aku, Tuhan, karena tidak mau membuang “sampahku” sendiri.Bukalah mataku untuk melihat bagaimana kesombongan merusak ciptaan-Mu yang alami dan rohani. Kiranya aku tak mengambil bagian di dalamnya.

Umumnya kita rabun dekat terhadap dosa— kita dapat melihat dosa orang lain tetapi melewatkan dosa kita sendiri.

Ditulis Oleh: Julie Ackerman Link (Santapan Harian)

Memegang Pensil

Baca Sekarang: Hakim-Hakim 2:11-22|

Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 46–48 ; Kisah Para Rasul 28

Dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu. -Hakim-Hakim 2:19

Dahulu di kelas satu, ketika saya belajar menulis huruf, ibu guru mengharuskan saya memegang pensil dengan cara tertentu. Manakala ia mengawasi saya,saya berusaha memegang pensil sesuai dengan cara yang diajarkannya. Namun saat ia berpaling ke arah lain, saya pun bersikeras kembali memegang pensil dengan cara yang saya anggap lebih nyaman.

Waktu itu saya pikir sayalah yang benar jadi saya masih tetap memegang pensil sesuai cara saya sendiri. Namun puluhan tahun kemudian, saya menyadari bahwa guru saya yang bijak itu tahu bahwakebiasaan saya yang tidak benar dalam memegang pensil akan membuat saya terbiasa menulis dengan cara yang buruk dan akibatnya tangan saya menjadi lebih cepat lelah.

Anak-anak jarang mengerti apa yang baik untuk mereka. Mereka hampir melakukan segala sesuatu menurut apa yang mereka inginkan pada saat itu juga. Mungkin itulah mengapa umat Israel disebut “anak-anak Israel”, karena dari generasi ke generasi, mereka bersikeras menyembah ilah bangsa-bangsa di sekeliling mereka daripada menyembah Allah yang esa dan sejati.Perbuatan mereka membangkitkan murka Tuhan karena Dia tahu apayang terbaik, dan Dia menjauhkan berkat-Nya dari mereka (Hak. 2:20-22).

Pendeta Rick Warren berkata, “Ketaatan dan sikapkeras kepala adalahdua sisi dari koin yang sama. Ketaatan akan membawa sukacita, tetapi sikap keras kepala membuat kita sengsara.”Jika jiwa yang memberontak telahmembuat kita menolak untuk menaati Allah, sudah saatnya hati kita berubah. Kembalilah kepada Tuhan; Dia itu murah hati dan berbelas kasihan.

Bapa Surgawi, Engkau penuh kasih dan murah hati, dan bersedia mengampuni saat kami datang kembali kepada-Mu. Kiranya kami mengejar-Mu dengan sepenuh hati dan tak bersikap keras kepala dengan mengingini sesuatu menurut cara kami.

Awalnya kita membentuk kebiasaan; kemudian kebiasaan itu membentuk kita.

Ditulis Oleh: Cindy Hess Kasper (Santapan Harian)

CEMBURU BUTA

Ditulis oleh: Lim Ivenina Natasya (Renungan Harian)

Baca:1 Korintus 13:1-13

Kasih tidak berkesudahan. (1 Korintus 13:8)

Bacaan Alkitab Setahun:Pengkhotbah 9-12

Di Surabaya, seorang suami diduga membunuh istrinya. Setelah tertangkap polisi, ia mengaku membunuh istri karena cemburu. Menurutnya, istrinya berhubungan dengan pria lain. Ia dan istrinya sudah sering bertengkar. Dalam pertengkaran terakhir, si istri berusaha menghindar dari suaminya sambil menggandeng anak mereka. Si suami terus mengejar sampai, di sebuah gang sempit, istrinya terjatuh. Laki-laki itu memukul kepala istrinya dengan empat pot bunga yang terbuat dari semen sehingga istrinya tewas.

Kecemburuan memang salah satu penyebab keributan dalam rumah tangga. Orang sering keliru menganggap cemburu sebagai tanda cinta seseorang kepada pasangannya. Pada kenyataannya, yang terjadi malah sebaliknya, cemburu membuat orang jadi tidak sabar, marah, menyimpan kesalahanorang, dan berujung dengan perbuatan yang menyakiti dan membahayakan orang lain. Dalam 1 Korintus 13, Paulus menjelaskan tentang sifat kasih, yang jelas-jelasbertentangan dengan kecemburuan. Sebaliknya, kasih justru sabar, bermurah hati, tidak egois mengutamakan kepentingan diri sendiri. Orang yang mengasihi juga tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (ay. 4-5).

Sebagai keluarga orang percaya, kita diundang untuk merawat dan memelihara keutuhan rumah tangga di dalam kasih. Jangan terbakar oleh cemburu terhadap pasangan, melainkan bersedialah saling mengakui kesalahan, saling percaya, dan sabar menanggung segala sesuatu (ay. 7). Biarlah kasihmelingkupi dan menopang kehidupan rumah tangga kita.—IN

KASIH MEMADAMKAN API KECEMBURUAN DAN MEMBANGUN SENDI-SENDI KEHIDUPAN RUMAH TANGGA

TEGURAN YANG MEMALUKAN

Ditulis oleh: Susanto (Renungan Harian)

Baca: Yunus 1:1-17

Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata:"Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa." (Yunus 1:6)

Bacaan Alkitab Setahun:Pengkhotbah 5-8

Nabi bertugas menegur orang yang berdosa. Ia mengingatkan mereka agar memercayai Allah, meninggalkan ilah kafir, dan berbalik menyembah Allah dan menaati-Nya.Namun, nas hari ini menunjukkan kejanggalan luar biasa. Ketika badai laut bergelora menerjang kapal yang ditumpangi Yunus ke Tarsis, awak dan nahkoda kapal yang ketakutan itu berteriak-teriak, memohon pertolongan kepada ilah mereka. Sementara itu Yunus tak peduli; ia nyenyak tertidur di ruang kapal bagian bawah. Bukan Yunus, sang nabi Allah, yang menegur mereka, agar berseru memohon pertolongan kepada Tuhan Allah yang benar, yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan (ay. 9). Sebaliknya, justru mereka yang diberi cap sebagai kafir itulah yang menegur sang nabi. "Bagaimana mungkin engkau tertidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu!" kata nahkoda kapal.

Memalukan, bukan? Inilah kondisi nyata kualitas kesetiaan orang yang menyebut dirinya umat Allah.Kisah nabi Yunus dapat menjadi cerminan kehidupan kita juga, umat tebusan Kristus. Kisah perjalanan Gereja Tuhan yang diutus sebagai saksi Kristus di dunia ini. Kita menyembah Allah yang benar. Kita tahu akan panggilan pelayanan kita. Tetapi, sering kita terlena menyibukkan diri untuk meraih kenyamanan hidup di dunia ini. Kita juga tahu bahwa dunia dengan segala isinya sedang menuju kebinasaan. Namun, kita tak peduli.

Inilah waktu untuk bangun. Untuk mewartakan bahwa Allah peduli pada mereka yang akan binasa. —SST

BANGUNLAH! SERUKAN BAHWA DUNIA INI SEDANG BINASA,TETAPI KRISTUS TELAH MENEBUSNYA

Senin, 27 Juli 2015

Pemeriksaan Rutin

Baca Sekarang:Mazmur 139:17-24

Bacaan Alkitab Setahun:Mazmur 43–45 ; Kisah Para Rasul 27:27–44

Selidikilah aku, ya Allah, . . .lihatlah, apakah jalanku serong. - Mazmur 139:23-24

Tibalah saatnya bagi saya untuk pergi ke dokter guna menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan.

Meskipun saya merasa baik-baik saja dan tidak mengalami gangguan kesehatan apa pun, saya tahu bahwa pemeriksaan rutin itu penting karena pemeriksaan tersebut dapat menyingkapkan masalah-masalah tersembunyi, yang jika dibiarkan akan dapat berkembang menjadi penyakit serius. Saya tahu bahwa dengan memberikan izin kepada dokter untuk menemukan dan mengobati masalah kesehatanyang tak kelihatan itu, saya akan memiliki kesehatan yang baik untuk jangka panjang.

Jelas bahwa pemazmur merasakan hal yang serupa secara rohani. Ketika pemazmur memohon agar Allah menyingkapkan dosanya yang tersembunyi, ia berdoa, “Selidikilah aku, ya Allah, . . . lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal” (Mzm. 139:23-24). Dengan berdiam diri guna memberikan kesempatan kepada Allah untuk menyelidikinya secara menyeluruh dan tanpa syarat, pemazmur pun menundukkan dirinya pada jalan-jalan Allah yang benar, yang akan membuatnya tetap sehat secara rohani.

Jadi, walaupun Anda merasa baik-baik saja, inilah saat yang tepat untuk menjalani pemeriksaan rutin!

Hanya Allah yang mengenali kondisi hati kita yang sebenarnya, dan hanya Dia yang dapat mengampuni,menyembuhkan, dan membimbing kita pada kehidupanyang bersih dan masa depan yang berbuah lebat.

Tuhan, Engkau mengenalku lebih baik daripada aku mengenal diriku sendiri. Selidikilah bagian hatiku yang terdalam, lihatlah apa saja yang tidak berkenan kepada-Mu. Bersihkanlah aku dari jalanku yang menyimpang dan tuntunlah aku dijalan-Mu yang baik dan benar.

Pekerjaan Allah di dalam diri kita belum berakhir ketika kita menerima keselamatan — justru itu baru saja dimulai.

Ditulis olehJoe Stowell (Santapan Rohani - http://santapanrohani.org/)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More