Tampilkan postingan dengan label Februari 2011. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Februari 2011. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 April 2011

Rajawali Membubung Tinggi

Baca: Yesaya 40:28-31
Ayat Mas: Yesaya 40:31
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 23-24

Apa rahasia orang belajar berenang? Bagaimana mungkin dengan berat badan yang tidak ringan, seseorang bisa mengapung di air, bahkan bergerak maju dengan pelbagai gaya? Satu prinsip awal berenang ialah belajar “percaya” pada air. Jika kita “menyerah” pada air, tubuh kita akan mengapung. Sebaliknya, jika kita “melawan” air, mengencangkan otot-otot sampai kaku, kita malah tenggelam. Itu kuncinya. Memercayakan diri kepada air.

Ayat 31 melukiskan tentang rajawali yang membubung tinggi. Rajawali memang suka terbang tinggi, seperti dilukiskan di Perjanjian Lama. Ia terbang dan membuat sarang di ketinggian (Yeremia 49:16; Obaja 4). Ia bisa naik ke gunung Libanon; mengambil puncak pohon aras yang tinggi sekali (Yehezkiel 17:3). Padahal di ketinggian, angin berembus kuat. Bagaimana rajawali dapat terbang dengan begitu ringan dan tenang? Rupanya ia punya cara jitu. Daripada melawan angin, ia memanfaatkannya untuk bergerak bersama tiupan angin. Ia “memercayakan” diri pada dorongan angin untuk maju. Jadi, sebenarnya ia bukan terbang, melainkan melayang di ketinggian. Melayang bukan dengan kekuatannya sendiri, melainkan dorongan angin.

Tatkala angin kesulitan hidup menghantam, apakah tanggapan kita? Mengeluh, mengaduh, geram, marah, berteriak, menuduh orang lain, menyalahkan Tuhan—itu yang lazim. Kita melawannya dengan kekuatan sendiri. Padahal percuma. Kita akan kelelahan. Terengah-engah dan frustrasi. Kesulitan yang kian besar justru harus menjadi “kendaraan” kita untuk kian berserah, memercayakan diri pada bimbingan Tuhan. Izinkan Roh-Nya membawa kita “melayang” di tengah embusan angin persoalan

KETIKA TANTANGAN HIDUP MEMBESAR

PERBESARLAH KEPERCAYAAN KITA KEPADA-NYA

Sumber: [Pipi Agus Dhali]--[www.renunganharian.net]

Memberi dengan Sukacita

Baca: 2 Korintus 9:9-12
Ayat Mas: 2 Korintus 9:7
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 21-22

Ada humor tentang seorang anak kecil yang mengamati para petugas ketika mengedarkan kantong persembahan di tengah ibadah. Saat kantong persembahan itu semakin mendekat ke barisan tempat anak itu duduk, ia membisik ayahnya—walau dengan volume suara yang membuat semua orang di sekeliling mereka mendengarnya, ”Ayah tidak perlu membayari aku. Kan aku masih di bawah lima tahun?”

Sebagai bagian ibadah, persembahan kadang masih kurang dipahami dan dihayati maknanya. Tak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Dan, kurangnya pengertian ini hanya menggerus motivasi untuk memberi, apalagi memberi lebih banyak.

Persembahan, adalah sarana yang akan dipakai gereja untuk dapat menjalankan segala fungsinya dengan baik. Sama seperti ketika seseorang memiliki keluarga dan harus membayar berbagai tagihan atas keluarganya, demikian pula ketika kita menyebut sebuah gereja sebagai ”gereja saya”, maka kita turut bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupannya. Bagaimana gedung dirawat, para hamba Tuhan dicukupi, program gereja berkembang, kegiatan jemaat dibuat lebih mendalam demi menumbuhkan kerohanian, bahkan bagaimana gereja dapat melayani keluar jemaat dan menjadi berkat, tentu tak lepas dari persembahan yang dibawa jemaat.

Yang penting, Tuhan mau kita memberi persembahan atas dasar sukacita, kasih, dan syukur kepada Allah yang telah begitu besar mengasihi kita (ayat 7,12). Dan, ketika kita berani memberi, Tuhan tidak akan membiarkan kita kekurangan, sebaliknya, Dia akan membuat kita berkecukupan, bahkan berkelebihan (ayat 8)!

SEMAKIN BANYAK PERSEMBAHAN DIBAWA KE RUMAH ALLAH

SEMAKIN BANYAK PULA TUHAN DAPAT BERKARYA LEWAT GEREJA

Sumber: [Agustina Wijayani]--[www.renunganharian.net]

Dendam Seorang Kakek

Baca: 2 Samuel 17:1-14,23
Ayat Mas: 1 Tawarikh 27:33
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 18-20

Rick Warren, penulis buku The Purpose Driven Life, berkata bahwa hidup setiap manusia digerakkan oleh suatu faktor. Kurang lebih seperti bensin yang membuat mobil berjalan. Setiap orang bisa memiliki faktor pendorong yang berlainan. Sayang, beberapa orang digerakkan oleh faktor pendorong yang negatif; seperti rasa bersalah, kebencian atau kemarahan, rasa takut, materialisme, dan kebutuhan akan pengakuan. Ini semua membuat manusia bergerak ke arah yang salah.

Ahitofel adalah contoh orang yang membiarkan tindakannya digerakkan oleh kemarahan. Ia adalah kakek Batsyeba (lihat 2 Samuel 11:3; 2 Samuel 23:34). Karena dikuasai dendam kepada Raja Daud, ia begitu ingin membunuh Daud. Sampai-sampai ia turut bersekongkol dalam gerakan kudeta bersama Absalom (ayat 1-3). Namun, ketika akhirnya dendam itu tak tersalurkan, ia memilih untuk bunuh diri karena merasa seolah-olah tujuan hidupnya hancur (ayat 23). Faktor pendorong yang salah itu membuatnya keliru menentukan tujuan hidup dan berujung pada kerugian di pihaknya sendiri.

Sungguh mengerikan jika kita dikuasai oleh faktor pendorong yang salah seperti Ahitofel. Apalagi sebelumnya ia adalah sahabat Raja Daud, salah satu orang terdekat raja. Dendam mengubahnya menjadi orang tua yang dingin dan kejam. Mungkin wajar dan manusiawi jika Ahitofel menyimpan dendam kepada Daud yang memang pernah melakukan kesalahan. Namun, dendam tak pernah menjadi solusi yang baik dari masalah apa pun. Terbukti, kisah Ahitofel berakhir tragis. Apakah Anda masih menyimpan amarah atau dendam pada seseorang? Segera datang kepada Tuhan dan lepaskan perasaan itu, sebab dendam sama sekali tak menyelesaikan masalah.

DENDAM TAK MENYELESAIKAN MASALAH

BAHKAN IA DAPAT MENJADIKAN KITA ORANG YANG KALAH

Sumber: [Olivia Elena]--[www.renunganharian.net]

Diam yang Bukan Emas

Baca: Kejadian 3:1-7
Ayat Mas: Kejadian 3:6
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 15-17

Andika bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Ia adalah orang kristiani yang setia beribadah dan sangat tahu bahwa korupsi sungguh adalah perbuatan dosa. Maka, Andika tidak pernah mengambil uang yang bukan miliknya. Namun suatu kali, dalam sebuah pertemuan, bisnis klien Andika memberinya uang suap dalam jumlah besar. Andika memang tidak mau menerimanya, tetapi ia membiarkan rekannya menerima uang tersebut. Kelak ia juga ikut menikmati apa yang telah diterima rekannya ini.

Dalam Kejadian 3:1-7, dikatakan bahwa Adam sedang bersama-sama Hawa ketika Hawa mengambil buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Adam tahu Tuhan melarangnya untuk memakan buah pohon tersebut (Kejadian 2:17), tetapi Adam membiarkan Hawa mengambil dan memakan buah itu. Bahkan, Adam menerima buah tersebut dari Hawa dan turut memakannya. Sejak itulah manusia jatuh ke dalam dosa.

Walau bukan Andika yang menerima suap, walau bukan Adam yang memetik dan lebih dulu memakan buah terlarang, mereka tetap bersalah. Yakni bersikap diam, justru ketika mereka tahu bahwa apa yang dilakukan orang di dekat mereka adalah dosa. Lebih buruk lagi, mereka juga akhirnya turut menikmati hal yang salah tersebut.

Yakobus 4:17 mengatakan, “Jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Tak selamanya diam itu emas. Ada saatnya kita perlu menegur dan memperingatkan orang yang hendak terperangkap dosa. Tatkala kita mencegah orang lain berbuat dosa, kita juga sedang mencegah diri kita berbuat dosa.

DIAM PADA TEMPATNYA ADALAH EMAS

DIAM PADA SAAT KITA HARUS BICARA JUSTRU BERBAHAYA

Sumber: [G. Sicillia Leiwakabessy]--[www.renunganharian.net]

Untung

Baca: 2 Korintus 12:1-10
Ayat Mas: Roma 8:28
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 12-14

Suatu hari, ketika tengah menyiram tanaman di halaman depan rumahnya, Bu Waluyo terpeleset. Ia jatuh terduduk. Lututnya memar. Katanya, ”Untung cuma memar, tidak sampai keseleo.” Kali lain, Pak Amat yang tengah berjalan-jalan pagi terserempet oleh sepeda motor. Tubuhnya sampai jatuh terjerembab ke trotoar. Akibatnya, tangan dan kakinya terluka cukup parah. Dan, ia sempat dirawat inap semalam di rumah sakit. Katanya, ”Untung cuma tangan dan kaki yang luka, tidak sampai kepala.”

Berprinsip ”untung” tentu saja baik. Dengan begitu, setidaknya orang tidak akan terus menyesali “kesialannya”. Akan tetapi, dalam terang iman ada alasan yang lebih baik. Kita beruntung bukan karena tidak mengalami kejadian yang lebih buruk, tetapi karena kita meyakini bahwa di dalam segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Entah hal pahit atau manis, duka atau suka, Allah pasti dapat memakainya demi kebaikan kita.

Secara akal, kita bisa bertanya demikian, ”Bagaimana mungkin kepahitan dan penderitaan bisa menjadi kebaikan?” Namun jangan lupa, kuasa Allah kita yang dahsyat melampaui segala perhitungan akal manusia. Paulus meresapi betul prinsip iman ini dalam hidupnya. Itulah sebabnya ia tidak pernah undur, bahkan dalam kelemahan fisiknya, atau juga dalam setiap penderitaan dan ancaman yang harus diterimanya. Dalam segala keadaan, ia tidak pernah kekurangan pengharapan. Seperti dikatakannya, ”Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (ayat 10)

DALAM IMAN TIDAK ADA ALASAN UNTUK BERHENTI BERPENGHARAPAN

Sumber: [Ayub Yahya]--[www.renunganharian.net]

Demokrasi Kasih

Baca: Galatia 5:13-15
Ayat Mas: Galatia 5:14
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 9-11

Ada beberapa bentuk pemerintahan di dunia ini. Monarki, adalah sebuah bentuk pemerintahan di bawah pimpinan satu orang. Oligarki, adalah pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang saja. Aristokrasi, pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang terbaik di negeri tersebut. Plutokrasi, pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang kaya. Dan, Demokrasi, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Dengan meminjam istilah bentuk-bentuk pemerintahan tersebut, maka bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling sesuai untuk dianut oleh orang-orang kristiani adalah bentuk demokrasi kasih. Paulus berbicara kepada jemaat di Galatia agar mereka memiliki pola hidup berjemaat yang demikian. Pola hidup yang saling melayani berdasarkan kasih terhadap sesama. Sebaliknya, pola hidup yang bertekun dalam dosa harus ditanggalkan. Dengan kata lain, Paulus ingin menekankan bahwa setiap orang percaya dipanggil bukan untuk hidup egois dan mengejar hawa nafsu pribadi, melainkan untuk peduli dan mengasihi sesama manusia.

Bagaimana kita mewujudkan ”masyarakat demokrasi kasih” tersebut? Paulus memberikan sebuah contoh praktis dalam ayat berikutnya. Jikalau kita sampai terlibat konflik dalam menjalani kehidupan bersama, jangan sampai kita saling membinasakan. Maksudnya, ketika konflik antarsesama tak dapat dihindarkan, kita harus selalu menyediakan segudang pengampunan bagi lawan kita. Agar kita terhindar dari dendam dan keinginan untuk membinasakan lawan konflik, serta agar kasih Allah tetap bisa dinyatakan bahkan melalui konflik tersebut.

HIDUP YANG PENUH KASIH SEHARUSNYA MENJADI CIRI KHAS

KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

Sumber: [Riand Yovindra]--[www.renunganharian.net]

Cadangan Kekuatan Rohani

Baca: Ulangan 8
Ayat Mas: Ulangan 8:18
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 6-8

Seorang mahasiswi bimbingan skripsi saya datang dengan muka sembab dan mata merah. Tampaknya ia habis menangis. Ketika saya tanya apa yang terjadi, ia menjawab bahwa seluruh tulisan yang seharusnya hendak ia konsultasikan kepada saya, terhapus oleh virus di persewaan komputer. Saya mencoba menenangkan hatinya dan memberinya waktu lebih untuk mengetik ulang. Sebelum ia pergi, saya mengingatkannya untuk menduplikasi failnya di beberapa tempat dan menyimpannya dengan baik. Ia harus punya cadangan data.

Perbuatan-perbuatan Tuhan kepada nenek moyang Israel pada masa lalu selalu disimpan dalam ingatan mereka dan dicatat, untuk kemudian diteruskan oleh bangsa Yahudi kepada keturunan mereka. Pengalaman masa lalu ketika Tuhan pernah menuntun mereka keluar dari Mesir, melewati Sinai, dan memasuki Kanaan, merupakan cadangan kekuatan rohani yang—jika diingat kembali—akan menguatkan generasi yang tidak mengalami langsung kejadian-kejadian tersebut (ayat 11). Selain itu, ingatan akan kedahsyatan Tuhan akan membuat Israel tidak memegahkan diri atas kebesaran yang mereka capai, tetapi hanya karenaTuhan (ayat 17,18).

Kita tak boleh lupa menyimpan cadangan kekuatan rohani. Cadangan yang berisi pengalaman dan kemenangan rohani bersama Tuhan adalah ”fail” yang patut disimpan di ingatan dan catatan. Maka, penting jika setiap kali selesai berwaktu teduh, kita menuliskan hal-hal yang penting untuk diingat. Hingga ketika hidup jadi berat, ingatan dan catatan itu akan memberi kekuatan rohani saat dibaca kembali.

INGAT-INGATLAH KEBAIKAN TUHAN

KALA KITA MENCARI KEKUATAN DI TENGAH PERGUMULAN

Sumber: [Fotarisman Zaluchu]--[www.renunganharian.net]

Percaya dengan Segenap Hati

Baca: Amsal 3:5,6
Ayat Mas: Ibrani 13:8
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 4-5

Seorang mahasiswa kehilangan sepeda motornya ketika tengah berkunjung ke indekos temannya. Si pemilik indekos, karena merasa ikut bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, menyarankan agar si mahasiswa menemui paranormal terkenal yang ada di daerah itu. Namun, mendengar saran itu, ia menjawab, “Ibu, saya menaruh percaya kepada Yesus. Saya lebih baik kehilangan sepeda motor saya daripada bertanya ke paranormal.” Sebuah pernyataan yang tentu tak mudah dijalankan.

Penulis Amsal meminta kita menaruh percaya kepada Tuhan. Kata “percaya” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa seseorang atau sesuatu itu akan dapat memenuhi harapannya). Dengan demikian, percaya kepada Tuhan berarti yakin benar pada kemampuan Tuhan, bahwa Dia dapat memenuhi apa yang kita harapkan. Bahwa Dia dapat diandalkan, kapan pun dan di mana pun. Selanjutnya, penulis Amsal mengatakan bahwa percaya yang dimaksud adalah percaya dengan segenap hati. Artinya, percaya yang juga dibarengi dengan kehendak untuk memasrahkan diri secara penuh kepada maksud dan rencana Tuhan.

Percaya tentu memerlukan dasar. Penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Ayat tersebut menjadi peneguhan bagi kita bahwa Yesus layak dipercaya dan diandalkan karena Dia tidak berubah. Jika demikian, dalam kehidupan kita sehari-hari—menjalankan bisnis, karier, pergaulan, kepemilikan atas sesuatu, kepada siapakah dan dalam apakah kita menaruh percaya?

KUASA KRISTUS LEBIH BESAR DARI SEGALA KUASA LAIN

MAKA TAK USAH MENCARI PERTOLONGAN DI TEMPAT LAIN

Sumber: [Sunandar Sirait]--[www.renunganharian.net]

Jika Ibadah Diselewengkan

Baca: 1 Samuel 13:6-14
Ayat Mas: 1 Samuel 13:12
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 1-3

Sebuah gereja ingin ibadah Natalnya dihadiri banyak orang. Lantas, muncullah ide kreatif. Diumumkan di media massa bahwa dalam kebaktian Natal nanti akan ada door prize. Setiap orang yang datang akan diberi kupon. Setelah diundi, sang pemenang akan pulang dengan membawa hadiah berupa mobil! Cara ini terbukti ampuh. Ribuan orang hadir memenuhi tempat ibadah. Mereka beribadah sambil berharap agar bisa pulang membawa mobil baru.

Ibadah mestinya diselenggarakan untuk memuliakan Tuhan. Namun, bisa terjadi, penyelenggaraan ibadah disusupi motivasi lain. Raja Saul mengajak rakyat mempersembahkan korban bakaran sebelum maju berperang. Ibadah itu diadakan terutama bukan untuk menyembah Tuhan, melainkan untuk menggalang massa. Mempersatukan rakyat yang sudah tercerai-berai. Saul lebih memikirkan kepentingan rakyat daripada kepentingan Tuhan. Maka, aturan ibadah pun ia abaikan. Tidak sudi Saul menunggu Samuel yang sudah ditunjuk Tuhan memimpin ibadah (1 Samuel 10:8).

Dipimpinnya sendiri ibadah itu. Yang penting ibadah berlangsung dan rakyat senang! Saul menjadikan ibadah hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan politiknya. Konsekuensinya fatal. Tuhan menolaknya!

Ibadah bukan wadah untuk pamer diri atau memikat massa. Jalankan ibadah hanya untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan menyenangkan hati jemaat. Jika Anda menghadiri ibadah, hadirlah dengan motivasi murni. Jangan jadikan ibadah saat untuk berpacaran, mencari rekan bisnis, apalagi sekadar menjadi ajang ”cuci mata”

IBADAH YANG TIDAK BERFOKUS KEPADA TUHAN

SAMA SEKALI BUKAN IBADAH YANG SEBENARNYA

Sumber: [Juswantori Ichwan]--[www.renunganharian.net]

Iman Tidak Memandang Muka

Baca: Yakobus 2:1-13
Ayat Mas: Yakobus 2:9
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 34-36

Dalam cerita kartun berjudul Inti Kebijakan, dikisahkan bahwa di Tiongkok kuno ada seseorang yang ketika berpakaian bagus, maka ia dihormati orang. Anehnya, ketika ia memakai pakaian pengemis, maka ia diusir orang. Lantas ia menyimpulkan: ”Kalau ternyata bukan diriku, melainkan pakaianku yang dihormati, mengapa aku mesti senang? Dan, kalau ternyata bukan diriku—melainkan apa yang kupakai yang dibenci—mengapa aku mesti sedih?” Demikianlah manusia, lebih sering menghormati apa yang melekat pada diri orang, bukan keberadaan orang itu sendiri.

Yakobus mengingatkan kita agar hidup dengan bersikap adil, tidak pandang bulu, tidak hanya melihat penampilan luar. Jika kita hanya menghormati orang yang berpakaian bagus dan menghina yang miskin, kita sebenarnya tidak sepenuhnya mengasihi sesama manusia. Apalagi, dalam konteks surat Yakobus, kelompok orang yang dianggap miskin oleh dunia sebenarnya adalah kelompok orang yang kaya dalam iman dan merupakan ahli waris Kerajaan (ayat 5). Sebaliknya, kelompok orang kaya justru tampil sebagai penindas orang miskin. Namun demikian, Yakobus tidak menganjurkan agar kita hanya mengasihi orang miskin. Ia meminta kita mengasihi semua orang dengan hati murni, memandang siapa pun—kaya-miskin—sebagai sesama manusia. Iman tak boleh memandang muka.

Siapakah yang pada hari-hari lalu Anda abaikan hanya karena melihat penampilan luarnya? Ada baiknya Anda segera datang kepadanya dan menyatakan kasih secara nyata. Barulah iman Anda menjadi seperti yang Tuhan minta.

IMAN DAN KEADILAN

ADALAH DUA WAJAH DARI SEKEPING UANG

Sumber: [nama penulis]--[www.renunganharian.net]

Lagi dan Lagi

Baca: Matius 18:21-35
Ayat Mas: Matius 18:21
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 31-33

Sungguh senangnya hati ketika kendaraan yang kita pakai sehari-hari dicuci bersih. Sayangnya, secemerlang apa pun kendaraan kita setelah dicuci, kita tak dapat mempertahankannya terus begitu. Jika kita memakainya lagi untuk beraktivitas, maka dalam sekejap ia bisa kembali menjadi begitu kotor. Hingga pekerjaan mencuci ini harus diulang. Lalu, kotor lagi. Harus dicuci lagi. Begitu seterusnya.

Ada satu kemiripan antara mencuci kendaraan dengan mengampuni kesalahan sesama—yakni harus dilakukan lagi dan lagi. Petrus pernah bertanya kepada Yesus, ”Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Namun, Yesus malah menanggapinya secara mengejutkan. Jika Petrus menetapkan batas kesabarannya hingga tujuh kali mengampuni, Tuhan memintanya mengampuni hingga berlipat-lipat kali lebih banyak dari itu. Artinya, Petrus harus terus mengampuni. Mengampuni lagi dan lagi. Mengapa? Yesus menyadarkan Petrus—dan kita—melalui perumpaan hamba yang berutang. Ketika kita tidak mau memaafkan saudara yang bersalah kepada kita (ayat 28-30), sesungguhnya kita sedang berlaku tidak pantas. Sebab, bukankah kita telah menerima pengampunan dan kemurahan yang sangat jauh lebih besar nilainya dari Tuhan sendiri (ayat 27)?

Perselisihan, kerap kali justru terjadi di antara orang-orang yang terdekat—keluarga, sahabat, rekan sekerja. Itu sebabnya budaya meminta ampun dan mengampuni harus menjadi gaya hidup kita. Anak-anak Tuhan yang telah menerima anugerah pengampunan Kristus yang besar, pasti akan dapat mengampuni lagi dan lagi—setiap kesalahan yang tertimpa kepadanya dari sesama saudara.

KITA MEMBUTUHKAN PENGAMPUNAN TUHAN LAGI DAN LAGI

MAKA MENGAPA KITA TAK MENGAMPUNI SESAMA LAGI DAN LAGI?

Sumber: [Agustina Wijayani]--[www.renunganharian.net]

P.S. I Love You

Baca: Yohanes 14:15-17, 25-31
Ayat Mas: Yohanes 14:16
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 28-30

P.S. I Love You, adalah sebuah novel yang difilmkan. Kisahnya tentang wanita bernama Holly yang ditinggal suaminya, Gerry, yang meninggal akibat kanker. Depresi karena kehilangan pasangan hidup yang sangat dicintai membuatnya terus bersedih dan mengurung diri. Pada hari ulang tahunnya, datang sebuah kaset rekaman dari Gerry. Isinya, Gerry meminta Holly keluar dan merayakan ulang tahunnya. Lalu, Gerry berjanji akan mengirim sepuluh surat kepada Holly, yang masing-masing akan dikirim setiap bulan berikutnya. Surat-surat itu menyadarkan Holly bahwa ia harus melanjutkan hidup.

Dan, setiap surat diakhiri dengan tulisan P.S. I Love You (N.B. Aku mengasihimu). Sejak itu, Holly melanjutkan hidupnya dengan ringan, meski tanpa Gerry di sisinya. Saat ditinggalkan oleh Yesus, murid-murid juga mengalami perasaan yang serupa dengan Holly. Dukacita dan kehilangan membuat mereka takut menjalani dan meneruskan hidup. Namun, Yesus sangat mengasihi mereka. Itu sebabnya Yesus menjanjikan datangnya Roh Kudus yang menolong mereka (ayat 16), menunjukkan kebenaran (ayat 17), menghibur (ayat 26), mengajar (ayat 26), mengingatkan mereka (ayat 26), dan memberikan damai sejahtera (ayat 27). Dengan begitu, mereka dapat melewati segala sesuatu, walau tanpa kehadiran Yesus secara jasmani di sisi mereka.

Barangkali kita sedang merasa kehilangan atau merasa seorang diri. Namun ingatlah, kita memiliki Roh Kudus yang akan menolong dan menyertai, termasuk dalam masa-masa sulit. Izinkan Roh Kudus bekerja di hidup kita. Kita akan melihat penyertaan-Nya yang luar biasa.

TUHAN TIDAK PERNAH MEMBIARKAN KITA SENDIRI

SEPERTI MENJAGA BIJI MATA-NYA, KITA DIJAGAI DAN DIKASIHI

Sumber: [Gloria Kamiharja]--[www.renunganharian.net]

Pengkritik

Baca: Matius 9:9-13
Ayat Mas: Matius 9:11
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 25-27

Walt Disney adalah salah satu raksasa entertainment terbesar di dunia ini. Apakah perjalanannya menuju sukses berlangsung mulus? Tidak selalu. Disney harus bertemu banyak pengkritik yang berusaha membunuh impiannya. Gagasan tentang tikus kartun pada zaman itu sangat konyol. Tak heran Disney harus menelan banyak kritik, sindiran, hinaan. Namun kini, anak-anak di seluruh dunia harus berterima kasih kepadanya karena berhasil mempertahankan impian dan tetap berusaha mewujudkannya.

Pengkritik tak memandang orang. Tak peduli betapa kerasnya Anda bekerja. Tak peduli betapa hebatnya gagasan Anda. Tak peduli betapa luar biasanya bakat dan kemampuan Anda. Tak peduli Anda sosok yang sempurna. Anda tetap menjadi sasaran kritik. Tak seorang pun bebas dari kritik. Semua dihadapkan pada pilihan: membiarkan kritik membunuh impiannya atau memilih mempertahankan impian itu!

Yesus adalah figur sempurna. Namun, maksud baik Yesus pun disalahartikan. Kebaikan Yesus menyembuhkan orang lumpuh, orang buta, dan orang bisu pun, dikritik habis. Jika Tuhan Yesus yang sempurna pun menuai kritikan hebat, apalagi kita. Ya, para pengkritik ada di mana-mana. Kita tak dapat lepas dari pengkritik. Solusi terbaik adalah menghadapi semua kritikan itu dengan jiwa besar dan tidak membiarkan kritikan itu membunuh semua impian kita.

Apakah Anda sedang menuai sorotan serta kritikan tajam? Mungkinkah semangat Anda meredup atau bahkan hampir mati karenanya? Lihatlah bagaimana Tuhan Yesus menghadapi kritik. Bersemangatlah kembali dan raih lagi impian Anda selaras dengan hati-Nya? Serahkan diri pada pimpinan Roh Kudus!

KRITIK DATANG TAK SELALU UNTUK MENYERANG

TETAPI AGAR KITA LEBIH TAHU APA ARTINYA BERJUANG

Sumber: [Petrus Kwik]--[www.renunganharian.net]

Memanusiakan Manusia

Baca: Lukas 10:25-37
Ayat Mas: Matius 22:39
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 22-24

Yerome, seorang sejarawan abad ke-5, menyebut jalan dari Yerusalem hingga Yerikho sebagai Jalan Merah atau Jalan Darah—untuk menunjukkan betapa berbahayanya jalan tersebut. Memang jalan itu adalah jalan paling ideal bagi para penyamun untuk beraksi. Selain jaraknya cukup jauh, sekitar 32 kilometer, jalan ini pun sempit, berbatu-batu, dan berkelok-kelok. Dan, gambaran jalan ini pulalah yang menjadi latar belakang cerita Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati.

Akan tetapi, apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus ini bukan kisah yang sungguh-sungguh terjadi. Artinya, belum tentu semua orang Samaria memiliki kebaikan hati yang seperti ini. Atau, dengan kata lain, apabila ada orang Yahudi yang dalam kesulitan belum tentu orang Samaria mau menolongnya. Sebab, memang kedua bangsa ini sudah sekian lama bermusuhan. Jadi, yang sesungguhnya ingin disampaikan Tuhan Yesus adalah hal memanusiakan sesama. Tuhan Yesus ingin kita menghargai hidup setiap manusia, yang antara lain dapat kita lakukan dengan menunjukkan perbuatan baik. Dan, hal menghargai manusia tidak boleh dibatasi oleh jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat sosial, kebangsaan, bahkan permusuhan.

Isu perendahan hak asasi manusia memang bukan hal baru lagi di dunia ini. Kita dapat melihat banyak manusia yang memperlakukan manusia lain tidak seperti manusia—menganiaya, menghina, bahkan membunuh. Karena itu, Yesus mengajarkan bahwa mengasihi sesama adalah seperti mengasihi dan melakukan hal baik kepada diri sendiri. Siapa yang akan kita jadikan objek kasih hari ini?

PERBUATAN BAIK BAGI ORANG LAIN

ADALAH LANGKAH KECIL UNTUK MEMANUSIAKAN MANUSIA

Sumber: [Riand Yovindra]--[www.renunganharian.net]

Kekuatan Cinta

Baca: Kidung Agung 8:5-7
Ayat Mas: Kidung Agung 8:7
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 19-21

Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rektor Universitas Internasional Columbia demi merawat Muriel, istrinya, yang mengalami alzheimer atau gangguan fungsi otak. Muriel sudah tidak bisa apa-apa, bahkan untuk makan, mandi, serta buang air pun, ia harus dibantu. Pada 14 Februari 1995 adalah hari istimewa—tanggal itu, 47 tahun lalu, Robertson melamar Muriel—maka ia memandikan Muriel dan menyiapkan makan malam kesukaannya. Menjelang tidur ia mencium Muriel, menggenggam tangannya, dan berdoa, ”Bapa surgawi, jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam, biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu.”

Paginya, ketika Robertson sedang berolahraga dengan sepeda statis, Muriel terbangun. Ia tersenyum kepada Robertson. Dan, untuk pertama kali setelah berbulan-bulan Muriel tak pernah berbicara, ia memanggil Robertson lembut, ”Sayangku …”. Robertson terlompat dari sepeda statisnya. Ia memeluk Muriel. ”Sayangku, kamu benar-benar mencintaiku?” tanya Muriel lirih. Robertson mengangguk dan tersenyum. ”Aku bahagia.” Itulah kata-kata terakhir Muriel sebelum meninggal.

Alangkah indahnya relasi yang didasarkan pada cinta; tidak ada kepedihan yang terlalu berat untuk dipikul. Cinta adalah daya dorong yang sangat ampuh untuk kita selalu melakukan yang terbaik; menjalani kegetiran tanpa isak, melalui kepahitan tanpa keluh, melewati lembah kekelaman dengan kepala tegak. Tak heran Salomo pun mengatakan, cinta kuat seperti maut (ayat 6). Maka, mari kita menumbuhkembangkan cinta di hati, untuk melandasi setiap tindakan dan ucapan kita; di mana pun dan kapan pun.

CINTA ADALAH DASAR YANG KOKOH TEGUH

UNTUK SEBUAH RELASI

Sumber: [Ayub Yahya]--[www.renunganharian.net]

Kristus, Sauh Cinta

Baca: Efesus 5:22-33
Ayat Mas: Yohanes 15:13
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 16-18

Dan bila aku berdiri/tegak sampai hari ini/bukan karna kuat dan hebatku/semua karena cinta/semua karena cinta .... Itulah sepenggal lirik lagu Karena Cinta yang dibawakan Delon, juara Indonesian Idol. Lagu ini mengemukakan kebenaran bahwa cinta itu penting. Penting karena kini cinta—baik kualitas maupun kuantitasnya—mulai luntur, bahkan dalam kehidupan keluarga.


Secara khusus, Paulus mengingatkan para suami agar mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat. Dan, kasih yang diberikan kepada pasangan bukan hanya kasih manusiawi (eros), melainkan kasih ilahi (agape). Ini standar kasih yang tinggi—kasih yang menuntut pengorbanan, sebagaimana Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat (ayat 25).

Sedangkan setiap istri diminta tunduk kepada suaminya dalam segala sesuatu, seperti ia tunduk kepada Tuhan. Kerap orang kemudian mengartikannya sebagai ketundukan yang memposisikan istri sebagai pelayan dan pengikut kehendak suami. Padahal, ayat ini memuat kalimat “sebagaimana Kristus ...”. Jadi, sesungguhnya suami diminta meneladani Kristus yang memberi diri, baru setelah itu ia layak menerima ketundukan istri. Bila sikap dan sifat suami bertentangan dengan nilai dan sikap Kristus, istri perlu mendoakan dan menolongnya lebih dulu. Walau dalam proses itu, istri tetap berusaha tunduk kepada suami yang tengah berjuang meneladani Kristus.

Barangkali kita tak dapat melakukannya dengan sempurna, tetapi kita harus berusaha memiliki dan menyatakan kasih Kristus kepada pasangan kita. Teladan hidup Kristus adalah jangkar yang teguh bagi setiap bahtera rumah tangga.

KRISTUS ADALAH TAMU YANG TAK TERLIHAT

DI SETIAP RUMAH KITA—Anonim

Sumber: [Daniel K. Listijabudi]--[www.renunganharian.net]

Face To Face

Baca: 1 Tesalonika 3:1-13
Ayat Mas: 1 Tesalonika 3:10
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 13-15

Acara televisi itu sengaja dikemas untuk mempertemukan kembali mereka yang akibat kerasnya arus dan badai kehidupan terpaksa berpisah; mereka yang telah lama tak berjumpa dan tak pernah membayangkan bakal bertemu muka. Padahal mereka ialah orang-orang yang punya hubungan dekat. Ibu dan anak kandung; dua saudara kandung; dua sobat masa kecil; ayah dan anak. Bahkan, pasangan suami-istri. Puncak acara yang paling ditunggu adalah saat mereka dipertemukan muka dengan muka. Mengharukan. Raut muka mereka berubah. Bercahaya, seperti orang “hidup kembali”.

Paulus sangat rindu berjumpa lagi dengan jemaat Tesalonika. Hubungan kasih di antara mereka layaknya orangtua dan anak (1 Tesalonika 2:7,11). Dalam rute pekabaran Injilnya yang kedua, jemaat itu sempat ia layani, tetapi kemudian terpaksa ditinggalkan dalam keadaan tertekan dan teraniaya masyarakat sekitar (ayat 4). Paulus khawatir. Maka, ia mengutus Timotius mengunjungi mereka (ayat 2) dan berdoa agar kelak Tuhan mempertemukan mereka kembali (ayat 10,11). Sebelum itu terkabul, sekadar mendengar kabar Timotius bahwa mereka baik-baik saja sudah membuat Paulus “terhibur” (ayat 7) dan serasa “hidup kembali” (ayat 8). Apalagi, bila kelak mereka berjumpa muka dengan muka!

Perjumpaan muka dengan muka tak tergantikan oleh media komunikasi jarak jauh mana pun. Itulah puncak kerinduan orang-orang yang saling mengasihi. Jadi, jika Tuhan memberi kesempatan, atur dan sediakan kesempatan untuk berjumpa muka dengan muka dengan orang-orang yang kita kasihi. Dampaknya besar. Menghibur. Memberkati. Bisa membuat orang serasa “hidup kembali”.

KASIH BERPUNCAK PADA PERJUMPAAN MUKA DENGAN MUKA

UPAYAKAN SEDAPAT MUNGKIN SELAGI ADA KESEMPATAN

Sumber: [Pipi Agus Dhali]--[www.renunganharian.net]

Jika Tuhan Menghendaki

Baca: Yakobus 4:13-15
Ayat Mas: Yakobus 4:15
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 10-12

Semua orang pasti memiliki rencana. Ada rencana jangka pendek, ada juga rencana jangka panjang. Dalam menyusun rencana, orang mendaftar apa saja yang akan dilakukan dan apa saja sumber daya pendukung yang ada agar rencana itu terwujud. Dan, orang kerap membuat perencanaan dalam berbagai aspek kehidupannya: kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan maupun pelayanan.


Ada orang yang membuat perencanaan dengan sangat rinci, ada juga yang tidak. Dalam pelaksanaannya pun ada rencana yang terlaksana dengan baik, ada yang berjalan walau tidak sesuai, bahkan ada yang sama sekali tidak terlaksana. Nyatanya, sebaik apa pun sebuah rencana dibuat, manusia tidak punya kuasa mutlak membuat semuanya terjadi seperti yang ia kehendaki. Oleh karena itu, dalam surat kepada kedua belas suku di perantauan (1:1), Yakobus mengingatkan jemaat untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan. Hal ini akan membantu mereka, juga kita, untuk peka terhadap kehendak Tuhan dan tidak cepat bermegah diri. Apalagi sebagai anak-anak Tuhan, kita tahu bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan dan kekuatan kita.

Semua yang kita rencanakan untuk dilakukan di sepanjang hari ini atau esok, hanya dimungkinkan jika Tuhan menghendaki kita hidup dan melakukannya (4:15). Inilah yang harus selalu kita ingat; bahwa kita adalah manusia yang terbatas, dan Tuhanlah yang punya kuasa mutlak atas hidup kita. Sehebat apa pun rencana kita, tanpa Tuhan menghendakinya terjadi, maka hal itu tidak akan terlaksana. Sudahkah Anda melibatkan Tuhan dalam perencanaan Anda hari ini?

SEMAKIN BANYAK HAL YANG KITA RENCANAKAN

SEMAKIN PERLU KITA MELIBATKAN TUHAN DI DALAMNYA

Sumber: [G. Sicillia Leiwakabessy]--[www.renunganharian.net]

Terbiasa dengan Dosa

Baca: 1 Raja-raja 11:1-13
Ayat Mas: Kejadian 4:7
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 7-9

Sebagai mahasiswa kedokteran, seorang kerabat saya diwajibkan berdinas di rumah sakit. Tugasnya cukup menguji nyali: jaga malam di kamar mayat. Di hari pertama, ia sangat terganggu oleh suasana dingin dan aroma formalin. Namun, setelah dua-tiga hari, ia mulai bisa bertugas dengan santai, bahkan sambil makan di situ! Manusia memang bisa “kebal” menghadapi situasi buruk, asal dibiasakan, sebab Tuhan memberinya kemampuan adaptasi yang hebat. Tanyai saja orang yang sudah lama bekerja di WC umum, pelelangan ikan, atau pompa bensin—pasti mereka merasa nyaman saja, walau tempat kerjanya tidak nyaman.

Sayang, saking baiknya kemampuan adaptasi manusia, kadang dosa pun bisa tak terasa seperti dosa lagi. Seperti bacaan firman Tuhan hari ini. Sulit dipercaya bahwa yang melakukan tindakan tercela itu adalah Raja Salomo: sang penulis puluhan amsal yang bijaksana dan berwibawa. Salomo jatuh cinta pada gadis-gadis asing dari Moab, Amon, Edom, Sidon, dan Het. Seiring berjalannya waktu, kesenangan Salomo atas istri-istrinya menggantikan posisi Tuhan di hidupnya (ayat 3,4). Kesenangan-kesenangan itu memalingkan kasihnya dari Allah.

Belajar dari Salomo, mari kita lebih waspada. Jangan berkompromi dengan dosa demi kenyamanan pribadi. Mungkin di awal kita masih punya rasa bersalah, tetapi lama-kelamaan kita bisa terbiasa hingga merasa tidak ada yang salah. Jangan sampai kita terlena dan terjerumus. Seperti kata pepatah: Jika kita menghabiskan waktu di pasar, kita akan tercium seperti ikan; jika kita menghabiskan waktu di taman, kita akan tercium seperti bunga; jika kita terus-menerus berbuat dosa, ada waktunya semua akan terbuka.

SERAPAT-RAPATNYA DOSA DISELUBUNGI

SUATU KALI IA AKAN MEMBUAT PELAKUNYA MERUGI

Sumber: [Olivia Elena]--[www.renunganharian.net]

Anjuran dan Larangan

Baca: 2 Raja-raja 22:8-20
Ayat Mas: Yesaya 48:17
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 4-6

Ada satu cara yang saya terapkan dalam mendidik anak. Di sebuah kertas saya menuliskan beberapa kata kunci mengenai hal-hal yang boleh dan yang tak boleh mereka lakukan. “Mengerjakan PR”, “bangun tepat waktu”, “minum susu”, adalah hal-hal yang harus dikerjakan. “Berebut mainan”, “terlalu banyak nonton televisi”, adalah aktivitas yang saya larang. Jika mereka melakukan yang dianjurkan, saya akan membawa mereka bermain keluar rumah atau membelikan buku menggambar kesukaan mereka. Sebaliknya, jika mereka melakukan apa yang dilarang, saya akan memberi mereka hukuman.

Yosia, seorang raja yang lembut hatinya, menyediakan dirinya untuk mendengar dan berusaha menaati Tuhan dengan membaca dan mempelajari Taurat yang ditemukan di rumah Tuhan. Ia mendengar dengan sungguh-sungguh apa hukuman yang Tuhan tetapkan bagi mereka yang meninggalkan Dia (ayat 17), dan juga apa berkat Tuhan bagi mereka yang taat (ayat 18-20). Yosia menjadikan Taurat Tuhan sebagai cermin yang patut dipercaya tentang apa yang seharusnya dilakukan umat Tuhan, dan apa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Kesungguhan untuk mau dikoreksi oleh Tuhan melalui firman-Nya harus kita pelihara. Kita butuh mendidik diri sendiri untuk mengikuti apa yang dianjurkan Tuhan dan menghindari apa yang dilarang oleh-Nya. Salah satu cara sederhananya: buatlah daftar apa yang Dia kehendaki untuk dilakukan dan apa yang tidak, setiap kali selesai membaca firman. Lalu taati dan kerjakan setiap hal di daftar itu dengan sabar dan setia. Biarlah firman Tuhan menjadi petunjuk hidup kita yang terutama.

BERKAT DIBERIKAN SEBAGAI UPAH KETAATAN

DAN MURKA SEBAGAI UPAH PELANGGARAN

Sumber: [Fotarisman Zaluchu]--[www.renunganharian.net]

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More