Minggu, 30 Oktober 2011

ULAR DAN KATAK

Bacaan Setahun : Lukas 8-11

Nats : Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2)

Bacaan : Galatia 5:1-6:2

Pada saat bencana banjir di Brisbane Queensland akhir tahun 2010 lalu, Armin Gerlach seorang teknisi kantor berita berhasil mengabadikan sebuah momen langka. Yakni rekaman foto tentang persahabatan seekor katak hijau yang mendapat tumpangan di punggung seekor ular coklat yang berenang melintasi genangan air akibat banjir. Bukankah seekor ular biasanya melahap katak yang lemah sebagai mangsanya? Namun, ketika bencana menimpa, dua hewan itu mampu mengesampingkan segala perbedaan di antara keduanya hingga si kuat memberi diri menyelamatkan si lemah.

Sebagai makhluk yang lebih mulia, seharusnya manusia bisa bersikap lebih dari itu. Namun kenyataannya, banyak orang hidup dengan memuaskan nafsu dagingnya sampai saling menggigit, menelan, dan membinasakan (ayat 15). Oleh sebab itu, Paulus mengingatkan bahwa kita telah dimerdekakan dari perbudakan dosa oleh penebusan Kristus (5:1). Maka, jangan sampai kita berbalik lagi ke dalam kehidupan lama (ayat 16-21). Setiap orang beriman harus menghidupi hakikat hidup barunya, yaitu hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh (ayat 25) agar menghasilkan buah Roh (ayat 22-23). Bagaimana hidup oleh Roh itu diwujudkan dalam relasi antar orang beriman, agar hidup ini menghasilkan buah Roh yang memberkati sesama dan memuliakan Tuhan?

Ingat dan terapkan firman ini sebagai petunjuk praktis hidup sehari-hari: Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Sebagai orang yang sudah dibebaskan Kristus dari dosa, kiranya hidup kita jauh dari sikap egois, penuh dengki, saling menggigit dan menelan --SST

TUHAN MENYELAMATKAN KITA DENGAN KASIH YANG TIDAK EGOIS

MAKA BETAPA TAK TAHU MALUNYA KITA APABILA HIDUP EGOIS

ABAIKAN SAJA!

Bacaan Setahun : Lukas 5-7

Nats : Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat ... imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar (Yohanes 11:55,57)

Bacaan : Yohanes 11:45-57

Ada kalanya kita menghadapi masalah yang benar-benar serius, tetapi ada kalanya juga kita menghadapi masalah-masalah kecil. Andai kita mengabaikan semua masalah kecil, bukankah itu tidak akan memengaruhi hidup kita? Mengapa kita harus mengizinkan hal-hal itu menyita perhatian kita, menyedot seluruh energi dan menguras emosi? Mengapa gara-gara berbeda cara memencet pasta gigi, suami istri harus ribut hingga suasana rumah menjadi tak nyaman? Mengapa hanya karena kelewatan salah satu acara TV yang kita sukai, kita harus marah-marah? Seorang yang bijak pernah berkata, "Jangan ambil pusing masalah, jika tidak, masalah itu benar-benar akan membuat Anda pusing."

Kita memerlukan energi untuk melakukan hal-hal yang lebih penting. Jika kita terfokus pada masalah-masalah kecil, banyak perkara besar yang jauh lebih penting akan terabaikan. Bukannya meremehkan masalah-masalah kecil itu, tetapi kita perlu sedikit lebih rileks menghadapi hidup.

Kita perlu belajar dari Tuhan Yesus. Berkali-kali Dia dikecam dan dikritik gara-gara masalah "sepele". Orang Farisi dan Ahli Taurat selalu mencari-cari soal untuk menjatuhkan Yesus. Bahkan hingga menjelang akhir pelayanannya ancaman pembunuhan terhadap Yesus. Apakah ini membuat Yesus terfokus pada kecaman orang Farisi? Tidak! Yesus tetap berfokus kepada salib, sebab itu lebih penting daripada menanggapi serangan orang Farisi. Yesus sangat pintar menata prioritas perhatian. Dengan bersikap demikian, maka hal penting tak menjadi korban hal "sepele". Maka, energi-Nya juga tidak terkuras. Mari meniru Yesus --PK

BERI PERHATIAN CUKUP PADA SETIAP MASALAH SESUAI PORSINYA

MAKA KITA BISA BERUSAHA MAKSIMAL UNTUK MENCAPAI TUJUAN

DUA PENYAMUN SATU YESUS

Bacaan Setahun : Lukas 1-4

Nats : Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (Lukas 23:42)

Bacaan : Lukas 23:33-43

Dua orang, pada satu tempat, satu waktu, dihadapkan pada hal yang sama, ternyata bisa membuat dua keputusan berbeda. Ini terjadi pada dua penyamun yang disalibkan bersama Yesus. Masing-masing di samping kiri dan kanan-Nya. Mereka menerima hukuman itu karena kejahatan yang sudah mereka lakukan.

Sebelum sampai ke salib, kedua penyamun ini mungkin sudah malang melintang di dunia kejahatan. Namun, aha, siapa lelaki di tengah ini? Apa kejahatan yang Dia perbuat? Mengapa Dia diam ketika disesah sedemikian rupa? Benarkah Dia menyebut diri-Nya Raja?

Penyamun pertama menghujat Yesus. Mungkin ia berpikir, jika orang yang berbuat baik dan berbuat jahat sama saja nasibnya, untuk apa menyusahkan diri dengan sedikit kebaikan dan empati? Penyamun kedua, walau awalnya menghujat, tertegun dengan sosok Yesus. Ada kepasrahan dan sikap koreksi diri darinya. Ada keyakinan bahwa kebenaran itu tetap ada walaupun tersangkut di tiang salib: Yesus tak bersalah. Saya bersalah.

Kepada Yesus, penyamun kedua menyampaikan permintaanya: "Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Ia hanya meminta Yesus mengingatnya. Itu lebih dari cukup baginya. Namun, Yesus memberi jauh melebihi yang ia minta. Tidak sekadar mengingat, tetapi hari itu juga ia bersama dengan Yesus di Firdaus.

Dua orang, satu waktu, satu tempat, satu kejadian, memandang satu Yesus. Apa yang mereka lihat dalam diri Yesus bisa berbeda satu sama lain, tetapi orang yang memilih yang terbaik, sudah bersama-sama dengan Yesus di Firdaus hari itu juga. Bagaimana dengan kita? --SL

BISA ADA BANYAK PANDANGAN ORANG TERHADAP YESUS

NAMUN YANG PENTING: BAGAIMANA KITA MEMANDANG YESUS?

KELIMPAHAN ANUGERAH

Bacaan Setahun : Markus 14-16

Nats : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44)

Bacaan : Matius 5:38-48

Pada 4 Agustus 1987, Carlina White yang baru berusia 19 hari diculik seorang wanita yang menyamar sebagai perawat di Harlem Hospital, New York. Saat masih kecil, ia kerap dipukul. Maka, saat remaja, White curiga apakah benar Pettway ialah ibu kandungnya. Terutama saat "sang ibu" menolak memberikan akta kelahirannya, saat ia hendak mengurus SIM. Kini, misteri itu terkuak dan si penculik sedang menjalani pemeriksaan FBI.

Ketika Joy White ibu kandung Carlina dipertemukan dengan anaknya pada 2010, ia berkata: "Saya ingin Pettway menderita seperti yang saya alami selama 23 tahun ini." Namun, sungguhkah Joy White bisa puas dan bahagia ketika si penculik dihukum seberat-beratnya? Ia memang telah menderita selama 23 tahun, tetapi bukankah seharusnya seluruh penderitaan itu sirna dan diganti dengan kebahagiaan serta syukur melimpah karena Tuhan mengembalikan anaknya? Begitulah kebanyakan manusia mengukur keadilan, yakni dengan hukum "mata ganti mata, gigi ganti gigi" (ayat 38). Bahkan dendam bisa menutupi kebaikan dan kasih Allah yang masih berlaku baginya.

Namun, seseorang yang telah mengalami anugerah Tuhan akan dimampukan untuk melihat bagaimana tangan Allah berkarya baginya. Dengan begitu, ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan juga, tetapi mengasihi musuh dan berdoa baginya (ayat 39, 44). Ini tidak gampang. Kekuatan manusiawi saja tak sanggup melakukannya. Itu sebabnya kita perlu kekuatan surgawi, yakni jamahan kasih Allah, supaya kita dapat menunjukkan sikap sebagai anak-anak Bapa (ayat 45): tidak mendendam dan tidak membalas segala hal tidak baik hanya untuk memuaskan hati --SST

DENDAM ITU TAK BERGUNA DAN TAK MENYELESAIKAN MASALAH

HANYA KASIH YANG MELEGAKAN DAN MEMUASKAN JIWA YANG RESAH

PINTU

Bacaan Setahun : Markus 11-13

Nats : Akulah pintu; siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput (Yohanes 10:9)

Bacaan : Yohanes 10:1-10

Salah satu sebutan Yesus yang saya dapati sangat menarik adalah "pintu". Yesus sendiri yang membuat sebutan itu, seperti diuraikan bacaan hari ini. Seperti pintu kandang bagi domba-domba, demikianlah Yesus menjadi sumber keselamatan dan kehidupan bagi umat-Nya. Perumpamaan yang sangat indah.

Kita mengetahui bahwa domba-domba aman setelah mereka masuk kandang melalui pintu. Kita juga mengetahui, domba-domba bisa makan setelah mereka keluar kandang melalui pintu. Sebagai "Pintu", Yesus menjadi jalan masuk kita, domba-domba-Nya, menuju keselamatan. Melalui Dia kita aman. Melalui Dia pula, kita "makan" dan hidup.

Akan tetapi, hal lain yang saya dapati menarik adalah fakta bahwa banyak orang tertegun atau ragu tatkala berada di depan "Pintu" itu. Bukannya mencoba lewat untuk mengalami keselamatan dan kehidupan, mereka malah mempersoalkan banyak hal tentang "Pintu" tersebut. Ada yang tidak suka tampilan-Nya: tidakkah Dia terlalu sederhana anak tukang kayu untuk menjadi Penyelamat manusia? Ada yang membandingkannya dengan "pintu-pintu" lain: Bukankah Dia cuma satu dari sekian banyak tokoh agama? Ada juga yang menuntut penjelasan: bagaimana "Pintu" yang satu ini bisa menuntun kepada keselamatan dan kehidupan kekal?

Sebagai umat sang "Pintu", kita wajib menanggapi semua pertanyaan itu sebaik-baiknya. Namun, janganlah kita terpancing untuk terpaku dalam usaha memberi penjelasan logis. Kadang-kadang cara manjur untuk meyakinkan orang yang ragu di depan "Pintu" itu adalah cara Filipus: "Mari dan lihatlah" (Yohanes 1:46-49) --SAT

UMAT KRISTUS HARUS MENJADI SAKSI TEPERCAYA

TENTANG KEHIDUPAN DI BALIK PINTU KESELAMATAN

MAKIN BERKOBAR

Bacaan Setahun : Markus 8-10

Nats : Mengenai hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Filipi 1:6)

Bacaan : Filipi 1:3-11

Dalam Perjalanan Seorang Musafir, John Bunyan menceritakan perjalanan Si Kristen ke Celestial City, kota surgawi yang kekal. Saat singgah di rumah Juru Penerang, ia melihat api yang menyala-nyala di muka tembok. Di depannya ada orang yang berdiri sambil berkali-kali menyirami api itu dengan air, tetapi api itu malah semakin berkobar. Juru Penerang menjelaskan, api itu anugerah yang bekerja di hati orang percaya; orang yang menyiramkan air berusaha memadamkannya adalah si jahat. Lalu, mengapa api itu semakin berkobar? Juru Penerang memperlihatkan apa yang terjadi di balik tembok itu: Seseorang berdiri memegang bejana minyak dan terus-menerus, secara rahasia, menuangkannya ke dalam api itu. "Kristuslah, " kata Juru Penerang, "yang terus-menerus, dengan minyak anugerah-Nya, memelihara pekerjaan yang telah dimulai-Nya di hati seseorang."

Bunyan berpijak pada penjelasan Rasul Paulus tentang pertumbuhan dan pendewasaan orang percaya. Pekerjaan Allah di dalam diri kita berlangsung seumur hidup dan berakhir saat kita bertemu muka dengan Kristus Yesus. Pekerjaan-Nya bagi kita berlangsung pada saat Kristus disalibkan. Pekerjaan-Nya di dalam diri kita dimulai ketika kita percaya kepada-Nya. Dia mengaruniakan Roh-Nya, yang menyertai kita selama-lamanya (Yohanes 14:16), untuk meneruskan dan menyempurnakan pekerjaan tersebut.

Apabila kadang muncul keraguan, dapatkah kita mengakhiri pertandingan iman ini dengan baik; kiranya nas hari ini meneguhkan keyakinan kita. Kemenangan kita bukan ditentukan oleh usaha kita, melainkan terjamin oleh anugerah-Nya --ARS

APABILA MINYAK ANUGERAHNYA TERUS DICURAHKAN DALAM HATI KITA

SIAPAKAH YANG SANGGUP MEMADAMKAN NYALA APINYA?

KEPRIBADIAN

Bacaan Setahun : Markus 4-7

Nats : Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman ... hendaklah hatimu melimpah dengan syukur (Kolose 2:7)

Bacaan : Kolose 2:6-15

Melankolik, kolerik, sanguin, dan plegmatik. Teori penggolongan manusia menjadi empat tipe kepribadian ini lahir dari kepercayaan orang Yunani kuno bahwa tubuh manusia tersusun oleh empat macam cairan, yang dalam bahasa Yunani disebut melanchole (cairan empedu hitam), chole (cairan empedu kuning), phlegm (lendir), dan sanguis (bahasa Latin: darah). Menurut mereka, setiap orang memiliki kecenderungan kepribadian tertentu sejak lahir karena perbedaan komposisi cairan-cairan ini.

Kepercayaan ini sendiri sudah dibantah oleh para ilmuwan modern. Namun, sistem penggolongannya masih populer, terutama di kalangan awam. Sekadar sebagai bahan diskusi, tak menjadi masalah. Sayangnya, klasifikasi ini kerap dijadikan alasan orang untuk tidak mau memperbaiki diri. "Saya lahir dengan kepribadian begini, jadi memang saya lemah di hal-hal ini, " begitu kilah sebagian orang. Seakan-akan kepribadian dan karakternya tidak mungkin lagi berubah. Padahal, setiap manusia terus berubah sepanjang hidupnya. Masalahnya, ke arah manakah ia berubah?

Alkitab mengajarkan bahwa kita sebagai umat Allah harus berubah semakin sempurna. Sebab, setelah Kristus menebus kita, kita dipanggil untuk "dibangun di atas Dia" (ayat 7). Untuk semakin berpusat dan semakin sempurna di dalam Dia. Jadi, selama kita belum memiliki "kepribadian seperti Dia", kita harus terus memperbaiki diri. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita tekun mengejar kesempurnaan. Membangun karakter mulia, meninggalkan kecenderungan-kecenderungan yang kurang mulia, menjadi dewasa rohani dan menjadi saluran berkat bagi orang lain --ALS

KITA DIPANGGIL UNTUK TERUS MEMBANGUN DIRI

AGAR OLEH KASIH TUHAN KITA MENJADI SEPERTI KRISTUS

MEMANDANG SALAH

Bacaan Setahun : Markus 1-3

Nats : Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa ... (Mazmur 119:37)

Bacaan : Mazmur 119:33-37

Suatu kali Bung Hatta menginginkan sebuah sepatu bermerek yang berkualitas bagus, tetapi cukup mahal. Ia menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung. Namun, tabungannya selalu berkurang untuk memenuhi keperluan keluarga atau orang-orang yang meminta bantuan. Akhirnya, hingga meninggal Bung Hatta tidak pernah membeli sepatu itu. Baginya, menjadi berarti bagi keluarga dan kerabat lebih membuatnya bahagia daripada memiliki sepatu mahal.

Secara lebih dalam, pemazmur memberitahukan sumber kebahagiaan yang sesungguhnya. Dalam terjemahan Today’s English Version, Mazmur 119:35 berbunyi: "Buatlah aku taat pada perintah-perintah-Mu, karena di situlah aku menemukan kebahagiaan." Itu sebabnya di ayat berikutnya pemazmur meminta: "Berilah saya kerinduan yang besar untuk menaati hukum-hukum-Mu, lebih besar dari keinginan saya untuk menjadi kaya" (ayat 36). Inilah yang menghindarkannya dari mengejar "hal yang hampa" (ayat 37, TB).

Sebagai sarana hidup, uang adalah benda netral. Sayang, banyak orang kemudian memandang salah. Ia mengira sumber kebahagiaannya ialah uang, agar ia dapat memiliki ini itu. Maka, ada uang, bahagia. Tak ada uang, susah, bingung, dan khawatir. Padahal semestinya tidak demikian. Kebahagiaan terjadi jika kita mengikuti kehendak Kristus dan menaati firman-Nya. Dengan begitu, secara berturutan kita akan menikmati damai, sukacita, dan hidup yang berarti. Dan, tentu saja Dia yang besar dan mengasihi kita akan mencukupkan apa yang kita perlu di hidup ini (Filipi 4:19). Kejarlah sumber bahagia yang sejati, bukan yang hampa --AW

KEMBALIKAN UANG KE POSISI SEMULA

YAKNI SEBAGAI HAMBA, BUKAN TUAN KITA

MENCONTOH KEPEMIMPINAN ALLAH

Bacaan Setahun : Matius 25-28

Nats : Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (Yehezkiel 34:2)

Bacaan : Yehezkiel 34:1-10

David Mukuba Gitari ialah uskup agung Gereja Anglikan Kenya periode 1996-2005. Ia berani menyampaikan suara kenabian bagi pemerintahnya, meski itu membuat nyawanya terancam. Ia percaya para pemimpin Kenya harus mencontoh kepemimpinan Allah, gembala yang baik. Suatu kali, usai berkhotbah di depan banyak politisi, Gitari berpesan, "Pergilah ke parlemen dan jadilah gembala yang baik."

Perkataan Gitari tentu didasarkan atas Alkitab. Alkitab kerap mengibaratkan Allah maupun pemerintah sebagai gembala (misalnya Mazmur 23 dan Yehezkiel 34-yang kita baca hari ini). Artinya, gambaran ideal pemerintah dalam Alkitab adalah seperti gembala yang baik; mengurus dan melindungi rakyat. Benar, pemerintah harus meniru cara-cara Allah menggembalakan umat-Nya.

Sayangnya, banyak pemerintah di dunia tidak berbuat demikian. Pada zaman Yehezkiel saja Allah harus murka kepada para pemimpin Israel yang malah "menggembalakan dirinya sendiri". Mereka mengambil untung sebesar-besarnya dari rakyat, mengabaikan kesejahteraan rakyat (ayat 3-6). Maka, Allah tampil sebagai lawan mereka, sebab semua rakyat sesungguhnya adalah rakyat Allah (ayat 10).

Jika kita pejabat pemerintah, tinggi atau rendah, ingatlah bahwa kita diberi kehormatan untuk mencontoh kepemimpinan Allah. Jangan sia-siakan kehormatan ini. Jalankan kepemimpinan Anda secara bertanggung jawab. Jika kita rakyat biasa, ingatlah untuk mendoakan para pejabat. Sekiranya ada peluang, tak salah juga berseru kepada mereka, "Pergilah ke tempat kerja dan jadilah gembala yang baik" --SAT

PEMERINTAH YANG BIJAK

HARUSLAH MENCONTOH CARA TUHAN MEMERINTAH

SEPADAN DENGAN PERTOBATAN

Bacaan Setahun : Matius 22-24

Nats : Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci (1 Yohanes 3:3)

Bacaan : 1 Yohanes 3:1-10

Komunisme tidak memercayai eksistensi surga dan kekekalan. Walau demikian, pemerintahan komunis di Rusia menjanjikan kemunculan generasi baru manusia yang berwatak luhur. Dengan mengabaikan kekekalan sebagai daya dorong, mungkinkah mereka mencapainya? Keruntuhan komunisme sekian dekade kemudian menyingkapkan borok-boroknya. Alih-alih bangkitnya "Manusia Sosialis Baru", rata-rata warga Soviet lebih suka menghabiskan uang untuk mabuk-mabukan daripada membantu anak-anak yang membutuhkan.

Josef Tson, pendeta Rumania, menggarisbawahi hal ini: "Mereka tidak punya motivasi untuk berbuat baik. Mereka melihat bahwa dalam dunia yang sepenuhnya material, hanya ia yang bergegas-gegas dan menyambar bagi dirinya sendiri, yang bisa memiliki sesuatu. Buat apa mereka menyangkal diri dan jujur? Apa motivasi yang bisa ditawarkan pada mereka untuk menjalani hidup yang berguna bagi orang lain?"

Kegawalan komunisme menyodorkan pelajaran tentang pentingnya perspektif kekekalan dalam menjalani pertobatan. Metanoia, bahasa Yunani untuk pertobatan, mengacu pada pembaruan pikiran yang berujung pada perubahan tindakan menuju kebajikan. Tanpa kesadaran akan kekekalan, pertobatan menjadi seperti perjalanan tanpa motivasi dan tanpa tujuan. Orang bisa gampang patah arang di tengah jalan. Sudut pandang mengenai kekekalan menggugah pertobatan kita. Kalau kita memercayai kekekalan, apakah hidup kita menunjukkan pertobatan dan perubahan yang sepadan? Sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat terus-menerus berbuat dosa (ayat 9) --ARS

APA YANG KITA LAKUKAN DI DUNIA INI BERGEMA DI KEKEKALAN

SIAPA MENCARI SIAPA

Bacaan Setahun : Matius 18-21

Nats : Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10)

Bacaan : Lukas 19:1-10

Saya ingin melihat seperti apa Dia. Seorang buta baru saja Dia sembuhkan sebelum ke kota ini. Saya tidak yakin Dia mau menemui saya, apalagi jika Dia tahu saya pemungut cukai. Saya juga tidak yakin berani mendekati-Nya langsung. Tetapi tak apa-apa, saya cuma mau melihat-Nya." Mungkinkah ini yang ada dalam pikiran Zakheus, saat ia tidak berhasil menerobos kerumunan orang karena keterbatasan fisiknya dan kemudian nekat memanjat pohon ara untuk melihat Yesus?

Alasan Zakheus mencari Yesus memang tidak dijelaskan, selain bahwa ia ingin melihat Yesus. Yang jelas, hatinya membuncah dengan sukacita ketika Yang Dicari itu melihat, menyapa, bahkan mau menumpang di rumahnya (ayat 5-6). Harta miliknya menjadi tak begitu berarti; setengah hartanya akan diberikan kepada orang miskin dan orang yang pernah ia peras akan mendapat ganti empat kali lipat (ayat 8). Zakheus bersukacita. Pertanyaannya, apakah hanya Zakheus yang mencari Yesus? Tidak. Usaha Zakheus memang patut diacungi jempol, tetapi Yesuslah yang lebih dulu menyapanya. Yesuslah yang mencari dan menyelamatkan Zakheus yang "hilang" (ayat 10).

Kita mungkin rindu bisa "melihat" Tuhan di hidup kita, tetapi juga takut untuk sedemikian dekat kepada-Nya. Kita mengikuti ibadah diam-diam, duduk sendiri berharap tidak dikenali, takut terlibat dalam pelayanan, merasa berdosa. Fakta bahwa kita merasa tidak layak atau bahwa orang-orang tidak senang dengan perubahan yang kita alami bisa saja terjadi. Namun ingatlah bahwa bukan kita saja yang sedang mencari Yesus. Yesus pun sangat rindu mencari dan menyelamatkan kita. Dia ingin tinggal di hati kita --SL

TUHAN SANGAT INGIN MENCARI JIWA terhilang

DATANG DEKAT DAN JANGAN JAUH DARI-NYA

HARVEY PEKAR

Bacaan Setahun : Matius 15-17

Nats : ... kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah (Markus 4:19)

Bacaan : Markus 4:1-20

Harvey Pekar, dalam novel grafisnya yang berjudul The Quitter, menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh kecemasan sehingga selalu gelisah di sekolah, gagal kuliah, dan berganti-ganti pekerjaan. Sebenarnya, ia sudah sukses dengan komik yang berjudul American Splendor, menang di Festival Cannes dan Sundance, mendapat pujian dari USA Today dan New York Times, juga mendapat kontrak-kontrak besar. Namun di halaman terakhir, Pekar berkata: "Mungkin aku akan selalu cemas ... sekalipun buku-buku yang kutulis laku keras. Aku bermimpi bisa hidup tenang tanpa masalah dalam jangka panjang. Tetapi umurku sekarang sudah 65. Jadi, apa itu akan terjadi?"

Yesus mengibaratkan kecemasan seperti semak duri. Tuhan dapat menyentuh kita melalui firman-Nya lewat Alkitab atau peristiwa sehari-hari. Akan tetapi, apabila kita masih menyimpan "semak duri", maka "benih iman" kita tak dapat bertumbuh. Yesus memaparkan dengan gamblang sumber-sumber kecemasan manusia: kekhawatiran dunia ini, tipu daya kekayaan, keinginan-keinginan akan hal yang lain (ayat 19). Hal-hal itu membelenggu kita dan membuat kita tak berbuah.

Harvey Pekar, jenius komik yang hatinya terikat kecemasan, akhirnya meninggal pada Juli 2010 lalu. Ia mengidap kanker. Namun, sumber utama kematiannya bukan kanker, melainkan terlalu banyak mengkonsumsi obat anti depresi. Ini mendorong kita untuk memeriksa diri: Apakah "semak duri" masih mengimpit hidup kita? Apakah firman Tuhan dan kebenaran-Nya sudah kita nomor duakan? Mari belajar berserah kepada Tuhan, sehingga benih firman Tuhan dan kebenaran-Nya di hati kita, dapat bertumbuh dan berbuah --OLV

KENDALIKAN DAN SERAHKAN KECEMASAN ANDA KEPADA TUHAN

SEBELUM KECEMASAN ITU MENGENDALIKAN KITA

TUGAS DAN PANGGILAN SUAMI

Bacaan Setahun : Matius 11-14

Nats : "Katakanlah bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik kerena engkau, dan aku dibiarkan hidup karena engkau" (Kejadian 12:13)

Bacaan : Kejadian 12:10-20

Hawa tidak dicipta dari tulang kaki, supaya istri tak menjadi budak suami. Hawa tidak dicipta dari batok kepala, supaya istri tunduk dan tidak menguasai suami (Efesus 5:22-23). Hawa dicipta dari tulang rusuk, agar istri menjadi penolong, bahkan pelindung hati suami. Namun secara seimbang, seorang istri sangat membutuhkan kasih sayang dan perlindungan suami, yang menjaganya agar tidak direbut darinya. Dan, seorang suami akan melindungi dan membela istrinya mati-matian, hanya jika ia menyadari bahwa sang istri adalah bagian tak terpisahkan dari hidupnya.

Ketika bahaya kelaparan mengancam hidup keluarganya, Abram memboyong keluarganya ke Mesir. Namun betapa mengejutkan sikap Abram, suami Sarai. Ketika bahaya mengancam, ia malah berlindung di balik Sarai. Ia meminta Sarai tidak mengaku sebagai istri, tetapi sebagai adik Abram walau memang benar Sarai bukan hanya istri Abram, tetapi juga saudara sepupunya. Ia meminta demikian karena takut. Sarai itu sangat cantik. Apabila Firaun tertarik melihatnya dan hendak mengambilnya sebagai selir, maka Abram bisa dibunuh.

Sehebat, sekaya, dan sepopuler apa pun suami, yang terpenting dan diharapkan istri adalah ia bisa melindungi diri dan seluruh keluarganya. Sebab itu, ia tidak boleh hanya mengandalkan kemampuannya sendiri. Jika demikian, maka orang sehebat Abram yang diberi gelar bapa orang beriman pun bisa melarikan diri dari tugas dan panggilannya sebagai kepala keluarga. Sebab, kekuatan sejatinya bukan pada dirinya sendiri, melainkan dalam persekutuannya yang akrab dengan Tuhan, yakni iman. Anda memilikinya? --SST

SEORANG SUAMI MESTI HEBAT TAK HANYA DI TEMPAT PUBLIK

TETAPI JUSTRU TERUTAMA MENJADI HEBAT BAGI ANAK DAN ISTRI

BELENGGU BUKAN MASALAH

Bacaan Setahun : Matius 8-10

Nats : Dari Paulus, seorang tahanan karena Kristus Yesus .... Kepada Filemon yang terkasih, teman sekerja kami (Filemon 1:1)

Bacaan : Filemon

Lie Tjiu Kie berusia 94 tahun. Meski sudah berusia lanjut dan harus duduk di kursi roda, ia terus melayani Tuhan dan menjadi berkat. Setiap hari ia berdoa bagi keluarga dan saudara-saudaranya yang belum percaya. Bahkan ketika ia sakit dan banyak dikunjungi, ia memakai kesempatan itu untuk mengajak saudara-saudaranya yang belum percaya untuk beriman kepada Kristus. Salah satunya, beberapa tahun lalu beliau meminta orangtua saya datang beribadah ke gereja. Hasilnya, orangtua saya sungguh-sungguh mau datang ke gereja untuk kali pertama, tepat ketika saya bernyanyi di paduan suara pada perayaan Natal.

Keadaan lemah dan terpenjara tak membuat Paulus berhenti mengabarkan Injil dan melayani Tuhan. Justru dalam keadaan demikian ia bisa banyak menulis, salah satunya menulis kitab Filemon. Dan melakukan pelayanan yang berarti, khususnya bagi Onesimus. Ya, di kitab ini kita membaca tentang Onesimus budak Filemon yang melarikan diri. Ketika Onesimus bertemu Paulus kemungkinan besar di penjara ia mendengar Injil dari Paulus dan menjadi orang percaya. Dari situ, Paulus menulis surat kepada Filemon agar menerima kembali Onesimus, bukan sebagai budak, melainkan sebagai saudara seiman.

Saat ini mungkin kita merasa terbelenggu dengan keadaan: kelemahan tubuh; usia senja yang membuat kita tak lagi leluasa bergerak; atau kesibukan pekerjaan. Apakah keterbatasan-keterbatasan ini menghalangi kita untuk melayani Tuhan? Atau justru memacu kita untuk bangkit dan kreatif mencari cara, sehingga di tengah kelemahan pun kita tetap dapat bersaksi tentang Tuhan? --VT

SELAGI HAYAT MASIH DIKANDUNG BADAN

MASIH ADA KESEMPATAN MELAYANI TUHAN

MATERIALISME

Bacaan Setahun : Matius 4-7

Nats : Juga Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh, lalu mereka pergi sebab Lot itu diam di Sodom (Kejadian 14:12)

Bacaan : Kejadian 13:1-13; 14:11-12

Xiao Zheng ingin sekali memiliki iPad2, komputer tablet canggih, tetapi tidak punya uang. Suatu ketika, remaja China ini membaca iklan online yang menawarkan uang 29 juta rupiah bagi orang yang mau mendonorkan ginjalnya. Tanpa pikir panjang, Xiao Zheng menjual ginjalnya. Setelah dioperasi di rumah sakit, uang yang diperoleh ia habiskan untuk membeli iPad2, notebook, dan iPhone. Demi memiliki gadget dengan usia pakai hanya 5 tahun, ia korbankan organ tubuh yang diperlukan untuk hidup puluhan tahun!

Inilah jebakan materialisme. Ketika materi dianggap sebagai hal yang terpenting, orang diperhamba olehnya. Apa pun dan siapa pun bisa dikorbankan demi mendapatkannya. Lot contohnya. Ia tahu Sodom bukan tempat tinggal yang ideal. Penduduknya "sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan" (Kejadian 13:12). Namun, lokasinya yang berada di lembah subur menjanjikan kemakmuran dan kesuksesan. Lot pun terpikat. Walau sudah kaya, ia ingin menjadi lebih kaya. Maka, ia memilih tinggal di Sodom. Istri dan anaknya dikorbankan untuk tinggal di lingkungan yang buruk. Hasilnya? Kehancuran. Suatu hari, musuh menyerang. Dalam sekejap harta bendanya lenyap. Keluarganya pun ditawan musuh: menghadapi penyiksaan, penjara, dan kematian! Untung Abram datang menolong. Abram walau kaya raya, hidup dalam ketaatan pada Tuhan dan kasih kepada sesama.

Tamak akan harta bisa mendorong kita melakukan apa yang salah. Atau, pergi ke tempat yang tidak seharusnya. Materialisme menawan dan memperhamba. Jangan biarkan ia bersarang dalam hati dan pikiran Anda! --JTI

MATERIALISME MEMBERI ANDA PEMAHAMAN KELIRU

BAHWA ANDA TAK BISA BAHAGIA SEBELUM PUNYA INI dan ITU

YEREMIA DAN HANANYA

Bacaan Setahun : Matius 1-3

Nats : Pergilah mengatakan kepada Hananya: Beginilah firman Tuhan: Engkau telah mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya (Yeremia 28:13)

Bacaan : Yeremia 28

Apa yang kita harapkan saat menghadiri ibadah atau saat mengundang seorang hamba Tuhan untuk berbicara di acara kita? Mungkin kita berharap mendengar hal-hal menyenangkan seperti bahwa kita dikasihi Tuhan, bahwa penyakit kita segera sembuh, masalah kita segera teratasi, keluarga pasti rukun, serta berkat Tuhan senantiasa melimpah bagi kita.

Tentu semua harapan baik itu tidak salah. Namun hendaklah kita ingat, maksud Tuhan tak selalu disampaikan dengan cara yang kita sukai. Firman-Nya tidak untuk menyenangkan telinga kita semata, tetapi untuk membawa kita semakin dekat kepada-Nya dan memahami maksud-Nya. Pada zaman Zedekia menjadi raja Yehuda, Yeremia dan Hananya sama-sama menjadi nabi yang menyampaikan firman Tuhan. Yeremia dan nabi-nabi pendahulu menubuatkan tentang pembuangan umat ke Babel, sementara Nabi Hananya menyampaikan hal sebaliknya, yakni tentang berakhirnya pembuangan. Tentu perkataan ini lebih suka didengarkan. Sayangnya, itu tidak berasal dari Tuhan. Nabi Hananya pun dihukum.

Kata-kata manis memang menyenangkan untuk didengar, sedangkan teguran atau peringatan sering membuat telinga menjadi panas. Tetapi adakalanya hal yang tak enak didengar pun perlu untuk kebaikan kita. Jadi, jika kita adalah orang yang dipercaya untuk menyampaikan firman Tuhan, sampaikanlah pesan bukan untuk menyenangkan pendengar, tetapi menyenangkan Tuhan. Jika kita adalah pendengar, kita perlu belajar mendengar dengan baik apa yang Tuhan sukai dan bukan hanya memilih apa yang menyukakan hati kita --SL

TUHAN BERBICARA DENGAN BANYAK CARA

DENGARKANLAH DENGAN AKAL BUDI DAN HATI

JUDI?

Bacaan Setahun : Maleakhi 1-4

Nats : Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2 Tesalonika 3:10)

Bacaan : 2 Tesalonika 3:6-12

Apa yang terkenal dari Las Vegas sebuah kota di Amerika? Banyak orang akan menjawab, "Tempat perjudiannya". Itu benar. Judi model apa pun dapat ditemukan di sana. Tak heran, kota ini dikunjungi para penjudi dari seluruh dunia. Walaupun demikian, judi tidak hanya dilakukan orang di kota sekelas Las Vegas saja. Di kota kecil atau perkampungan pun, judi banyak dilakukan. Jahatnya, judi tidak hanya dilakukan oleh orang kaya, melainkan juga oleh orang-orang miskin. Bahkan, judi tidak hanya dilakukan orang dewasa, tetapi ada juga anak-anak sekolah yang ikut berjudi.

Judi adalah kebiasaan yang sangat buruk, sebab merusak mentalitas seseorang. Etos kerja orang dihancurkan, sebab judi dianggap jalan pintas untuk menjadi kaya, hidup enak, tanpa kerja keras. Namun benarkah dengan berjudi, orang bisa bahagia? Ternyata tidak. Sebaliknya, kita akan lebih banyak menjumpai orang yang bangkrut karena judi. Dan, jika salah satu anggota keluarga punya kebiasaan berjudi, bisa dipastikan keluarga itu akan mengalami masalah serius.

Alkitab mengecam perjudian. Bahkan dengan keras Paulus berkata, jika seseorang tidak mau bekerja, mau cari enak, janganlah ia makan. Judi adalah bentuk kemalasan, dan Alkitab jelas mencela kemalasan dalam bentuk apa pun. Selain itu, efek judi sangat tidak baik. Toh, kalau seseorang menang dalam jumlah banyak, ia membuat orang lain menderita. Sebab yang kalah bukan si penjudi saja, tetapi juga seluruh keluarganya. Maka, jauhilah judi dalam bentuk sekecil apa pun, agar ia tak menyeret kita ke perangkap yang lebih dalam --PK

BANGKITKAN DIRI KITA UNTUK MENJADI ORANG YANG RAJIN

SEBAB KEMALASAN TAKKAN MEMBAWA KITA KE MANA-MANA

MENYIAPKAN PENGGANTI

Bacaan Setahun : Zakharia 13-14

Nats : ... Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk pergi dari dunia ini kepada Bapa (Yohanes 13:1)

Bacaan : Yohanes 13:1-5

John Stott, seorang hamba Tuhan danpenulis kristiani ternama, meninggal dunia pada 27 Juli 2011, dalam usia 90 tahun. Sebagai penginjil yang sangat bersemangat, John Stott telah mengajar banyak orang untuk sungguh-sungguh mengasihi sang Juru Selamat, juga mendukung Gereja Tuhan di seluruh dunia. Yang menarik, pemimpin John Stott Ministries sekarang, Benjamin Homan, mengatakan bahwa institusi mereka telah siap melanjutkan pelayanan apabila John Stott meninggal, sejak 15 tahun sebelumnya. "Saya pikir ia hendak memberi teladan bagi para pemimpin lembaga pelayanan, tentang meneruskan kepemimpinan kepada pemimpin-pemimpin baru, " demikian papar Homan.

Rupanya John Stott mengikuti jejak Yesus, junjungan hidupnya. Yesus tahu, tidak untuk seterusnya Dia akan mendampingi murid-murid. Suatu saat Dia mesti meninggalkan mereka. Itu sebabnya, Yesus banyak menyiapkan mereka untuk melanjutkan pelayanan. Tanpa kenal lelah, Yesus banyak sekali mengajar dan menjelaskan firman secara khusus kepada murid-murid-Nya. Dia juga tak henti memberi teladan lewat banyak peristiwa dan pengalaman. Bahkan pada saat-saat terakhir Dia hendak kembali kepada Bapa, Yesus terus memberi pesan: Dia membasuh kaki murid-murid-Nya, agar kelak mereka menjadi pemimpin yang rendah hati serta sedia melayani.

Ini mengingatkan kita semua: setiap pelayanan yang kita pegang dan tekuni saat ini, perlu diteruskan. Karena tak selamanya kita dapat mengampunya, mari segera cari penerus yang akan melanjutkan perjuangan. Titipkan pelayanan yang telah ditekuni dengan cinta, agar diteruskan untuk memuliakan-Nya --AW

APABILA SEBUAH PELAYANAN TELAH DIPERCAYAKAN

TUHAN RINDU PELAYANAN ITU DAPAT SELALU DITERUSKAN

MENJAGA OBJEKTIVITAS

Bacaan Setahun : Zakharia 10-12

Nats : Yonatan berkata kepada Daud: "Apa pun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu" (1 Samuel 20:4)

Bacaan : 1 Samuel 20:1-9

Ketika menjalani perkuliahan di jurusan komunikasi, ada sebuah kata yang selalu diulang oleh dosen saya di kelas: objektivitas. Objektivitas adalah salah satu prinsip terpenting untuk para calon awak media. Ketika berbincang dengan rekan dari jurusan sains, ternyata prinsip yang sama juga bergema di kelasnya. Menurut sang profesor di sana, objektivitas adalah kunci sukses seorang peneliti. Tampaknya, prinsip objektivitas ini telah menjadi "kaidah kencana" di bidang apa pun.

Suatu kali, Daud mengeluhkan secara terus terang kepada Yonatan, tentang sikap ayahnya Saul. Seiring berjalannya waktu, makin jelas bahwa Saul melihat Daud sebagai ancaman bagi takhtanya. Dari sini kita belajar dari sikap objektif Yonatan. Ia tidak langsung menunjukkan sikap jengkel kepada Daud karena menuduh ayahnya. Sebaliknya, ia juga tidak langsung terprovokasi oleh Daud untuk ikut menjatuhkan Saul.

Dengan prinsip objektivitas dan pengetahuan bahwa Daud berada di pihak yang benar, Yonatan mengajak sahabatnya yang kalut itu untuk mencari jalan terbaik. Akhirnya kita tahu bahwa Yonatan berhasil menyelamatkan nyawa Daud, yang kemudian menjadi raja besar di Israel meski untuk itu ia harus mengorbankan kesempatannya sendiri untuk naik takhta.

Sikap objektif dapat membawa perubahan yang nyata dalam kehidupan ini. Seseorang yang bersikap objektif akan berusaha menempatkan diri dalam posisi yang netral tak berpihak. Dari situ, seseorang dapat memberikan sumbangsih dan solusi positif bagi pergumulan orang-orang di sekitarnya. Tuhan pun disenangkan melaluinya --OLV

KETIKA ANDA MEMUTUSKAN UNTUK BERSIKAP OBJEKTIF

ANDA MEMUTUSKAN UNTUK BERJALAN DALAM KEBENARAN

PRT SAYANG, PRT MALANG

Bacaan Setahun : Zakharia 7-9

Nats : Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di surga (Kolose 4:1)

Bacaan : Kolose 4:1-6

Beberapa waktu lalu, dibentangkan sebuah serbet raksasa di Bundaran HI, Jakarta. Serbet raksasa itu merupakan bentuk aksi keprihatinan terhadap ketidakadilan yang sering dialami oleh para pekerja rumah tangga (PRT), baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Mereka banyak mengalami perlakuan sewenang-wenang, bahkan kekerasan yang berujung pada kematian. Serbet besar itu hendak mengingatkan warga Jakarta bahwa banyak aktivitas bisa berjalan baik karena jasa para pekerja rumah tangga. Oleh karena itu, pengakuan, penghormatan, dan pemenuhan hak-hak pekerja rumah tangga, harus diperhatikan.

Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus juga mengingatkan setiap tuan yang mempunyai hamba agar selalu berlaku adil dan jujur (ayat 1). Berlaku adil dapat berarti memberikan kepada para pekerja apa yang menjadi hak mereka. Tidak memberi beban kerja lebih dari apa yang selayaknya dikerjakan. Jujur dapat diungkapkan dengan tidak mengeksploitasi atau memanfaatkan posisi para pekerja yang lebih lemah untuk kepentingan dan keuntungan pribadi atau perusahaan.

Kita harus selalu ingat bahwa hikmat dan kasih perlu dinyatakan di semua tempat, termasuk di rumah tangga dan lingkungan kerja. Jangan sampai kita dikenal sebagai dermawan di gereja, tetapi memperlakukan pekerja rumah tangga dengan kasar atau memberlakukan kebijakan perusahaan yang menyengsarakan para pekerja kita. Ingatlah, kita pun adalah hamba yang suatu saat kelak harus memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan. Di mata Tuhan, kita dan para pekerja kita setara berharganya --SL

SALING MENGHORMATI, MENGHARGAI, ANTARA TUAN DAN HAMBA

ADALAH BAGIAN DARI IBADAH

APAKAH YANG UTAMA?

Bacaan Setahun : Zakharia 4-6

Nats : Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya ... (Matius 6:11)

Bacaan : Filipi 2:1-11

At.mosphere Restaurant adalah restoran tertinggi di dunia karena berada di lantai 122 Burj Khalifa, Dubai (gedung tertinggi dunia dengan ketinggian 800 meter). Menu yang ditawarkan adalah makanan Eropa. Dan, para tamu disarankan memesan sebelumnya, agar pihak restoran bisa menghadirkan pengalaman khusus, yang membuat orang datang kembali. Ya, bagi orang-orang kaya baik di negara kaya, berkembang, maupun miskin makan bukan lagi masalah mengisi perut dengan makanan sehat, tetapi mencari kepuasan dengan makanan bergengsi. Harga tidak menjadi soal.

Saat ini, sebagian besar penduduk dunia masih bergumul dengan "makan apa hari ini". Sedangkan kelas menengah bergumul "makan di mana hari ini". Namun, orang kaya yang hanya 20%, tetapi menguasai 80% kekayaan dunia kerap bergumul "makan siapa hari ini". Kenyataan ini menunjukkan, betapa pentingnya setiap manusia mengalami kebesaran kasih Allah di dalam Kristus (Yohanes 3:16). Agar mereka mengalami hidup yang baru. Yakni hidup yang tidak berpusatkan kepada diri sendiri, tetapi berpusat kepada Allah dan memikirkan kepentingan orang lain juga (Filipi 2:4). Seperti Kristus, yang rela mengesampingkan kepentingan-Nya sendiri, bahkan mengambil rupa manusia dan menjadi hamba. Agar oleh pengurbanan-Nya, Dia dapat memberi hidup baru bagi setiap orang yang mau menerima-Nya dan hidup bagi Allah (1:27-29; 2:5-11).

Mari kita periksa nafsu makan dan semua nafsu hidup kita hari ini; apakah itu untuk memuaskan kedagingan kita atau untuk memuliakan Bapa di surga --SST

APABILA TUHAN DAN SESAMA MENJADI YANG TERUTAMA

TUHAN AKAN MENJADIKAN HIDUP KITA BERGUNA DAN BERMAKNA

MERAYAKAN PERBEDAAN

Bacaan Setahun : Zakharia 1-3

Nats : Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang (Kisah Para Rasul 10:34)

Bacaan : Kisah Para Rasul 10:34-43

Perbedaan antara Petrus dan Kornelius bak minyak dengan air. Yang satu orang Yahudi, yang satu orang Romawi (secara sosial politis, posisi mereka berseberangan bahkan bermusuhan). Yang satu orang awam, yang satu centurion (tentara). Dari sisi perhitungan kekuatan: satu lemah, satu kuat karena bersenjata.

Namun, ada satu hal yang menyatukan mereka: keduanya mendapat inspirasi dari Roh Kudus. Petrus mendapat penglihatan "aneh" untuk ukuran ke-Yahudiannya. Sementara Kornelius mendapat pesan untuk mengundang Petrus ke rumahnya, kira-kira tiga jam berselang setelah Petrus mendapatkan visinya yang pertama (ayat 9, 30). Mereka sangat berbeda, tetapi ada "sesuatu" yang lebih besar dari mereka, yang mempertemukan mereka sehingga keduanya saling meneguhkan. Kisah Kornelius membuat Petrus mengerti maksud dari visi "aneh" yang ia lihat. Penjelasan teologis Petrus membuat Kornelius memahami karya Allah dalam hidup, kematian dan, kebangkitan Yesus.

Roh Kudus bekerja melalui perbedaan untuk memperkaya wawasan rohani anak-anak Tuhan. Itu sebabnya Petrus berkata, "Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya" (34-35). Barangkali kita tengah bekerja sama dengan orang atau pihak lain yang sama sekali berbeda jenis dan gaya pelayanan. Masing-masing unik. Tak perlu risau. Melalui karya Roh Kudus, Tuhan dapat mempertemukan pengalaman setiap orang yang berlainan untuk saling meneguhkan, juga saling memperkaya pengalaman rohani --DKL

ROH KUDUS SELALU MEMBANGUN JEMBATAN KASIH

DI TENGAH BANYAKNYA PERBEDAAN PRIBADI

ANAK ANGKAT

Bacaan Setahun : Hagai 1-2

Nats : Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26)

Bacaan : Galatia 3:26-4:7

Seorang ibu muda yang baru saja melahirkan berkunjung ke rumah orangtuanya. Dengan bangga ia menunjukkan bayinya kepada ibunya seraya berkata: "Ibu, bayiku sehat dan lucu. Namun ada yang agak aneh. Rambutnya hitam sekali, padahal aku dan suamiku berambut kemerahan." Ibunya menjawab: "Kamu tak perlu heran, kan rambut ayahmu juga hitam." Dengan cepat anak perempuannya menjawab: "Tapi Bu, itu tidak ada pengaruhnya. Bukankah aku adalah anak angkat?" Ibunya terhenyak lalu sambil tersenyum menjawab, "Ah, aku selalu lupa akan hal itu."

Dalam kekristenan, kata "anak Allah" kerap kali dipakai dengan penuh kebanggaan. Akan tetapi, lambat laun pemahaman akan asal mula status tersebut kerap terlupakan. Kita lupa bahwa status anak Allah yang kita terima melalui iman tersebut adalah sebuah anugerah yang bermula dari penebusan Kristus (4:5). Dengan demikian, kita menjadi milik-Nya, didiami oleh Roh Allah, dan menjadi ahli waris-Nya. Ini semua membuktikan bahwa Dia mengasihi kita dengan sempurna kendati kita semula adalah "anak angkat".

Dari pihak kita, adalah baik dan wajar untuk senantiasa mengingat asal muasal status kita. Menyadari bahwa status anak yang kita peroleh adalah karena kemurahan semata, itu akan menolong tata nilai dan perilaku kita. Kita akan senantiasa diingatkan untuk "tahu diri", bersyukur, dan berupaya untuk hidup sepadan dengan kemurahan Allah tersebut. Apakah kita sedang terus memperjuangkan hidup yang menunjukkan ucapan syukur atas anugerah tersebut? Ataukah selama ini perilaku kita justru mencerminkan hidup yang tak tahu berterima kasih? --PBS

ANUGERAH YANG TAK TERUKUR

MEMBAWA KITA PADA HIDUP YANG PENUH UCAPAN SYUKUR

HANYA SATU PRINSIP

Bacaan Setahun : Zefanya 1-3

Nats : Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat (Ibrani 11:1)

Bacaan : Habakuk 2:1-5

Rabbi Simlai pada abad ketiga mencatat bahwa Musa menyampaikan 365 larangan dan 248 perintah. Daud dalam Mazmur 15 menyingkatnya menjadi sebelas. Yesaya 33:14-15 meringkasnya menjadi enam. Mikha 6:8 menjadikannya tiga, dan Habakuk menyimpulkannya menjadi hanya satu prinsip, yaitu "orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya" (2:4).

Firman itu datang tatkala Habakuk mencari Tuhan, menanti jawaban atas pengaduannya (pasal 1). Tuhan menjawabnya dengan penglihatan, suatu janji, tentang pembebasan dari penindasan bangsa Kasdim dan kedatangan Mesias (pasal 2-3). Karena penglihatan itu masih menunggu penggenapannya, ada orang yang mengabaikannya. Namun, orang benar akan menantikannya dengan hidup oleh percayanya atau imannya.

Apakah iman itu? Mengapa iman dianggap sebagai esensi ketaatan kita kepada Tuhan? Habakuk 2:4 dikutip tiga kali dalam Perjanjian Baru (Roma 1:17; Galatia 3:11; Ibrani 10:38) untuk menegaskan doktrin pembenaran oleh iman. Iman, menurut penulis kitab Ibrani, mengandung dua sisi. Pertama, iman berjalan seiring dengan pengharapan. Pangkalannya sama, yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah akan melaksanakan segala sesuatu yang Dia janjikan dalam Kristus. Kedua, iman memperlihatkan pada mata rohani kita perkara yang tak dapat dilihat oleh mata jasmani. Iman menyambut dengan segenap hati bahwa semua firman Tuhan itu kudus, adil, dan baik. Selanjutnya, iman mendorong kita untuk menerapkan firman tersebut dengan segenap tenaga. Apakah kita menantikan penggenapan janji firman Tuhan dan hidup oleh iman? --ARS

SEBAGAIMANA PANCA INDRA BAGI TUBUH

DEMIKIANLAH IMAN BAGI JIWA

MENULIS DAN MEMBERITAKAN

Bacaan Setahun : Habakuk 1-3

Nats : Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu (Lukas 1:3)

Bacaan : Lukas 1:1-4

Setiap membuka situs jejaring sosial, kita selalu diperhadapkan pada sebuah kolom di mana kita bisa menulis pesan pendek atau apa saja yang terlintas di benak kita. Beberapa orang menggunakan fasilitas ini dengan bertanggung jawab, tetapi banyak juga yang tidak. Kata-kata yang tidak menyenangkan, kata-kata yang menyerang, kata-kata kotor dan melecehkan, bahkan kata-kata yang melukai orang lain, dengan begitu mudah dapat ditulis dan dipublikasikan segera melalui akun jaringan sosial yang dimiliki. Saking mudahnya menulis, si pelontar tulisan bisa ceroboh tidak memedulikan pengaruhnya bagi orang yang membaca tulisan itu.

Sangat berbeda dengan penulis injil Lukas. Ia sangat peduli bagaimana pemberitaan tentang kehidupan Yesus dapat memengaruhi mereka yang mendengarnya. Injil Lukas ini ditujukan kepada Teofilus, juga kepada kita. Lukas dengan sengaja menyelidiki segala peristiwa dengan saksama dari mulanya, untuk memastikan bahwa semua yang diberitakan adalah kebenaran semata. Lukas juga berusaha membukukannya dengan teratur mungkin agar tidak menimbulkan kebingungan atau pemahaman keliru saat orang membacanya. Buku yang baik akan sangat membantu meluruskan banyak hal.

Hari ini, kita diajak meneladani penulis Injil Lukas dalam menulis dan memublikasikan sebuah tulisan; baik itu tulisan yang sangat pendek atau tulisan yang panjang. Ingatlah bahwa setiap tulisan yang kita publikasikan, pasti akan memengaruhi orang lain. Marilah kita memastikan kebenaran berita yang akan kita sampaikan dan memilih cara penyampaian yang tepat; agar siapa pun yang membaca, dikuatkan iman dan pengenalannya kepada Kristus --SL

KATA-KATA BAIK YANG DITULIS DENGAN CARA BAIK

MENGHASILKAN PENGENALAN KEPADA SANG MAHABAIK

SARANG SEMUT

Bacaan Setahun : Nahum 1-3

Nats : Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya (Ayub 1:21)

Bacaan : Ayub 1:1-22

Suatu kali ketika pindah rumah, saya menemukan sebuah sarang semut di salah satu lemari dapur di rumah tersebut. Sebuah gundukan sarang semut yang sudah sangat besar. Saya pun mengambil obat anti serangga. Tak butuh waktu lama beberapa menit saja sarang dan koloni semut yang mungkin sudah dibangun selama berbulan-bulan itu hancur berantakan.

Apa yang terjadi pada sarang dan koloni semut itu kurang lebih sama dengan yang pernah dialami oleh Ayub. Awalnya, kehidupan Ayub sangatlah sukses. Ia adalah "... yang terkaya dari semua orang di sebelah timur" (ayat 3). Ia juga memiliki keluarga besar yang baik. Akan tetapi, suatu hari Allah mengizinkan seluruh kesuksesan tersebut diambil dari hidupnya. Segala hal yang telah ia bangun selama bertahun-tahun, tiba-tiba lenyap habis dalam satu hari saja.

Inilah realitas tentang betapa rapuhnya kesuksesan manusia. Segala keberhasilan yang dibangun selama bertahun-tahun, dapat lenyap begitu saja. Karena itu, bodohlah kalau kita menjadi sombong hanya karena saat ini kita merasa lebih berhasil daripada orang lain. Lebih bodoh lagi, kalau kita menggantikan Allah dengan kesuksesan kita. Sebab itu, hendaklah kita menggantungkan hidup hanya kepada Sang Pemberi segala keberhasilan tersebut. Lepaskan keterikatan pada segala keberhasilan kita. Agar kita menjadi pribadi yang tetap kuat berpegang kepada Tuhan dalam segala kondisi. Bahkan apabila kesuksesan tersebut diizinkan Tuhan hilang dari hidup kita seperti Ayub, kita dapat tetap berkata bahwa Tuhan berdaulat atas apa pun yang kita punya --ALS

BETAPA RAPUHNYA KESUKSESAN MANUSIA

MAKA JANGAN SANDARKAN HIDUP KITA PADANYA

MENGAPA ATAU SIAPA

Bacaan Setahun : Mikha 4-7

Nats : Perempuan yang Kautempatkan di sisi-Ku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan (Kejadian 3:12)

Bacaan : Kejadian 3:9-14

Ketika sesuatu berjalan tak seperti yang diharapkan, semuanya menjadi salah, atau terjadi kegagalan, maka kecenderungan alami manusia adalah mencari seseorang yang bisa disalahkan. Bahkan sejak dari Taman Eden. Ketika dosa terjadi, Adam menyalahkan Hawa. Hawa menyalahkan ular. Apabila seseorang gagal menyelesaikan pekerjaan sesuai batas waktu yang ditetapkan, apa yang biasanya ia lakukan? Secara refleks ia akan menudingkan jarinya ke orang lain. Atau, kalau tidak ada orang lain, ia akan menudingkan jarinya pada situasi di luar kekuasaannya.

Kita akan lebih cepat berkembang apabila tak punya kebiasaan melimpahkan kesalahan ke orang lain. Ketika Anda gagal, pikirkan mengapa Anda gagal, bukan siapa yang salah. Pandang situasi dengan objektif supaya lain kali kita bisa lebih baik. Bob Biehl menganjurkan daftar pertanyaan untuk membantu menganalisis kegagalan: 1. Pelajaran apa yang saya petik?; 2. Apakah saya berterima kasih atas pengalaman ini?; 3. Siapa lagi yang telah gagal seperti ini sebelumnya, dan bagaimana orang itu bisa menolong saya?; 4. Apakah saya gagal karena seseorang, karena situasi, atau karena diri sendiri?; 5. Apa saya benar-benar gagal, atau saya mengejar standar yang terlalu tinggi?

Orang yang menyalahkan orang lain atas kegagalan mereka takkan pernah mengatasinya. Untuk mencapai potensi dan karakter yang diinginkan Allah, kita harus terus memperbaiki diri. Kita tak dapat melakukannya jika tidak mengambil tanggung jawab atas perbuatan kita dan belajar dari kesalahan. Bukankah Allah tak pernah menolak mengampuni saat kita bersalah? Mengapa kita tidak berani mengaku dengan jujur? --PK

SAAT ANDA BERBUAT KESALAHAN DAN GAGAL

TANYAKAN MENGAPA, BUKAN SIAPA

KARENA IMAN

Bacaan Setahun : Mikha 1-3

Nats : Karena iman, runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya (Ibrani 11:30)

Bacaan : Yosua 6:2-5

Alkitab kerap menegaskan kepada pembacanya bahwa jalan-jalan Allah "sungguh tak terselami" (Roma 11:33) oleh pikiran manusia. Kisah kejatuhan Yerikho (Yosua 6:2-5) adalah satu contohnya. Mengapa Allah tidak langsung saja meruntuhkan tembok kota itu dengan kekuatan-Nya yang dahsyat? Mengapa harus disuruh-Nya orang Israel mengelilingi kota itu sampai tujuh hari? Apa sulitnya Allah meruntuhkan Yerikho setelah dikelilingi bangsa Israel dalam satu hari saja?

Sebagai jawabannya, Ibrani 11:30 menyatakan bahwa waktu tujuh hari itu bersangkut paut dengan iman orang Israel. Artinya, Allah memang berkuasa menumbangkan Yerikho secepat Dia mau, tetapi Dia memutuskan untuk memberi jangka waktu yang agak panjang untuk melatih iman umat-Nya. Jadi, setiap kali orang Israel berjalan keliling dalam tujuh hari itu, tembok-tembok Yerikho yang masih berdiri kokoh menantang iman mereka: Benarkah Allah akan merobohkannya? Syukurlah mereka bersabar dan tidak undur. Tembok-tembok tebal akhirnya runtuh dan penulis Ibrani di kemudian hari dapat bersaksi bahwa itu terjadi "karena iman".

Saat ini, barangkali Allah tengah membuat Anda melewati waktu yang panjang untuk mencapai sebuah sasaran. Anda yakin Allah ingin Anda mencapai hal itu, tetapi Anda bertanya-tanya mengapa Anda harus melalui waktu yang demikian panjang. Kuatkan hati dengan becermin pada pengalaman bangsa Israel di Yerikho. Allah ingin Anda bersabar, berketetapan hati, dan tidak undur. Bertekunlah, agar pada waktu-Nya, Anda berhasil mencapai sasaran itu "karena iman" --SAT

WAKTU KERAP MENJADI GURU TERBAIK

YANG DIBERIKAN ALLAH UNTUK MELATIH IMAN KITA


DIPANGGIL DAN DIUTUS

Bacaan Setahun : Yunus 1-4

Nats : Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus" (Keluaran 4:13)

Bacaan : Keluaran 3:1-4:17

Jika Tuhan memanggil seseorang untuk melayani, dengan berbicara langsung dan memberi penglihatan, bagaimana kira-kira tanggapan orang itu? Mestinya, ia takkan ragu lagi mengorbankan hidupnya menjalani panggilan itu, meski penuh tantangan, bukan? Namun, lihatlah Musa. Secara ajaib Tuhan menampakkan diri di Gunung Horeb dan memanggil Musa untuk membebaskan Israel. Musa takut, gentar, dan terpesona ketika berhadapan dengan Tuhan (ayat 6). Namun, Musa menolak panggilan itu. Mengapa?

Pertama, Musa tidak yakin Israel masih mengenal Allahnya dan percaya Allah masih peduli. Kedua, Musa tak yakin Israel percaya ia berjumpa Allah yang mengutusnya. Ketiga, Musa tak yakin mampu memimpin Israel yang "tegar tengkuk". Perasaan tak mampu menghalanginya melihat kuasa Allah yang bisa bekerja melaluinya. Keempat, Musa tak ingin zona nyamannya kembali terusik demi membebaskan Israel yang tak tahu balas budi (lihat Keluaran 2:11-22). Namun, dengan sabar Tuhan meneguhkan panggilan-Nya; memberi kuasa kepada Musa untuk berkata-kata dan melakukan banyak mukjizat; bukti bahwa Tuhanlah yang mengutus dan menyertainya.

Apakah Anda sedang bergumul menjawab sebuah undangan pelayanan? Mungkin pelayanan itu menuntut pengorbanan waktu, tenaga, perasaan. Tak mendatangkan keuntungan materi, malah sebaliknya. Tak mendatangkan gengsi, sebab hanya memperhatikan mereka yang kecil dan terpinggirkan. Relakah Anda meresponsnya? Ingatlah bahwa Allah telah melayani Anda lebih dulu dengan memberikan Yesus Kristus mati di kayu salib menjadi tebusan bagi hidup Anda yang berdosa. Apakah balasan Anda kepada-Nya? --SST

TUHAN TELAH MEMBERIKAN SEGALANYA BAGI KITA

MAKA, APAKAH YANG PANTAS KITA TAHANKAN TERHADAP-NYA?

JATUH CINTA

Bacaan Setahun : Amos 8-9; Obaja 1

Nats : Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya (Mazmur 119:140)

Bacaan : Mazmur 119:137-144

Suatu hari saya bertanya kepada murid-murid saya yang masih remaja, apa yang mereka ketahui atau rasakan tentang jatuh cinta. Dengan malu-malu, mereka memberi beragam jawaban. Ada yang mengatakan itu adalah perasaan suka yang mendalam, sesuatu yang membuat hati senang sekaligus berharap cemas, kerinduan untuk selalu dekat dengan orang yang dicintai, munculnya usaha untuk mengetahui hal-hal yang disukai dan menyenangkan hatinya. Seorang murid bercerita sambil tersenyum tentang dampaknya: "... ia hanya menyapa saya tadi pagi, tetapi hati saya senang sekali hingga saya bersemangat sepanjang hari."

Pemazmur sedang jatuh cinta. Ia jatuh cinta pada hukum-hukum, peringatan-peringatan, janji-janji, kebenaran-kebenaran, dan perintah-perintah Tuhan. Ada perasaan suka yang mendalam dan kerinduan untuk mencari tahu apa yang Tuhan kehendaki. Pemazmur juga mengaku kerap mengalami kesesakan dan kesusahan, tetapi semuanya itu tidak mengalahkan kecintaannya pada firman Tuhan. Sebab, pengertiannya akan firman Tuhan itu membuatnya hidup.

Apakah kita juga seperti pemazmur saat membaca dan merenungkan firman Tuhan hari ini? Barangkali selama ini kita membaca Alkitab secara sambil lalu; merenungkan firman Tuhan dengan terburu-buru; menjalani waktu teduh apabila sempat; dan berdoa hanya apabila belum mengantuk. Mari mengarahkan diri kita untuk jatuh cinta sekali lagi pada firman Tuhan sehingga hati kita digetarkan oleh ketetapan, janji, dan perintah-Nya yang membuat kita hidup. Sapaan-Nya yang jelas dan lugas setiap hari akan membuat hidup kita lebih bermakna --SL

KITA TIDAK PERNAH BERTEPUK SEBELAH TANGAN

APABILA JATUH CINTA PADA FIRMAN TUHAN

TEGAS MENDIDIK

Bacaan Setahun : Amos 5-7

Nats : Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu (Amsal 29:17)

Bacaan : 1 Samuel 2:27-36; 3:12-14

Dalam sebuah acara pertemuan orangtua, kami membahas satu pertanyaan sederhana tetapi penting: Bolehkah kita menghukum anak? Hasilnya, kami mendapati beberapa prinsip penting ini: Mendidik anak mesti tegas, tetapi tidak harus sampai menghukum. Apabila kita menegur, tujuannya bukan menghukum, tetapi mengoreksi kesalahan. Jangan pernah menghukum anak untuk kesalahan yang tidak ia sengaja, atau jika ia tidak tahu apa kesalahannya. Jangan pernah menghukum anak jika kita sedang marah dan tak bisa mengendalikan diri.

Setelah mengoreksi anak, segeralah memeluknya. Katakan bahwa kita mengasihinya, lalu berdoa bersamanya. Latih anak untuk meminta ampun kepada Tuhan atas kesalahan yang dilakukan.

Imam Eli mendapat hukuman yang berat karena sebagai orangtua, ia tidak mendidik anak-anaknya dengan tegas. Eli membiarkan anak-anaknya memandang rendah korban sembelihan umat kepada Tuhan: "Mengapa engkau Eli, lebih menghormati anak-anakmu daripada menghormati Aku, dan membiarkan mereka menggemukkan dirinya dengan bagian yang terbaik dari setiap persembahan bangsa-Ku kepada-Ku? (2:29). Apalagi, "Eli mengetahui dosa-dosa mereka itu, tetapi mereka tidak dimarahinya" (3:13). Hofni dan Pinehas pun tidak lagi dapat dikendalikan oleh sang ayah, yang adalah otoritas di atas mereka. Akibatnya, semua kena hukuman Tuhan baik Eli, juga anak-anaknya.

Tuhan memberi otoritas kepada orangtua untuk mendidik dengan ketegasan. Namun, tentu ketegasan yang berdasar kasih dan bertujuan. Yakni, untuk membesarkan anak yang bertanggung jawab atas hidupnya; kepada Tuhan dan sesama --AW

ANAK ADALAH AMANAT ALLAH

YANG DIBESARKAN UNTUK DAPAT MENYENANGKAN ALLAH

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More